18. Pergi Sekolah Bareng

4.3K 289 13
                                    

"Eros udah balik?" Tanya Raka di sebrang sana.

Saat ini keduanya sedang melakukan video call.

"Udah, barusan aja. Untung kamu telpon akunya tepat waktu, kalau gak kan bisa berabe urusannya." Jawab Jingga sembari mengerucutkan bibirnya.

Raka yang melihat raut wajah sang kekasih pun terkekeh. "Lucu banget si pacar aku." Katanya sembari tersenyum.

Jingga yang mendengar ucapan Raka seketika pun pipinya memanas. "A-Apaansih." Ujarnya gugup.

"Salting ya? Haha." Tawa Raka pun semakin pecah.

"Raka, udah deh! Kalau kamu masih gangguin aku lagi, aku matiin ni video callnya." Ancam Jingga.

"Eh, jangan dong, sayang! Yaudah iya sorry deh." Ujar Raka dengan panik. "Ohiya, Eros ada ngomong apa aja tadi sama kamu?" Tanya Raka.

"Dia cuman tanya kita tadi tuh kemana aja, udah gitu doang." Bohong Jingga, tidak mungkinkan dia mengatakan kepada Raka semua omongan Eros tadi.

"Dia curiga gak?" Tanya Raka lagi.

Jingga menggeleng. "Enggak kok, kayaknya dia percaya deh sama semua omongan kita." Jawab Jingga.

"Syukurlah kalau dia gak curiga." Ucap Raka lega.

"Rak, udah dulu ya telponnya. Soalnya aku mau tidur, capek banget rasanya badan aku." Celetuk Jingga.

"Yah, kok cepat banget si, sayang. Padahal aku masih kangen, lagian masih jam 08.00 malam loh ini." Ujar Raka.

"Tapi aku capek banget, babe. Lagian tadi kita udah ketemu kan?"

"Yaudah deh, tapi besok aku boleh kan ke rumah kamu lagi?" Tanya Raka.

"Gimana ya, bukannya aku ngelarang kamu buat ke rumah aku, tapi aku takut kejadian kemarin ke ulang lagi, mendingan untuk sementara ini kita jangan ketemuan dulu deh."  Jawab Jingga tak enak hati.

"Sampai kapan coba?"

"Intinya sampai situasinya udah lebih baik deh. Udah ya, aku tutup teleponnya." Ucap Jingga.

"Yaudah, sweet dreams, dear." Tutur Raka sembari tersenyum.

"Kamu juga." Balas Jingga seraya tersenyum juga.

Kemudian Jingga pun mematikan teleponnya secara sepihak. Setelah itu gadis itu pun merebahkan dirinya di kasur miliknya. Tak lupa pula sebelum itu dia menaruh ponselnya di meja nakas di sampingnya.

"Capek banget rasanya drama-drama kayak gini." Lirihnya sembari menatap langit-langit atap. Setelah mengatakan itu, tanpa sadar matanya pun mulai memejam.

Ya, gadis itu sudah tertidur.


***


Pagi pun tiba, dan kini Jingga dan keluarganya sedang melakukan sarapan bersama, tak lupa pula gadis itu sudah memakai seragam sekolahnya.

"Jingga selesai, kalau gitu Jingga pergi sekolah dulu ya ma, pa." Katanya sembari menyalami orang tuanya secara bergantian.

"Kamu mau pergi ke sekolah naik apa, sayang?" Tanya sang papa.

"Kayaknya Jingga minta antar pak Roy aja deh." Jawab Jingga.

Pak Roy adalah supir lama mereka. Ya, Jingga dan keluarganya memutuskan untuk memperkejakan kembali supir lama mereka, karena kehidupan mereka yang sudah kembali seperti semula. Itu semua berkat bantuan dari orang tua Eros.

"Yaudah, hati-hati!" Pesan sang papa.

Jingga mengangguk. Setelah itu dia pun mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan ruang makan.

Sesaat dia akan naik ke mobilnya, tiba-tiba saja suara klakson motor menghentikannya, dan ternyata pemilik motor itu adalah Eros.

"Eros." Ucapnya lirih.

"Pagi, sayang." Sapa Eros riang.

Kemudian ia pun melangkahkan kakinya ke arah Eros yang sedang duduk di atas motornya dengan pakaian seragam sekolahnya.

Jingga tersenyum. "Pagi juga." Balasnya. "Kamu ngapain kesini, Ros?" Tanya Jingga.

"Mau jemput kamu lah, biar kita pergi sekolah bareng." Jawab Eros tanpa melunturkan senyumnya.

"Kenapa gak ngabarin dulu kalau mau jemput? Lagian kamu gak perlu lah repot-repot kayak gini, aku bisa kok minta antar supir aku juga."

"Aku gak ngerasa ngerepotin, sayang. Malah aku senang. So, ayok kita berangkat!" Katanya sembari menepuk-nepuk jok motor bagian belakangnya.

"Tapi--" Ucapan Jingga terputus karena suara pak Roy.

"Non, kita jadi berangkat gak?" Tanya pak Roy.

"Gak jadi, pak. Jingga biar bareng saya aja perginya." Belum sempat Jingga menjawab pertanyaan supirnya, Eros rupanya lebih dulu menjawabnya.

"Oh, oke deh, den." Kata sang supir.

"Ayok, nunggu apalagi. Nanti kita bisa terlambat loh." Ujar Eros.

"Oke deh, ayok." Ucap Jingga yang akhirnya mau.

***


'Udah lama banget rasanya gak di bonceng sama Eros kayak gini.' Batin Jingga sembari tersenyum.

"Peluk aku, sayang!" Teriak Eros.

"Apa?" Balas Jingga tak kalah berteriak.

"Peluk aku! Aku mau ngebut soalnya."

"Oh, okey." Setelah mengatakan itu, dengan ragu Jingga pun memeluk Eros dengan erat. Nyaman, itulah yang ia rasakan.

Sedangkan Eros yang sedang di peluk oleh Jingga pun tersenyum kecil.

Kemudian Eros pun memandangin Jingga melalui kaca spion miliknya.

'Aku bakal pastiin kamu tetap menjadi milik aku, Jingga.' Batin Eros sembari menyeringai.















Makin gaje ya? Sorry deh.

Jangan lupa votmennya ya!

Menurut kalian cerita ini aku tamatkan sampai part berapa ya?

Crazy ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang