56

2.6K 91 18
                                    

Jingga terus berlari, untuk mencari bala bantuan. Akan tetapi, di saat dia sedang fokus berlari, rasa pusing dan mual tiba-tiba saja menghampirinya.

"Kenapa gue sering banget pusing dan mual akhir-akhir ini?" Tanya Jingga bermonolog sembari menghentikan sejenak lariannya.

Sedangkan di lain sisi, tepatnya di dalam mobil. Rachel tidak sengaja melihat keberadaan putrinya.

"STOP!" Teriak Rachel kepada Evan.

Evan yang mendengar itu pun seketika meng-rem mendadak mobilnya. Bukan hanya mobil Evan, 2 mobil lagi yang memang mengikuti mereka pun ikut meng-rem mendadak mobil mereka. Kemudian pria paruh baya itu menoleh ke arah Rachel. "Kenapa si, ma? Kalau kita kecelakaan gimana?" Ucap Evan kesal.

"Maaf, pa. Mama gak bermaksud gitu," seru Rachel.

Rachel menunjuk ke arah tempat Jingga berdiri. "Kalian coba deh lihat ke arah sana, itu Jingga kan? Mama yakin banget itu Jingga,"ucap Rachel kepada Evan, Abel dan Aca. Sedangkan Raka? Ia berada di mobil milik Galang bersama Bian.

Mendengar itu, ketiganya pun lantas menoleh ke arah tempat yang di tunjuk oleh Rachel. Dan seketika mata mereka pun membelalak, saat melihat seseorang yang selama ini sangat mereka rindukan.

"Iyaaa, itu Jingga," seru Abel sembari.

Tanpa menunggu lama, mereka semua pun keluar dari mobil, dan kemudian melangkahkan kakinya menuju Jingga berada. Bukan hanya mereka berempat, orang-orang yang berada di 2 mobil lainnya pun ikut menyusul mereka.

"JINGGAAAA!"

Mendengar teriakan-teriakan dari beberapa orang, Jingga pun lantas menoleh ke asal suara-suara tersebut. Dan detik itu juga, air matanya pun menetes deras, saat mendapatkan keberadaan kedua orang tuanya, dan juga teman-temannya.

"Mama, papa, teman-teman," sahut Jingga sembari tersenyum haru.

Setelah sudah di hadapan Jingga, Evan dan Rachel pun langsung memeluk anak mereka yang sangat mereka rindukan itu.

"Jingga kangen sama kalian," ujar Jingga di dalam pelukan kedua orang tuanya.

"Kami juga kangen sama kamu, sayang," balas Evan dan Rachel secara bersamaan.

Melepaskan pelukan mereka, kemudian pun Evan berkata. "Kamu ada yang luka? Apa aja yang udah Eros lakuin ke kamu? Dia ada ngasarin kamu?" Tanya Evan beruntun.

"Tangan kamu kenapa? Ini pasti karena Eros kan?" Kini giliran Rachel yang bertanya.

Kini, semua orang pun mulai melihat ke arah bekas lebam yang berada di kedua pergelangan tangan Jingga.

'Kalau gue jujur, hukuman Eros pasti bakal lebih berat' batin Jingga bimbang.

"Saudari Jingga, bisakah anda menjelaskan semuanya? Supaya kami bisa mengetahui, kejahatan apa saja yang sudah di perbuat oleh saudara Eros," seru salah satu polisi di sana.

"Eros udah borgol kedua tangan dan kaki saya, dia ngelakuin itu supaya saya gak kabur dari dia," jelas Jingga yang akhirnya memilih untuk jujur.

Polisi itu mengangguk sembari mencatat semua yang di katakan oleh Jingga. Sedangkan yang lain mendengar itu merasa tak habis pikir dengan kelakuan bejat Eros. Terutama Evan yang kini sudah mengepalkan tangannya erat. Emosi pria paruh baya itu benar-benar sedang memuncak saat ini karena mendengar penjelasan dari putrinya.

"Lalu? Apa lagi yang sudah saudara Eros perbuat kepada anda?" Tanya sang polisi.

Jingga menggeleng, kemudian berkata. "Yang dia lakuin ke saya cuma itu doang, pak," jawab Jingga. "Tapi–" ucapan Jingga harus terputus karena Bian menyelanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang