Iban : Halo selamat malam semuanya
Iban : Aku mau ingetin aja ya, besok pulang sekolah jangan lupa ikut kumpul di ruang fotografi
Iban : Jangan lupa dan terimakasih
Nomor tertera yang sangat ingin Winnie simpan, yang dari dulu Winnie harapkan ada di kontak ponsel nya. Ya, nomor Gibran. Dengan user name Iban, jelas pemuda itu menegaskan bahwa ia lebih senang dipanggil Iban.
Layar ponsel Winnie sudah menampilkan profil Gibran Athala beserta nomor yang tertera. Terlihat bimbang dan kebingungan sekali. Walau jarinya bergerak menyentuh ikon profil, melihat dengan jelas gambar manis pemuda itu.
"Hehe, manisnya. Kak Iban apa nggak capek ganteng mulu?"
Kikikan kecil itu keluar begitu saja dari bibirnya. Winnie menampilkan senyuman lebar, tapi makin lama Winnie jadi menarik nafas panjang menyangga dagu pada meja.
Ini memang nomor Gibran Athala si pemuda pemilik senyuman memabukkan. Si pujaan hatinya, yang selalu menjadi sumber debaran jantungnya yang kian menggila.
Dari dulu, bahkan dari saat SMP, Winnie selalu ingin menyimpan nomor Gibran di kontak ponselnya. Sekedar menyimpan tanpa saling sapa. Tapi sekian lama mencari, dan kini ada di depan mata, di dalam grup yang sama, kenapa Winnie ingin lebih dari itu?
Winnie ingin merasakan bagaimana di reply Gibran, dia ingin merasakan bagaimana di kirimi pesan dan berakhir memanjang hingga sampai di ucapan selamat malam.
Ia sering melihatnya, ia sering mendengarnya di kalangan teman-temannya. Tapi Winnie berperan sebagai penyimak sejati, hanya sebagai saksi kebahagiaan cerita orang lain.
Dan Winnie sering bertanya-tanya, kapan kebahagiaannya datang? Sampai kapan Winnie harus menunggu kisah cintanya naik ke permukaan?
Apa sesusah itu? Tapi melihat teman-teman lainnya, kenapa mereka sekolah mudah sekali mendapatkan semuanya?
Tanpa perjuangan yang memuakkan yang dilakukan Winnie seperti ini.
Helaan nafas panjang Winnie terasa berat, kepalanya pening dan berkunang-kunang. Dia memejamkan mata, menarik nafas panjang sekali lagi.
"Aku jadi lebih sering galau. Jadi sering overthinking. Dan ini menyebalkan."
Monolog Winnie di tengah kebisingan suasana kelas, tak bisa menghentikan waktu yang ia harapkan sekarang. Detik demi detik berlalu, tetap saja waktunya tiba. Tak bisa dihindari.
"Win, kamu ikut fotografi kan?"
Itu bukan Nania, gadis cantik itu lebih dulu kumpul karena dipanggil guru pembina ekskul untuk tahapan seleksi. Ternyata, di semua ekskul tahap pertamanya adalah seleksi. Dan ini yang membuatnya gelisah sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling In Silence
Teen Fiction❝ Sadar atau tidak, pengagum rahasia itu orang ketiga. Dan mungkinkah kamu termasuk ke dalam orang-orang itu? ❞ Started on June 2022 © Chocolalayu