Melihat sikap Gibran belakangan ini, Winnie menangkap gelagat aneh. Entah apa yang menganggu pikirannya, Winnie dapat merasakan bahwa ada yang lain. Ada sikap tak biasa juga tatap mata yang tak bisa bohong.
Semenjak kejadian dia melihat Gibran marah, yang tentunya 'tingkah' pemuda itu yang jarang sekali di perlihatkan. Winnie jadi lebih mengawasi.
Gibran harus diajak komunikasi, pemuda itu tipe orang yang terlalu sabar. Dan benar yang dikatakan Kak Harsa kala itu, "Sekalinya orang sabar marah, serem."
Beberapa minggu setelah ke kebun stroberi bersama Geya, gelagat aneh Gibran mulai terlihat ketika dia izin pulang dahulu. Biasanya, sesibuk apapun, selama apapun, Gibran paling setia menunggu. Apalagi setelah angkatan Gibran lengser dan kini Winnie termasuk BPH Fotografi yang tengah sibuk-sibuknya.
Tapi hari itu suatu kejadian yang jarang sekali terjadi selama Winnie 'berpacaran' dengan pemuda itu, Gibran terlihat menunggu di ruang fotografi dengan wajah yang berbeda.
Katanya, "Ay maaf ya aku pulang duluan, nggak bisa bareng kamu dulu. Hari ini jadwal kamu kumpul kan? Nanti ada Harsa juga aku udah telatahin sama dia kali masih di sekolah anterin kamu dulu."
Winnie ingin bertanya, "Kenapa harus gitu? Kenapa harus sama Kak Harsa, memangnya ada urusan apa?"
Tapi menilik dari pergerakan pemuda itu, Gibran agaknya sedang buru-buru. Dan Winnie menelan tanya dalam hati diam-diam.Dan seharusnya Winnie tak tidak terlalu memusingkan hal itu. Winnie harusnya percaya dan tak berpikir berlebihan.
Tapi rasa curiga muncul ketika Gibran sama sekali tak memberi kabar hingga besok datang. Winnie tak sekekanak-kanakan itu untuk langsung marah dan ngambek tak jelas. Tapi yang ia herankan adalah Winnie jelas melihat lampu kamar Gibran terus menyala sepanjang malam.
Pertanyaannya, sedang apa dia sampai-sampai telepon Winnie diabaikan begitu saja?
Gibran tak tahu kah bahwa sekarang ada Winnie yang khawatir. Ada seseorang yang mencemaskan keadaan pemuda itu. Yang ia sebut 'pacar' ini, apa Gibran lupa akan hal itu?
Winnie menahan perasaannya beberapa hari dan kembali seperti biasanya. Namun aura Gibran setelahnya tak seramah biasanya. Jelas membuat Winnie heran.
Berkali-kali dia bertanya, "Kak Iban... kenapa?"
Jawabannya selalu, "Emang aku kenapa?"
"Kak Iban lagi ada masalah?"
Dan Gibran akan tersenyum tipis dengan usapan lembutnya pada puncak kepala tak pernah terlewat, "Nggak ada apa-apa. Aku baik-baik aja."
Nggak, Kak. Jelas-jelas pancaran mata Gibran tak seceria yang biasa ia lihat. Kini lebih redup. "Kak,"
"Kenapa?"
"Kalo Kak Iban pusing sama persiapan ujian, nggak ada salahnya kan aku ajakin kakak healing bentar? Sebelum bener-bener ngadepin hari-hari penuh ujian."
Gibran melirik, agak terdiam sejenak sebelum tarikan senyumnya terulas tipis. "Boleh, tapi nanti ya?"
Dan kali itu Winnie mengatupkan bibir. Menatapi wajah Gibran dalam diam, meneliti setiap detail bagian dari pemuda itu dengan harap sendu yang ia semogakan dalam hati.
**
"Win, belakangan ini apa cuma perasaanku aja Kak Iban kayak dingin gitu, ya?"
Suasana kelas hari itu kebetulan tengah menunggu guru datang. Setelah mendengar tanya Nania, ada jeda sejenak untuk memastikan bahwa Winnie tak salah mendengar.
"Dingin?" Nania mengangguk cepat, "emang iya?"
"Iya loh! Masa kamu pacarnya nggak ngeh sih?" Nania terlihat mengotak-atik sesaat ponsel dalam genggamannya. "Tuh, satu sekolah kayaknya pada ngeh deh. Ini menfess isinya Kak Iban semua."
Nania menggumam bertanya-tanya, "Heran deh, biasanya kan Kak Iban keliatannya tuh hepi kiyowo gitu kan? Ini tiba-tiba muram banget kan jadi gempar se-Perwira. Atau efek kelas 12 aja kali ya? Kan lagi pusing-pusingnya tuh?"
Sementara Winnie hanya diam saja. Tak menjawab ataupun menampik karena memang itu benar adanya. Winnie tak bodoh untuk tau bagaimana Gibran biasanya. Bahkan bukan dia saja yang merasa perubahan itu.
Tatapan Winnie tampak tak minat sama sekali ketika guru masuk membuat seisi kelas langsung tentram kembali. Gadis itu membiarkan dirinya merenungi yang tak pasti. Menerka-nerka apa yang terjadi.
Sebelum nama Gibran menjadi perbincangan satu kelas membuat atensi Winnie terfokus kesana.
"Minggu kemarin pihak sekolah dapet undangan beasiswa resmi siswa berprestasi. Syukurnya yang kepilih dari jurusan kita."
Satu kelas bertanya-tanya, mengundang riuh dan gumaman kagum yang terdengar. "Siapa tuh Bu? Keren euy."
"Ah kalian mah tau meureun. Itu tuh suka foto-foto, wakilnya fotografi tahun kemaren. Kelas MM 2 kalo nggak salah ya?"
Multimedia 2..
Wakil Ketua Fotografi..
Winnie sudah menegakkan punggung mendengarnya, tentu saja ciri-ciri pemuda itu mirip dengan...
Yang suka foto-foto...
"KAK GIBRAN, BU?"
Pacarnya sendiri.... Gibran Athala.
"Betul! Sebuah pencapaian yang sangat bagus ya anak-anak, harus dicontoh itu. Di undang beasiswa kuliah di luar negeri itu jarang banget. Orang-orang terpilih. Ibu harap kalian mengikuti jejak Kak Gibran juga ya."
"Luar negeri?" Gumaman Winnie mengundang tolehan Nania disampingnya. "Win, Kak Iban nggak cerita ke kamu?"
Tatapan Winnie kentara sekali terkejutnya, yang mana artinya Winnie memang belum tau apa-apa. Jika Gibran memang sudah memberitahu, tak mungkin Winnie bisa se-syok ini. Dan Nania hanya bisa memberi gumaman penenang. Memberi usapan pelan.
Winnie hanya diam tak berkutik. Sorot matanya sendu perlahan. Sebuah pemberitahuan yang mengejutkan. Dan jujur Winnie agak kecewa. Apa posisi Winnie tak begitu berharga, sampai-sampai hal sepenting ini Winnie harus tau dari orang lain?
Sebenarnya apa yang ada di pikiran Gibran?
Apa ini yang menganggu pikirannya selama ini? Hingga adanya perubahan sikap pemuda itu terhadap dirinya dan semua orang? Tapi kenapa Gibran tak pernah bilang?
Winnie ingin Gibran bicara. Winnie ingin Gibran bertanya. Apa masalahnya? Bukankah kalau begini harusnya dia bangga?
Winnie harus bangga, meskipun nanti dia dan Gibran harus rela terbentang jarak komunikasi yang berbeda.
a/n
haaaiiii gusyyy it's been a long time tidak menyapa teman-teman disiniiii huhuhu sowriiii T ____ T
karena kesibukan in rl, winnie ibanku jadi terbengkalai wkwkwk but tenang aku bakal selesaiin kok, sebenernya sebentar lagi jg udah end
jadiii ditunggu aja yaaa, enjoyyyyyyy wopyuu 😻
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling In Silence
Fiksi Remaja❝ Sadar atau tidak, pengagum rahasia itu orang ketiga. Dan mungkinkah kamu termasuk ke dalam orang-orang itu? ❞ Started on June 2022 © Chocolalayu