49. Hari Yang Dinanti

198 35 15
                                    







Melihat usaha Gibran untuk hubungan mereka belakangan ini, Winnie merasa ia tak salah melabuhkan hati. Kegigihan pemuda itu membuat perasaan gundahnya hilang berganti dengan gembira yang menggelikan

Winnie beberapa kali melihat Gibran keluar dalam rumah lebih awal dari biasanya, alasannya untuk menunggu kedatangan Winnie yang di antar Papa dengan mobil. Ada senyum tulus gadis itu yang terbit tanpa bisa dicegah. Gibran Athala selalu membuat ia terkesan.

"Papa heran, dia nggak capek apa tiap hari nawarin tebengan. Padahal dia nggak buta ngeliat kamu udah sama Papa."

Obrolan pagi di meja makan tentu saja seputar Gibran tetangga depan rumah yang belakangan ini selalu menghampiri Winnie secara terang-terangan. Respons Winnie hanya menipiskan bibir saling pandang dengan Mama yang hanya terkekeh ringan menimpali.

"Siapa, Pa?"

"Itu tuh, anaknya tetangga depan. Siapa atuh namanya teh-

"Kak Gibran, Pa"

Papa agak mendelik samar ketika Winnie menyela, menyebutkan nama kekasihnya yang langsung menunduk seketika menggigiti roti.

"Perasaan dulu Papa nggak berlebihan kayak gitu. Anak jaman sekarang, emang nggak tau malu sama orang tua."

Dan omelan Papa terus berlanjut hingga ke hari-hari selanjutnya.

Gibran pernah mengeluh bahwa melihat wajah Papa adalah suatu tantangan tersendiri karena Gibran selalu merasa ditatap garang oleh pria dewasa itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gibran pernah mengeluh bahwa melihat wajah Papa adalah suatu tantangan tersendiri karena Gibran selalu merasa ditatap garang oleh pria dewasa itu. Papa Winnie memang punya tatapan sinis dan intimidasi yang kuat. Makanya Gibran kadang ciut seketika saat tatap matanya terbalas.

Winnie kira, Gibran akan menyerah dan cukup hanya disitu saja. Tapi ternyata, Winnie harus mendengar rutukan Papa kembali saat pulang dari jaga pos kamling setiap malam sabtu.

"Kenapa lagi, Pa?"

Kala itu Winnie hanya mendengarkan di meja sambil mengerjakan sesuatu. Papa dengan omelannya mendadak kadi rutukan kesal masih membicarakan sosok tetangga depan alias Gibran Athala si kekasih hati Winnie.

"Kapan-kapan Papa harus ngobrol sama Pak Agung." katanya menggebu-gebu, "Maksudnya apa anaknya jadi ikutan jaga pos kamling barengan sama Papa?"

Mendengarnya, Winnie melebarkan mata terkejut. Berbisik pelan bertanya-tanya, "Kak Iban ikut jaga pos kamling?"

"Loh? Nggak papa kali, Pa. Anak jaman sekarang jarang-jarang ikutan kayak gitu. Daripada nongkrong-nongkrong nggak jelas sambil ngeberisikkin warga."

Sepertinya, respons Mama tak sesuai harapan. Makanya Papa jadi mendengus malas jadi melangkahkan kaki ke atas tangga, "Bela aja terus. Masalahnya Papa jadi nggak ada temen ngobrol, itu anak nggak pas obrolannya. Terus aja ngomongin adek, kesel Papa jadinya. Ini lah, itu lah, lebay."

Feeling In Silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang