Winnie si anak polos yang nilai bahasa inggrisnya selalu di bawah kkm.
Setidaknya, anak kelas belum tahu bahwa dia sangat sulit menyerap ilmu bahasa asing ini. Bagai kutukan, otak Winnie sama sekali tidak bisa diajak berkerja sama jika pelajaran bahasa inggris datang. Mendadak bodoh seketika.
Apalagi Nania teman sebangkunya mempunyai pola pikir yang sama, tidak lancar bahasa inggris. Padahal Winnie pikir, meskipun ia tidak pandai, setidaknya teman sebangkunya bisa. Tapi naasnya, Nania sebelas dua belas dengannya.
"Win, tadi kamu lihat sendiri kan? Soal-soal Inggris itu bikin aku sakit kepala! Ya Tuhan.... "
Langkah kaki keduanya beriringan menuju kantin sekolah setelah bel istirahat berdering beberapa saat lalu. Tolehan kepala Winnie terlihat, melirik sekilas dengan wajah mengeruh masih badmood setelah ulangan mendadak pagi tadi.
"Hish, apa aku harus les bahasa inggris ya? Eh males nggak sih, ulangan begini aja aku udah pusing."
Helaan nafas berat Winnie kemudian terdengar. Ocehan Nania di sampingnya malah membuat kepalanya semakin berdenyut-denyut. Setelah otaknya terkuras habis pagi tadi, Winnie jadi malas bicara, apalagi merespons ocehan Nania di sampingnya.
"Kita les bareng aja, Win. Mau nggak?"
"Nggak."
"Heh!"
Nania kontan menyeru, menimbulkan lirikan malas dari Winnie yang kepalang sebal mendudukkan diri di meja kantin. Kedua lengannya menyimpan makanan dalam nampan dan meletakkannya di meja. Winnie hanya ingin mengisi energi yang sudah terkuras habis tadi pagi.
"Nia, aku mau makan. Yang udah-udah ya lupain aja. Ini bukan ujian nasional juga."
Wajah memberenggut Nania terlihat kemudian, gadis berkuncir itu mendecak pelan menurut. Dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk mendominasi, memenuhi suasana ramainya kantin siang ini.
Winnie sudah melahap habis semangkuk bulatan berisi daging dengan rakus. Sampai-sampai kedua pipinya kembung, seakan ingin tumpah. Menimbulkan gelengan Nania yang memandanginya.
"Win, aku denger-denger Kak Gibran lagi deket sama cewek?"
Suapan terakhir Winnie tertahan sejenak, keningnya terlipat. Sebelum gadis itu meraih tisu, mengelap sekitaran bibirnya dengan kerjapan mata kian melambat kini.
"Emang iya?"
"Kamu nggak tahu?"
Gelengan kepala Winnie menimbulkan decakan kecil Nania. Gadis itu terlihat melirik kanan-kiri memastikan tidak ada yang mendengar gosip yang masih dipertanyakan kebenarannya ini. Dia berbisik pelan.
"Aku bukannya mau bikin kamu potek ya, Win. Secara kan kamu kesini karena pengen deket sama Kak Gibran?"
"Hm, terus?"
"Tadi pagi, aku lihat dia boncengan sama cewek. Katanya anak akuntansi, namanya Miya kalau nggak salah. Aku nguping kakak kelas di ekskul vokal, mereka deket udah lama."
Winnie mendadak terdiam. Wajahnya kentara terlihat mengeruh. Namun kendati demikian, tatapan matanya mulai meredup perlahan. Bersama perasaannya yang memberat, menghilangkan mood yang baru saja ia raih setelah makan tadi.
"Mungkin," Winnie menarik nafas sejenak, membalas pelan. "Mereka temenan lama?"
"Kalau semisal mereka emang ada apa-apa, kamu yakin masih mau bertahan?"
Dan setelah Nania mengatakan itu, hembusan nafas berat Winnie kontan terlihat. Bahu kecilnya melemah, bersama pikirannya yang tak fokus. Winnie menunduk dalam-dalam, memainkan jari dengan tatapan matanya yang kian menyayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling In Silence
Jugendliteratur❝ Sadar atau tidak, pengagum rahasia itu orang ketiga. Dan mungkinkah kamu termasuk ke dalam orang-orang itu? ❞ Started on June 2022 © Chocolalayu