Color dilemma

6 4 0
                                    

Lorong masih terlihat sepi dan sunyi. Suara yang terdengar di sekitar hanya langkah kaki Edzard, Edmund, dan raja Adelio. Lantai kayu yang megah dan bersih terus berada di bawah langkah kaki saat mereka melewati ruangan – ruangan di kerajaan yang sangat besar. Namun warna dan tekstur yang indah itu tidak menemani mereka dengan lama apalagi saat mendekati area belakang kerajaan. 

Lantai kayu berubah menjadi lantai bebatuan yang besar, tetap bersih namun terlihat kasar dan berbeda dengan apa yang selama ini mereka lihat. Lampu – lampu terang yang menggantung di atas kepala mereka sekarang berubah menjadi nyala api obor raksasa yang menimbulkan banyak bayang – bayangan serta menjadikan seluruh tempat lebih gelap. 

"terlihat berbeda ya?", tanya raja Adelio sambil mengambil salah satu obor yang menggantung di dinding. 

"ini merupakan area tertutup dari para warga. Tempat ini dibuat untuk mendiskusikan serta merencanakan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan permasalahan besar yang melibatkan keselamatan kota ini". sambungnya. 

"aku merasa sedikit ragu dengan keputusanmu tadi", bisik Edmund. 

"ya, aku juga tidak sepenuhnya yakin akan apa yang terjadi, namun kita tidak memiliki pilihan yang lebih baik", balas Edzard secara perlahan. 

"tempat ini terlihat berbeda dengan apa yang ada di belakang. Sangat sunyi dan sepi, namun entah kenapa, aku merasa ada yang mengikuti kita", bisik Edmund sembari melihat ke kiri dan kanan. 

"mungkin itu hanya perasaanmu saja", balas Edzard. 

(–) 

Setelah dilewatinya lorong yang gelap dan kasar, mereka pun juga harus menuruni tangga kecil yang berada di ujung jalan yang telah dilalui. Langkah demi langkah dilakukan oleh Edzard dan Edmund mengingat mereka belum pernah berada di area seperti ini. Setelah menuruni berpuluh – puluh anak tangga, mereka bertiga pun sampai pada suatu pintu kecil. Jauh lebih kecil dibandingkan dengan pintu – pintu yang ada di atas, namun cukup besar untuk dilewati satu per satu. 

Masuklah raja Adelio, Edzard, lalu kemudian Edmund menuju ruangan yang sedikit lebih terang dibandingkan dengan lorong gelap tadi, namun yang masih memiliki aura misterius. Di balik pintu kecil itu, terdapat suatu ruang berbentuk persegi kecil dengan meja persegi panjang, papan tulis dan enam kursi. Dengan tiga kursi di sisi panjangnya serta dua kursi di sisi pendeknya. 

Di situ juga terdapat dua orang prajurit yang salah seorang sedang berdiri di sebelah papan tulis dan yang salah seorang sedang duduk di kursi pada sisi meja panjang bagian depan. Sesaat setelah pintu terbuka, kedua prajurit yang berada di situ segera hormat setelah mereka melihat bahwa raja Adelio lah yang telah datang. 

"silahkan duduk", raja Adelio menunjuk pada kursi di ujung pendek meja pada bagian belakang. 

"dan untukmu-", raja Adelio melirik ke arah Edmund sesaat. 

"kau boleh duduk di sebelah kanan Edzard", katanya menunjuk pada salah satu kursi di sisi meja panjang. 

(–) 

"baiklah, mari kita mulai saja. Kedua orang ini adalah Edzard dan Edmund yang kubawa ke ruangan ini untuk membantu kita", raja Adelio memandang seorang prajurit yang sedang berdiri di sebelah papan tulis. 

"perkenalkanlah diri kalian kepada mereka". 

Di hadapan Edzard dan Edmund, berdirilah seorang dengan baju zirah berwarna abu - abu mengkilap yang berbadan besar, tatapan yang amat gagah, serta tombak besi panjang yang ada di genggaman tangannya. 

"namaku adalah Maxwell, aku adalah kepala prajurit yang bertugas untuk menyusun rencana dan memberikan pengarahan berkaitan dengan kondisi monster yang sedang terjadi". 

Tanpa menunggu lebih lama lagi, prajurit kedua yang sedang duduk di salah satu kursi pun berdiri. Dibandingkan dengan baju zirah yang dikenakan oleh kebanyakan prajurit yang lainnya, pakaian yang dikenakan olehnya terlihat lebih sederhana dengan sebagian besar atasan dan bawahannya yang berwarna hitam pekat. 

"namaku adalah Larry, aku adalah salah satu anggota dari prajurit kerajaan yang bertugas untuk mengumpulkan informasi dan intel yang dapat berguna dalam rencana ini". katanya sambil kembali duduk di kursinya. 

(–) 

"Edzard, Edmund, apakah kalian tau mengapa aku diam saat ada yang menanyakan mengenai kondisi para warga nanti?", tanya raja Adelio sembari memandang keduanya. 

"tidak", keduanya menggeleng pelan. 

"alasanku berkata demikian karena kami membutuhkan orang – orang tertentu untuk menghadapi permasalahan ini", katanya. 

"berdasarkan pengamatan yang telah kulakukan, kedua warna mata yang telah dialami oleh seluruh warga mempunyai efek yang lebih besar dan bukan hanya sebagai penampilan baru", kata Larry mengambil alih. 

"para prajurit serta orang – orang yang berada di area bagian barat saat pancaran bulan itu terjadi, mendapat warna mata berwarna ungu, dan bagi mereka yang berada di area bagian timur, mendapat warna mata kuning". 

Dari kursinya, Edzard memandang orang – orang yang berada di sekelilingnya. Raja Adelio dengan mata ungu, Maxwell dan Larry dengan warna mata kuning. 

"namun anehnya, prajurit yang mendapat warna mata ungu tampaknya memiliki kemampuan bersenjata yang lebih lemah dan prajurit berwarna mata kuning yang memiliki kemampuan kombat yang lebih baik dibandingkan sebelumnya", lanjut Larry. 

"karena total prajurit yang ada adalah genap, maka persebaran penjagaan selalu dibagi rata pada bagian barat dan timur. Namun, karena hal itu juga, setengah dari prajurit kita tidak bisa lagi mempertahankan orang lain atau bahkan dirinya sendiri akan bahaya monster yang terjadi", Maxwell menambahkan. 

"untungnya, jumlah anggota dengan warna mata kuning sudah bertambah dua berkat kalian yang datang", ucap Larry memperhatikan Edmund serta Edzard yang mengenakan jubahnya. 

"sebenarnya...". Edzard memandang kedua prajurit baru yang ada di hadapannya lalu membuka jubah yang tadi ia kenakan kembali. 

(–) 

Ekspresi yang mirip tertera pada muka kedua prajurit itu. Terutama pada Larry. Tatapan yang telah dirasakan Edzard pertama kali ia menyadari penampilannya, respon raja Adelio beberapa saat yang lalu, serta ekspresi Maxwell dan Larry, segala tanggapan itu membuat Edzard amat ragu karena ia pun masih belum dapat mengerti apa – apa dengan kelainannya ini dibandingkan dengan orang lain. Banyak pertanyaan yang dilontarkan Larry serta Maxwell mengenai kondisi dua warna mata itu, namun Edzard pun masih belum dapat memberikan jawaban atau penjelasan yang bermakna. 

"inilah alasan lain mengapa aku membawa mereka berdua kesini", raja Adelio menghela nafasnya pelan. 

"apakah Edmund juga memiliki keanehan yang Edzard miliki?", tanya Larry yang masih tercengang. 

"tidak, tapi Edmund telah bersama dengan Edzard sejak awal tadi dan kurasa dia dapat membantunya jika kita harus menyuruh mereka bertarung melawan monster", jawab raja Adelio. 

"izinkan ku alihkan pembicaraan ini untuk sesaat", sahut Maxwell. 

"bagaimana pengalaman kalian dengan mempertahankan diri terhadap monster? Terutama kau Edzard", tanyanya dengan wajah yang sedikit cemas. 

"kita telah menghampiri beberapa monster yang ada di luar sana, dan karena itulah kita selalu membawa semacam senjata yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri", jawab Edzard mengeluarkan potongan besi tajam dari kantongnya. 

"dari hal yang telah dikatakan Larry tadi, orang dengan warna mata ungu biasanya tidak dapat selamat karena ketidakmampuan mereka dalam menggunakan atau bahkan memegang senjata. Namun dalam situasimu ini...", Maxwell memandang pada papan tulisnya selama beberapa saat. 

"tangkap ini!", mengambil sebuah serpihan kayu yang terkelupas dari meja itu, dilemparkannya lah ke arah Edzard. 

Dengan cepat, Edzard pun menangkap tombak itu dengan tangan kanannya tepat dimana mata kuningnya itu berada. 

"hm, menarik", balas Larry. 

Dungeon Duolist vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang