Angin malam kembali meniupkan rasa dinginnya pada waktu itu. Bekas bakaran yang sudah mulai mereda kini tidak dapat menutupi suasana dingin yang telah dirasakan oleh mereka sebelum memasuki tempat berasap ini. Dengan bantuan angin dari kedua sayap Achazia, mereka semua dapat keluar dari kumpulan asap yang menutupi sebagian besar area hutan itu.
Setelah keluar dari situ, kini Larry bergantian berjalan pada barisan terdepan. Berada di tengah – tengah mereka ada Edzard, Edmund, Averie, dan juga Maxwell yang sedang merangkul Tilia di pundaknya. Namun berbeda dengan yang lain, Achazia nampak berjalan sendirian pada bagian terbelakang. Matanya hanya melihat segala pemandangan alam Aeithein yang ada sekitarnya.
"jadi, apa yang terjadi?", Maxwell memulai pertanyaannya kepada Edzard.
Di sampingnya, Edzard memandang Maxwell dengan ragu sambil berbalik melihat Achazia.
"banyak hal yang terjadi di tempat itu. Tapi secara singkatnya, kita berada dalam posisi yang sama", Edzard menjawabnya.
"posisi yang sama?", Maxwell mengulang perkataan Edzard.
"iya, bisa dibilang tujuan kita dan miliknya sama, yaitu untuk mengalahkan sisa kelompok magis yang ada", jawab Edzard.
"tapi walau begitu, bagaimana kau bisa yakin dia tidak akan berbalik menyerang kita?", Maxwell menghadap ke depan dengan wajah yang masih belum yakin.
Edzard ikut menghadap pada arahnya yang sama.
"sebenarnya aku juga tidak yakin dengan pertanyaan itu. Achazia memang bukan makhluk yang menyukai manusia. Namun selama berada di ruangan bawah tanah itu, dia tidak pernah mengkhianatiku atau memiliki pemikiran yang berbeda denganku", Edzard berbalik menatap pemandangan bulan yang bersinar terang di sisi kanannya.
Maxwell diam sebentar setelah jawaban itu ia dengar.
"lalu dengan warna matanya itu, mengapa ia terlihat mirip dengan punyamu?", tanya Maxwell.
"warna matanya itu ya? Aku rasa jawabanku akan sama dengan apa yang telah kuucapkan pertama kali", jawabnya.
"baiklah kalau begitu. Sepertinya itu saja hal yang ingin kutanyakan", meski tidak nampak di wajahnya, Maxwell terdengar cukup puas dengan apa yang telah diberikan oleh Edzard.
"aku pikir kau akan terus bertanya karena jawabanku tidak terdengar memuaskan", Edzard menggerakan kepalanya ke kiri.
"ya, mau bagaimana lagi? Jika keberadaanya tidak mengganggu kita, maka aku tidak akan menanyakan lebih banyak hal lagi. Lagipula kita masih ada permasalahan lain yang lebih besar", Maxwell mengangkat kepalanya lebih tinggi untuk melihat suatu jalanan di mana area perhutanan itu mulai berakhir.
(–)
"baiklah, kita diam di tempat ini terlebih dahulu", Larry berhenti pada sebuah lapangan luas di mana pepohonan baru saja berhenti di belakangnya.
Bersamaan dengan itu, Maxwell perlahan menurunkan Tilia untuk duduk pada sebuah rerumputan di depan mereka.
"apa kau yakin tempat ini aman untuk berhenti?", Edzard bertanya kepada Larry sembari melihat sekelilingnya.
Larry menghadap Edzard.
"tidak juga, tapi jika Tilia sudah mengetahui mengenai tempat persembunyian kelompok magis, maka inilah posisi terbaik baginya untuk mengarahkan kita", Larry menjawabnya.
Setelah berkata hal itu, ia berjalan ke depan mendekati Tilia yang mulai mendapatkan tenaganya kembali.
"kalian dapat beristirahat dulu, aku ingin berbicara dengan Tilia sebentar", katanya sambil membalikkan kepalanya ke arah empat orang yang berdiri menghadapnya.
Sesudah ia berkata demikian, keduanya berjalan beberapa meter di balik sebuah batu yang besar.
"ada apa dengan Larry?", Edzard menghadap Maxwell.
"aku yakin dia memiliki suatu urusan penting dengan Tilia", jawabnya singkat.
"begitu ya...", kata Edzard.
Meski berkata demikian, Edzard nampaknya masih memikirkan sesuatu berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh mereka berdua. Namun tidak hanya olehnya, Averie juga memiliki raut muka berpikir yang serupa dengan Edzard.
(–)
Setelah cukup lama merasakan hangatnya siang hari pada Nocterum, dingin dan gelapnya malam menjadi asing bagi mereka semua yang berdiri disitu. Bahkan bagi Edzard yang berada pada ruang bawah tanah persembunyian Igfus, tempat itu masih memberikan kehangatan yang cukup bagi dirinya.
"jadi, apa yang harus kita lakukan?", Edmund duduk di sebuah balok kayu dengan tombak miliknya ia perhatikan dengan seksama.
"kita harus menunggu jawaban dari Tilia agar dapat mengetahui di mana mereka berada", Maxwell menghembuskan napas yang berasap.
"apa kalian sudah bertemu dengan raja Alaric?", tanya Edzard di tengah keheningan yang mulai terasa tidak nyaman.
"iya, kita sudah bertemu dengannya", Averie menjawab pertanyaannya dari sampingnya.
Edzard melihat reaksi Averie yang tidak terlihat senang. Sambil memandangnya, Edzard memberikan senyuman kecil untuk menenangkannya.
"malam ini terasa sangat panjang", Edzard menghadap ke atas langit sambil menggosokkan kedua tangannya.
(–)
Berjalan perlahan menuntun Tilia di depannya, sebuah area pepohonan kecil berada di hadapan mereka. Keduanya berhenti setelah jarak mereka cukup jauh dari yang lainnya.
"kau telah menggunakan kekuatan api itu ya?", Larry mengamati penampilan wajah serta tubuh Tilia yang mulai membaik walau masih terlihat lesu.
"iya, sepertinya aku sedikit berlebihan menggunakannya", jawabnya meraba batu itu di kantongnya secara perlahan.
"hal itu tidak apa – apa. Dalam beberapa waktu kondisi tubuhmu pasti akan kembali seperti semula", Larry memastikan.
Setelah ia mengatakan hal itu, Tilia mengambil batu itu dan mengarahkan kepadanya.
"karena Edzard telah terselamatkan, lebih baik aku mengembalikkan batu ini kepadamu", katanya memegang batu itu di depan wajahnya.
Melihat sinar dari batu itu yang berwarna merah terang, Larry menolak uluran tangan Tilia secara pelan.
"sebaiknya kau memegang batu itu lebih lama lagi", katanya.
"apa kau yakin, bukankah ini adalah batumu?", Tilia menanggapi jawabannya itu dengan bingung.
"tentu saja, tapi seperti kejadian sebelumnya, aku rasa kau akan lebih membutuhkannya dibandingkan denganku", Larry berbalik menghadap ke sisi kirinya di mana sebuah lapangan kosong menampakkan luas areanya pada malam yang cerah.
"baiklah kalau begitu...".
Tanpa bertanya untuk kedua kalinya, Tilia menerima tolakan dari Larry dengan cepat.
"jadi berhubungan dengan apa yang didapat dari salah satu pengguna magis yang kau tanyakan, apa yang dia katakan?", Larry langsung beralih pada topik utamanya.
(–)
Sepuluh menit telah berlalu dan semuanya mulai khawatir dengan apa yang dilakukan oleh Larry dan Tilia.
"apa urusan mereka benar – benar membutuhkan waktu yang sangat lama?", Edmund melihat ke arah di mana mereka pergi dengan wajah yang sedikit kesal.
"tidak biasanya mereka memakan waktu selama ini", Maxwell juga merasakan hal yang sama.
Berhadapan dengan Maxwell dan Edmund, sisa dari mereka hanya diam memandang ke bawah dengan perasaan lelah dan bosan. Namun sebelum eluhan akan muncul kembali, Larry dan Tilia akhirnya datang menuju tempat mereka.
"baiklah semuanya, lokasi dari kelompok magis telah didapatkan", Larry berbicara kepada mereka semua.
"namun untukmu Maxwell-", tiba – tiba katanya berubah sambil menghadapnya.
"ada suatu hal yang harus kau lakukan".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...