Matahari yang sudah terbenam kini digantikan oleh bulan yang berada di atas mereka semua. Walau tidak ada jendela kaca yang digunakan untuk melihat keadaan di luar, Edzard dapat melihat terangnya sinar bulan yang merambat masuk melalui celah – celah tembok kayu yang rusak. Dalam dirinya ia tidak bisa tidur. Walaupun tubuhnya terasa lelah, pikirannya masih sibuk mengingat pesan yang dibacakan oleh Tilia.
Entah karena dua warna mata miliknya yang belum ia beritakan kepadanya atau konsekuensi apa yang mungkin menimpa mereka karena telah mengetahui pesan yang tidak seharusnya dibacakan. Edzard membalikkan tubuhnya ke sisi kiri dan kanan. Perlahan dan tidak banyak berpindah karena di sisi kirinya terdapat Averie dan Edmund yang terlihat tertidur pulas. Tidak ada hal yang dapat ia lakukan saat ini. Sekarang sudah malam dan semua orang sedang beristirahat. Sambil berusaha untuk menyingkirkan kecemasannya, Edzard pun memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur.
(–)
Waktu telah menunjukan jam satu pagi, dan kali ini adalah bagian Larry untuk menjaga keadaan sekitarnya. Sejak dimulainya penjagaan pada jam sepuluh malam, tidak ada satupun tanda – tanda ataupun suara mencurigakan yang terdengar. Di sisi kanan Larry terdapat Tilia yang sedang tertidur di sofa dan di sisi kirinya, terdapat Maxwell yang juga tertidur di matrasnya.
Dengan ekspresi yang masih sedikit lelah, Larry memandang kedua jendela yang terdapat di sebelah kiri dan kanan pintu masuk di depan. Walau beberapa kaca ada yang retak dan pemandangan ke luar tidak terlihat dengan jelas, Larry tetap bisa memperhatikan keadaan sekitarnya tanpa banyak masalah.
(–)
Setelah beberapa menit Edzard memejamkan matanya, ia pun mulai merasa nyaman dan lelah kembali. Dalam dirinya ia bersiap untuk tidur dan menghilangkan segala pemikirannya yang berlebihan. Walau begitu, di sekitarnya ia mendengar suara yang mendekatinya. Suara langkahan kaki serta goresan kayu yang kecil, namun segalanya menjadikan Edzard semakin panik. Ruangan tanpa kaca ataupun jendela berarti bayangan tidak akan tercipta.
Itulah yang ia pikirkan sesaat langit – langit ruangan menjadi lebih gelap dari biasanya. Pada saat itulah Edzard membuka matanya dan melihat ke sekeliling. Dari sisi ranjang itu, terdapat dua orang dengan jubah menutupi seluruh tubuhnya, berdiri diam di sebelahnya. Edzard melihat mereka dengan kaget, mundur beberapa langkah dan mengambil belatinya.
"siapa kalian?", tanyanya perlahan karena tidak ingin memperingati Averie dan Edmund.
"kau telah melihatnya", kata seorang berbalik memandang Edzard.
Walau jubah orang – orang itu menutupi kedua matanya, Edzard tahu bahwa mereka dapat melihatnya dengan jelas dibandingkan dengannya yang hanya dapat melihat bentuk tubuh mereka.
"bagi mereka yang telah membaca teks itu, ada dua pilihan. Bergabunglah atau mati", lanjut orang itu berjalan mendekat.
"apa maksud perkataanmu itu? Dan bagaimana kalau aku menolak tawaran kalian?", Edzard mulai menantang mereka.
Kedua orang itu berjalan mundur, dan dari belakang mereka, diambillah sebuah tongkat dengan batu kecil yang bernyala redup dengan warna coklat di ujungnya. Pada waktu itu juga Edzard telah menyadari bahwa ia sedang berurusan dengan kelompok magis itu.
(–)
"teks itu ya?", Edzard sekarang menyadari konsekuensi bagi mereka yang telah membaca teks itu.
Dalam hatinya, ia tidak yakin harus melakukan apa. Menyerang dengan resiko mati atau pergi keluar kamar mencari bantuan. Dengan pilihan yang sangat mencolok, Edzard membalikkan badanya menghadap pintu kamarnya untuk keluar dan meminta bantuan, namun saat sebelum ia dapat menggapai gagang pintu itu, seluruh badan area pintu menjadi ranting dan batang pohon lebat yang menghambat dirinya untuk keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...