Suasana yang tadinya dipenuhi oleh rasa takut dan kegelisahan, sekarang telah terisi oleh tawa dan obrolan para warga yang senang akan informasi yang telah diberikan. Ruangan yang tadinya sepi, sunyi, dan suram, kini terasa lebih hidup ditambah dengan bantuan yang didapat. Di sisi lain, Edzard masih terdiam dan memikirkan hal yang telah dikatakan oleh Edmund.
Kini terasa lebih jelas selagi ia mengingatnya kembali. Monster serigala, monster elang, bahkan makhluk terbang yang mengambil mata seseorang di hutan torren. Semua hal buruk yang ia ingat itu membuat pikirannya ingin mempertimbangkan sesuatu.
"apa yang kakak pikirkan?", tanya Averie yang dari tadi melihat Edzard meraba dan memainkan potongan roti dan daging yang dibagikan oleh penjaga aula tadi.
"ah, tidak ada apa – apa. Cuma sedang memikirkan sesuatu", sahut Edzard sedikit terkejut.
"sedang memikirkan perkataan kak Edmund tadi ya?".
Edzard hanya terdiam memandang kembali ke makanannya.
"aku tidak tau apa yang terjadi di bawah sana tapi, aku yakin pasti selalu ada cara untuk menyelesaikan semua masalah ini, apalagi kakak yang sudah datang ke atas bukit and mengunjungiku. Kata raja Adelio semua hal pasti dapat diselesaikan atau... itu yang aku percaya selama ini", kata Averie dengan percaya diri namun terlihat sedikit bingung akan apa yang telah ia sampaikan.
Mendengar perkataan itu, Edzard memandang Averie yang membuatnya mulai tersenyum kembali, lalu mengelus kepalanya.
"ada – ada saja perkataanmu".
(–)
Situasi ini menjadi dilema besar bagi Edzard. sewaktu ia memandang ke sekeliling ruangan, hanya ada beberapa orang yang berani mempertanyakan atau memikirkan perkataan raja Adelio mengenai cara atau rencana apa yang akan ia lakukan. Raut mukanya selagi menyampaikan pidato singkat itu begitu percaya diri dan sungguh yakin mengenai pemikirannya yang belum disampaikan kepada siapapun.
Jubah merah tua dan putih yang megah dan indah serta mahkota emas yang memancarkan kilauannya, terus hadir pada atas podium selagi ia membantu menenangkan keresahan sisa – sisa orang yang masih meragukan dirinya. Dari jauh, dilihatnya cara ia menjawab pertanyaan – pertanyaan itu dengan jawaban yang serupa dengan apa yang sudah ia berikan. Raut mukanya yang lama – kelamaan mulai lelah menandakan masih banyak juga orang yang heran dengan pidatonya tadi.
Sambil memakan roti yang Edzard diami pada genggaman tangannya, ia terus mengawasi pergerakan serta perkataan yang diberikan raja Adelio kepada mereka dengan saksama. Semua pertanyaan dijawab dengan rasa yang sama dan senyuman keyakinan yang membuat mereka puas dengan apa yang diberikan. Namun, setelah semua yang telah ia jawab dengan cepat dan matang, ada seorang pemuda bertanya kepadanya,
"apa yang akan terjadi dengan nasib kita semua selagi rencanamu berjalan?".
Mendengar pertanyaan itu, ekspresi wajah raja Adelio sedikit berubah, matanya mulai khawatir, tangannya berhenti bergerak, dan bibirnya tidak menunjukan senyuman yang selalu ia pancarkan saat menjawab pertanyaan – pertanyaan itu. Sesaat kemudian, ia menghilangkan tatapan cemas yang diberikan, dan berkata kepadanya.
"janganlah khawatir, aku menjamin keselamatan kepada kalian semua yang ada di ruangan ini. pertempuran ini merupakan tugas prajurit – prajurit terlatih serta orang – orang terpilih yang sudah ada dan siap untuk menyerang".
Setelah berkata demikian raja Adelio mulai memandang para warga yang ada di depannya.
"sangat ku hargai semua pertanyaan kalian semua, namun sekarang aku harus pergi mengurus suatu urusan tertentu berhubungan dengan situasi ini. Tetap berada di tempat ini dengan segala makanan dan perawatan yang akan kalian dapat. Aku pasti akan kembali dengan berita yang bagus bagi kalian semua".
Setelah mengatakan hal itu bersorak – sorailah semua orang yang ada di tempat itu dan pergilah raja Adelio dari aula dengan dua prajuritnya yang ada di sisi kanan dan kirinya.
"hahh....", Edzard menghela nafas sambil bersandar pada sebuah kursi kayu.
Berbalik melihat ke kanan pada tempat di mana Edmund tadinya berada, kali ini ia tidak dapat menemukannya. Namun tak lama berdiri dan melihat ke sekeliling, ia menemukannya seperti bersembunyi di belakang tempat duduknya.
"apa yang kau lakukan di sana?", tanyanya sedikit terkejut.
"sedikit sulit untuk menjelaskannya, tapi sepertinya kita tidak dibolehkan untuk keluar dari tempat ini", jawabnya sambil melihat ke sekitar.
Seperti apa yang Edmund katakan, tampak sejumlah prajurit yang berdiri di tiap pintu dan pojok dari aula itu.
"hmm, kebetulan aku juga ingin keluar dari tempat ini", Edzard menatap padanya.
(–)
Keduanya berjalan perlahan – lahan menuju pintu keluar aula yang ada di sebelah kiri mereka. Meja demi meja dilewatinya dengan hati – hati sambil memastikan agar tidak diketahui oleh prajurit yang berjaga pada sekeliling ruangan dan para warga supaya mereka tidak dicurigai. Beberapa langkah menuju pojok kiri belakang di mana jumlah warga yang ada tak banyak, mereka pun sampai di hadapan sebuah pintu yang tepatnya berjarak sepuluh meter sebelum tempat keluar.
Di depan pintu itu, terdapatlah dua prajurit dengan baju besi dan tombak yang berdiri sembari menjaga keberadaan pintu itu, orang – orang disekitarnya, dan memastikan bahwa tidak ada yang masuk ataupun keluar.
"jadi, apa yang akan kita lakukan?", tanya Edmund yang sedang bersembunyi bersama Edzard di bawah sebuah meja kecil.
"kita harus menunggu hingga kedua prajurit itu pergi menjauh dari pintu", jawab Edzard selagi mengalihkan pandangannya ke sekelilingnya dan mencoba mencari orang yang mungkin akan membutuhkan bantuan dari kedua prajurit itu.
Tak lama setelah mereka menunggu dan memperhatikan kedua prajurit itu, Edmund merasakan adanya hawa aneh yang ada di sekitar mereka. Ketika ia membalikkan badannya ke belakang, terkejutlah dia dengan dua orang yang memperhatikan mereka dengan tatapan yang heran dan bingung. Tanpa dapat berbuat apa – apa, kedua orang itu pun berlari menuju kedua prajurit yang berjaga di depan mereka untuk melaporkan apa yang mereka lihat.
"bagus, akhirnya ada yang sudah bergerak", seru Edzard yang lega karena sudah menunggu selama beberapa menit.
"ya, untuk soal itu sepertinya kita harus segera bergerak", kata Edmund sedikit cemas.
"apa yang terjadi?", tanya Edzard sedikit kebingungan.
"kita telah dilihat oleh dua orang dan panggilan itu merupakan laporan".
"oh sial!", kata Edzard panik.
Dari jarak sepuluh meter itu, nampaklah dua prajurit yang telah diamati tadi, mulai bergerak menuju tempat persembunyian mereka serta diikuti oleh kedua orang yang melaporkan hal tersebut.
"ok, tenanglah, aku punya ide", kata Edzard sambil melepaskan jubah yang ia pakai.
"simpanlah jubahku ini di dalam tasmu, dan ketika kedua prajurit itu mendekati tempat ini, kita harus berlari di balik kursi dan meja di sekeliling dengan cepat menuju arah pintu itu".
"baiklah", jawab Edmund yang langsung memasukkan jubahnya ke dalam tasnya.
"dalam hitungan ketiga", katanya saat prajurit itu mulai mendekati tempat mereka.
"Satu, dua, tiga!".
Keduanya pun mulai berlari sambil membungkukkan badannya menuju arah pintu dengan hati – hati agar kejadian barusan tidak terulang lagi. Terdapat dua meter mendekati pintu itu dan mereka tidak ingin membuang banyak waktu lagi. Dengan cepat, di doronglah pintu kayu besar itu secara perlahan sehingga celah kecil terbentuk yang membuat mereka dapat menyelinap keluar tanpa tertangkap.
"hah....hah...." napas Edzard dan Edmund terhembus dari tubuhnya karena gerakan beresiko tadi.
"ya, untungnya kita dapat keluar", ujar Edmund yang masih bersandar di dinding sebelah pintu.
"sesuai dengan rencana", sahut Edzard sambil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasíaSinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...