Maxwell dan Larry berjalan perlahan mendekati kedua penjaga yang berdiri di depan gerbang itu. Keduanya berhenti, diikuti dengan Edzard, Edmund, dan Averie dengan jarak tiga meter di belakang.
"apa urusan kalian datang kesini?", tanya seorang penjaga yang mendekati mereka berdua.
"kami hanya seorang pedagang yang berniat kemari dan menjual benda – benda yang mungkin dapat menarik perhatian beberapa orang di kota ini", jawab Larry.
"oh iya, benda apakah itu!?", tanyanya.
Dari dalam kantong jubahnya, Larry mengeluarkan sebuah bola kecil berwarna merah yang bersinar terang di hadapan mereka.
"b-benda apa itu...?!", prajurit itu sangat terpukau.
Dari posisi siap kedua penjaga itu, mereka pun berjalan mendekat untuk mengamatinya lebih jauh.
"hanya sebuah batu kecil yang menyimpan suatu kekuatan yang hebat. Dengan memegangnya kau dapat mendapatkan keberuntungan dan kemakmuran yang berlimpah", lanjutnya lebih menaikkannya.
"yang benar saja", salah satu dari kedua penjaga itu menghela nafas tidak percaya.
"tidak mungkin hal itu bisa terjadi. Yang pasti batu itu hanyalah permata belaka".
"mungkin saja, tapi seorang harus dapat menarik perhatian banyak orang agar ingin membelinya", jawabnya dengan senyuman kecil.
"terserah kau saja. Tapi pastikan kalian tidak membuat keributan di kota ini!", setelah mengatakan itu, dua buah tali panjang turun dari atas kepala mereka.
Empat orang yang berada di bagian atas pun menarik tali tersebut dan gerbang besar yang ada di hadapan mereka mulai terbuka hingga terdapat sebuah celah yang cukup besar. Maxwell melirik ke belakang dan mengisyaratkan bahwa mereka sudah dapat masuk. Kelimanya melangkahkan kakinya melalui gerbang yang sudah terbuka itu.
Namun berbeda dari proses yang tampaknya cukup lancar bagi mereka, dilihatnya banyak orang yang diusir pergi dari tempat dimana mereka tadi menunggu karena berbagai alasan yang tidak dapat diterima oleh penjaga itu. Saat ketiganya mulai mendekati penjaga itu, wajahnya terdiam, tidak ada reaksi maupun ekspresi yang dikeluarkan, hanya satu lirikan tajam kearah jubah yang menutupi sebagian wajah mereka.
(–)
Maxwell dan Larry berhenti setelah melewati gerbang. Dari dalam, terlihat berbagai rumah dari kayu, jalanan batu yang menjulur ke seluruh kota, orang – orang yang ada di sekeliling sedang berjalan, berlari, dan juga berbicara dengan satu sama lain dengan tenang. Namun dalam keheningan dan ketenangan situasi ini, Edzard tidak dapat melepaskan perasaan bahwa banyak orang yang memandang ke arah mereka berlima.
"sangat berbeda dengan Aeithein ya?", Maxwell berjalan perlahan di sisi jalanan.
"dibandingkan dengan Aeithein, Nocterum tidak terdampak sinar bulan misterius. Maka dari itu, kita adalah seorang orang luar yang sangat berbeda dibandingkan dengan yang lain".
Saat itulah baru ketiganya sadar bahwa semua orang memiliki warna mata yang biasa ada beberapa waktu lalu. Bedanya sekarang, ketiganya sudah terbiasa dengan warna mata ungu dan kuning.
"jadi Nocterum tetap memiliki siklus pagi dan malam?", tanya Edzard.
"iya, namun sekarang masih malam hari jadi tidak ada bedanya dengan apa yang kita selama ini rasakan", jawab Maxwell.
"merasakan pagi..., sudah lama aku ingin menikmatinya kembali", Edmund terdengar antusias.
"ya, aku juga ingin merasakannya kembali. Bagaimana kalau kita beristirahat sejenak di suatu tempat, aku rasa kalian sudah terlihat lelah".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...