"hahh, baiklah", Allina menghela napasnya sambil mempersilahkan keduanya masuk ke dalam.
"terima kasih bu", jawab orang itu sambil melangkahkan kakinya secara perlahan.
Ketika keduanya sudah mulai berjalan hingga sepenuhnya masuk, dilihatnya anak perempuan kecil itu yang tidak membuka matanya. Bersamaan hal itu, Allina menutup pintu depan secara pelan sembari memandang Alfred yang berjalan masuk ke dalam kamar ayahnya.
(–)
"baiklah, ini tempatnya", Alfred membuka pintu kamar itu yang sudah tak terpakai sejak minggu lalu.
Keadaannya tampak bersih dengan hanya sisa – sisa debu yang berterbangan selayaknya loteng yang sudah lama tidak dikunjungi. Berjalan menuju ranjang yang ada di tengah – tengah ruangan, Alfred membersihkan berbagai debu dan asap kecil yang ada sebagai tempat bagi anak perempuan itu.
"baringkanlah di ranjang ini", kata Alfred yang melihatnya masih menggendong anak itu sejak tadi.
"tolong tunggu sebentar di dalam kamar ini", Alfred berbalik keluar dari kamar ketika anak tersebut baru saja terbaring.
Setelah menutup pintunya di belakangnya, Alfred pun segera berjalan ke dapur untuk mengambil sebuah mangkuk dan gelas yang diisi dengan air. Sama seperti apa yang ia lakukan di rumah Norine, juga dua buah kain putih jikalau suatu hal telah terjadi kepadanya.
"baiklah", Alfred berjalan menuju kamar itu dengan segala hal yang ia butuhkan.
Meski ini bukan pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini, dirinya masih merasa ragu dan tidak yakin dengan apa yang dapat ia lakukan. Tangannya terasa sedikit bergetar selagi ia membuka gagang pintu kamar meski segala hal itu ia tahan untuk sesaat.
"silahkan diminum", Alfred memberikan segelas air kepada orang itu.
"t-terima kasih", jawabnya yang sedang memandangi anak itu.
(–)
"jadi, apa yang terjadi sebelum anak ini tidak sadarkan diri?", Alfred membalikkan badannya.
Orang itu memandang Alfred sembari berpikir sejenak.
"aku tidak tahu bagaimana kejadiannya secara detail, tapi sepertinya dia telah memakan buah yang tidak jauh dari tempat ini".
"buah ya?", Alfred mengulang perkataanya sambil memikirkan sesuatu.
"iya, itu benar. Bertepatan di sekitar area hutan yang tidak jauh dari sini, terdapat sebuah tanaman di mana buah tumbuh", lanjutnya memandang wajah anak itu yang mengeluarkan napas yang panas.
"baiklah kalau begitu", Alfred menggeserkan mangkuk berisi air itu pada sampingnya.
"untuk gelas air itu, apa kau keberatan jika aku menggunakannya?", tanyanya kembali.
"tidak sama sekali, aku juga sudah selesai meminumnya", jawabnya memberikan gelas kosong kepadanya.
Dengan mangkuk besar itu, dituangkanlah air yang ada di dalamnya menuju gelas yang kecil. Setelah selesai, tampaklah sebuah gelas air bening yang bersih hingga bayangan wajahnya pun dapat terlihat. Sambil mengangkat kepala anak itu secara perlahan, Alfred meluruskannya hingga pandangannya tepat searah dengannya. Dengan tangan kirinya yang memegang gelas itu, ditaruhlah sisi gelas itu pada mulutnya hingga setengah air yang ada telah terminum menuju tubuhnya. Ketika segala proses itu sudah selesai, Alfred menaruh gelas dan mangkuk itu pada meja yang ada di sisinya.
"a-apa penyakitnya sudah tersembuhkan?", orang itu bangkit berdiri melihat Alfred yang nampaknya sudah selesai.
"aku sendiri pun belum yakin. Tapi jika segalanya berjalan lancar, kondisinya seharusnya akan membaik", jawabnya melihat kedua mata anak perempuan yang tertutup itu mulai bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantastikSinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...