"h-halo, namaku adalah Luis", katanya dengan gugup sambil memberikan tangan kanannya.
"halo", jawab Ardfer singkat.
Keheningan tiba – tiba menutupi interaksi awal antar mereka berdua. Berdiri memperhatikan di samping, Selvan melihat keduanya dengan bingung.
"ehm, baiklah kalau begitu", ia menghancurkan keheningan yang ada.
"Ardfer, inilah orang yang telah kubicarakan padamu".
"ini orangnya?", tanyanya memperhatikan raut wajahnya yang terlihat canggung.
"iya benar", jawab Selvan singkat.
"hmm", Ardfer memperhatikan penampilannya dengan lebih baik.
Sembari melihat – lihat, ada satu hal yang ia sadari.
"apa Luis belum mendapatkan batu miliknya sendiri?", tanyanya.
"tentu tidak. Maka dari itu aku memberitau hal ini kepadamu terlebih dahulu", Selvan menghadap Luis.
"ikutilah aku Luis", ia berbalik menghadap sebuah lorong di belakang mereka di mana berbagai obor api telah menyalakan jalan bagi mereka.
"dan kau juga Ardfer", sambungnya.
(–)
Kembali menyusuri sebuah area yang gelap dan misterius, Luis memegang kedua tangannya dengan rasa gugup. Firasat dalam hatinya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, namun tubuhnya tidak dapat kembali pada kehidupannya yang lama.
"apa kau ragu, Luis?", tanya Selvan dari depan.
"i-iya, sedikit", jawabnya berkeringat.
"jangan khawatir. Proses ini akan membuatmu lebih baik dan kuat", katanya menyemangati.
Jawaban itu masih belum dapat menghilangkan kecemasannya. Terlebih lagi setelah lorong yang gelap itu berhenti, nampak sebuah ruangan kecil di mana berbagai darah serta debu bertebaran di sekitarnya. Luis berhenti dengan tatapan yang ngeri dalam matanya. Ia berjalan mundur sebanyak beberapa kali sebelum ia berhenti di hadapan Ardfer.
"t-tempat apa ini?!", tanyanya kepada Selvan.
Dari depan, ia berbalik dengan perlahan. Matanya menghadap Luis, namun ekspresinya tidak menunjukkan bahaya apapun.
"Luis, apa kau mempercayaiku?", Selvan tepat berhenti sebelum ia sempat melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
"m-mempercayaimu?!", Luis tidak tahu ingin berkata apa.
"aku tau tempat ini terlihat menakutkan, namun sebagai anggota Vergicis, inilah salah satu hal yang kita semua harus lakukan", katanya.
"harus dilakukan? Apa yang ingin kau lakukan?", warna darah yang mengering di dinding ruangan itu terus menghantuinya dari tempat ia berdiri saat ini.
Selvan menghela nafasnya kecil. Perlahan ia melangkahkan kakinya ke arah Luis.
"jika kau tidak ingin melakukan hal ini, maka aku tidak keberatan", katanya.
Berada di antara ruangan itu dan lorong menuju jalan keluar, Luis memandang keduanya dengan rasa bingung. Dalam satu sisi, ia tidak ingin mengalami apa yang dapat terjadi disitu. Namun di sisi lain, inilah satu – satunya tempat di mana ia dapat hidup dan terus ingin mewujudkan keinginan terdalamnya. Dua menit berlalu dengan suasana hening. Terlihat Luis yang menghadapkan kepalanya ke bawah sembari berpikir.
"b-baiklah, aku tidak keberatan", ia mengangkat kepalanya.
(–)
Selvan membalikkan badannya semenjak Luis memberikan jawabannya. Jalanan yang ada di depan ia lihat dengan jelas seiring dekatnya dengan ruangan itu. Meski masih memikirkan jawabannya, sekarang Luis tidak dapat menarik perkataannya. Apa yang akan terjadi adalah pilihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...