Dengan tubuh yang basah Edzard berdiri di hadapan seorang dengan warna mata ungu dan batu berwarna biru yang ada pada kantongnya. Sambil memperhatikan penampilan Edzard, ia menciptakan kursi dari air untuk duduk.
"jadi ini rumor manusia istimewa yang telah kudengar dari banyak orang", ia memiringkan wajahnya dengan penampilan serius.
"awalnya tidak kusangka hal ini mungkin terjadi. Tapi setelah dilihat baik – baik, hal itu benar juga", kini ia berdiri sambil berjalan menghampirinya dengan wajah yang lebih tenang.
Masih mempertahankan penampilannya itu, Edzard tidak mengatakan hal apapun.
"ah iya, aku hampir lupa. Dimanakah sopan santunku?", orang itu menepuk kening kepalanya.
"meskipun aku tidak akan membiarkanmu melewati ruangan ini, sudah sebaiknya kita mengetahui nama satu sama lain", lanjutnya memasangkan senyuman kecil yang terlihat ramah.
"salam manusia dua warna, namaku adalah Arledge. Dan dirimu?".
"namaku Edzard".
"Edzard ya? Hmm iya nama yang unik", Arledge berjalan ke sampingnya.
"rasanya sungguh aneh. Sikapnya begitu berbeda dibandingkan dengan Igfus", gumam Edzard terus memfokuskan pandangan ke arahnya.
Arledge berjalan mengitarinya hingga kembali di hadapannya. Dengan airnya kembali, ia menciptakan sebuah kursi raja yang dapat bergerak dengan ombak kecil di bawahnya.
"jadi Edzard, aku rasa kau telah bertemu dengan Igfus ya?", tanyanya sambil berjalan mendekatinya dengan kursinya itu.
"iya", jawabnya singkat.
"ayolah, ada apa dengan raut wajahmu yang begitu serius denganku? Apa kau takut aku akan melakukan sesuatu kepadamu?", Arledge memasang senyuman kecil.
"apa maumu?", Edzard menatap kedua mata ungunya.
"apa mauku?", kursinya bergerak ke belakang.
"tidak ada banyak yang kuinginkan. Tapi sebelum sampai pada hal itu, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu", kakinya kanannya diangkat pada paha kirinya.
"berbeda dengan Igfus, aku tidak menyukai perlawanan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Yah kalau tidak ada pilihan lain aku pasti akan melakukannya. Tapi meski hal itu terjadi, aku tidak akan kalah dengan siapapun".
Edzard menyipitkan matanya.
"aku adalah tipe orang yang lebih menyukai sebuah kesepakatan dalam hal seperti ini", lanjutnya mengganti posisi kakinya.
"kesepakatan? Apa maksudmu?", Edzard merasa sedikit bingung.
"iya, kesepakatan. Satu hal akan didapat olehku dan hal lain akan didapat olehmu", Arledge menunjukkan jari telunjuknya ke arah depan.
Bersamaan dengan itu, kursi rajanya bergerak dengan cepat tepat di hadapannya. Dengan jarak keduanya yang hampir satu nafas, Arledge berbisik pada telinga kanan Edzard.
"aku sudah mengatakan bahwa kau tidak dapat keluar dari tempat ini. Tapi bagaimana kalau aku ubah perkataan itu?".
Edzard melihatnya dengan senyuman kecil meski tidak menggerakkan kepalanya.
"untuk kebebasan dirimu, aku ingin mengetahui lebih banyak mengenai dua warna mata yang kau miliki saat ini. Jika tidak salah, ungu memiliki kekuatan yang serupa dengan kita, sedangkan kuning memiliki kemampuan kombat yang hebat", Arledge menatapnya.
Mendengar hal itu, Edzard menatap ke bawah dengan tatapan kosong. Meski tawarannya itu tidak akan ia terima, suatu hal terasa mengganggu dirinya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...