Same view, different goal pt.4

2 1 0
                                    

"hah, hah, hah...", suara nafas banyak orang terdengar melalui jalan yang basah. 

Percikan dan cipratan air yang bergerak ke arah kiri dan kanan terus memenuhi suasana malam yang menggetarkan ini. 

"berapa lama lagi jarak menuju petunjuk setelah ini?", Edzard berlari di sebelah Tilia sambil menggendong Averie di atas pundaknya. 

"seharusnya tidak jauh lagi. Tapi hal pertama yang harus kita lakukan adalah sampai pada Aeithein", katanya sambil menghadap jalan di depannya. 

Tanpa lebih banyak waktu lagi, tibalah mereka pada sebuah jalanan tanah di mana awal masuknya Aeithein. 

"kita sudah sampai", kata Tilia menghembuskan napasnya dengan lelah. 

Bersamaan dengan itu, Edmund, Larry, dan juga Achazia sembari menghembuskan napas mereka dengan cepat. 

"tidak kuduga harus berlari lagi demi mencari tempat persembunyian mereka", Tilia mengelap keringat yang banyak berjatuhan dari kepalanya. 

"bagaimana keadaan Averie?", Larry membalikkan badannya menghadap Edzard. 

"sepertinya dia tidak apa – apa, namun anehnya sinar hijau ini memberikan sebuah hawa yang cukup panas", katanya memperhatikannya. 

"baiklah, sepertinya dia tidak apa – apa", jawab Larry mengkonfirmasi. 

Semenjak sampai pada Aeithein, datanglah juga berbagai monster yang memenuhi seluruh isi kota. Sambil memeriksa keadaan sekitar, semuanya bersembunyi pada sebuah semak – semak yang tebal dengan langkah kaki mereka yang digerakkan secara perlahan. Setelah berjalan selama lima menit, Tilia berhenti. 

"Edzard, sepertinya lebih baik jika kau membiarkan Averie beristirahat sambil dijaga oleh yang lain", katanya menoleh kepada tempat rerumputan kecil yang jauh dari keberadaan monster apapun. 

"apa kau membutuhkanku dalam langkah kali ini?", Edzard mulai menurunkan Averie dari punggungnya. 

"iya", jawabnya singkat. 

(–) 

Edzard dan Tilia berjalan perlahan menyusuri balik pepohonan agar tidak tertangkap oleh segala monster yang ada. 

"apa yang lain dapat mengetahui jika kita telah menemukan lokasi mereka?", Edzard berkata pelan di belakang Tilia. 

"jangan khawatir, mereka akan tahu", jawabnya dengan yakin. 

Langkah demi langkah mereka berganti posisi di balik suatu benda yang tinggi saat hendak bertemu dengan makhluk yang tidak dikenal. 

"baiklah kita sudah sampai pada tempatnya", Tilia berhenti pada sebuah pohon yang tipis sambil melihat ke samping. 

"tempat ini... bukankah ini hutan torren?!", Edzard menyadari jalanan serta hawa amat dingin yang dirasakan. 

"iya itu benar, dan jika perkiraanku benar, maka mereka akan datang saat ini", Tilia melihat ke arah sebuah lingkaran rerumputan di mana sepuluh pohon dengan ukurannya yang berbeda - beda mengelilinginya. 

Mendengar peringatan darinya, Edzard juga melihat ke arah itu dengan seksama. Tidak lama setelah Tilia mengatakan hal itu, muncullah dua monster bersayap dengan salah satu mata mereka yang berwarna ungu. 

"m-monster itu!", Edzard berseru dengan perasaan yang terkejut. 

"apa kau mengenali mereka?", Tilia bingung dengan reaksi yang diberikannya. 

"aku pernah melihat mereka sebelumnya!", jawab Edzard terlihat kesal. 

"tidak kuduga bahwa petunjuk dari Igfus akan berhubungan denganmu", Tilia menghadap Edzard walau tidak menanyakan detail dari perkataan itu. 

Dungeon Duolist vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang