Dari atas Ia berdiri sambil memandang keseluruhan kota dengan gagah. Angin masih bertiup dengan kencang yang menggerakkan jubahnya ke belakang. Kepalanya menghadap ke bawah sembari mengagumi kesembilan daun yang telah ditandai olehnya.
"hmm? Aku merasa senang?", Igfus merasakan suatu hal yang janggal dengan dirinya.
Matanya menghadap ke atas langit dengan rasa yang amat senang.
"apa ini saatnya?", Igfus merasakan air yang ada di matanya lama – kelamaan menjadi semakin kering.
"aku masih tidak tau siapa dirimu itu. Tapi aku harap rencanaku dapat berjalan dengan lancar...", batu merah miliknya dikeluarkan.
Sambal menutup kedua matanya ia menggenggamnya dengan erat. Tiupan angin terasa semakin kuat dengan sinar bulan menjadi redup karena awan. Matanya yang masih tertutup pun meneteskan darah. Dengan segala hal itu, batu merahnya tiba - tiba bernyala terang.
Dalam sekejap, kesembilan daun itu mulai menyalakan api kecil yang bermula dari gerbang depan kota hingga memutar seperti sebuah lingkaran. Tidak lama setelah itu, tanah di bawahnya pun menampilkan sebuah garis api yang menyatukan seluruh dedaunan itu menjadi satu.
"b-benda apa itu?!", setelah hal itu terjadi, barulah orang sekitar menyadari akan kejadian tersebut.
"heh!", Igfus tersenyum kecil sebelum meledakkan semua yang ada di dalam lingkaran itu.
(–)
Kehancuran terjadi di mana – mana. Tengah – tengah kota telah hancur sepenuhnya membentuk lingkaran besar dengan asap hitam yang tersebar di sekelilingnya. Segala bangunan dan rumah langsung hancur tanpa menyisakan sisa apapun.
Berbagai benda kecil maupun sedang yang berada pada jarak lima hingga seratus meter darinya pun mendapatkan efek yang serupa dengan yang lain. Banyaknya tubuh orang yang terlempar jauh dengan sejumlah warga yang juga terluka karena bekas bakaran. Seluruh dunia seolah terbangun dengan ketakutan pada wajah mereka.
(–)
Banyak orang berlarian ke sana kemari dengan suara tangisan yang memenuhi malam yang tidak lagi hening. Tidak lama setelah kepanikan didengar oleh raja Adelio, sejumlah prajurit pun ditugaskan untuk mengamankan seluruh tempat.
"ayo bergerak cepat! Evakuasi seluruh warga dari tengah kota dan selamatkanlah semua orang yang terkena ledakan itu", perintah seorang prajurit yang memimpin dari depan.
Seluruh kota telah dipenuhi oleh asap hitam bekas bakaran. Rasa panasnya pun dapat dirasakan oleh Igfus yang masih berdiri di situ.
"hah, hah, hah. Apa aku berhasil?", gumamnya sambil berlutut karena tidak mampu menahan dirinya.
Dengan segala darah yang terkumpul pada matanya, seluruh pandangannya menjadi buram. Namun dengan segala hal yang ia rasakan di sekelilingnya, dirinya merasa puas.
"telah dilaporkan bahwa seorang dengan jubah hitam telah masuk ke kota ini. Periksa seluruh bagian dan jangan biarkan dia kabur!", seorang prajurit terdengar mengarahkan orang – orangnya untuk naik ke atas bukit di mana ia berada.
Igfus yang tidak dapat bergerak ataupun membuka matanya hanya dapat berbaring diam dengan pasrah.
"mungkin ini adalah akhir dari diriku...", katanya pelan melihat situasi yang ia alami.
Di tengah – tengah tanah berumput itu, langkahan kaki prajuritlah yang dapat ia dengar.
"Ardfer, aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganku ataupun keberadaan dirimu sekarang. Tapi jika kau dapat mendengar ini, aku ingin mengatakan bahwa aku sudah mewujudkan keinginanku sewaktu bergabung pada Vergicis", batu merah miliknya masih berada di atas telapak tangannya meski ia tidak dapat memegangnya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...