Flowing down pt.2

3 1 0
                                    

Suatu cahaya hangat menyinari bagian belakang kepala Alfred meski seluruh pandangannya tampak gelap. Baru menyadari hal itu, apa yang diingat olehnya adalah dirinya yang sedang membaca catatan harian yang ditulis ayahnya. 

"hmm?", ia membalikkan kepalanya yang menampakkan lembaran kertas yang berada tepat di wajahnya. 

Suara kicauan burung serta tiupan angin yang halus menandakan bahwa hari selanjutnya telah datang. Masih merasa sedikit mengantuk, Alfred mengangkat kepalanya hingga menunjukkan kertas basah yang selama ini ia gunakan sebagai alas. 

"basah?", Alfred mengusap kertas itu dengan halus agar tidak sobek. 

"ah iya", gumamnya, melihat delapan puluh persen dari buku itu yang masih belum terisi. 

"hahh...", ia menghela napas tidak ingin terus mengingat hal – hal menyedihkan itu. 

Sambil menggosok mata dan meregangkan tubuhnya, Alfred beranjak bangun dari kursinya dan berjalan keluar dari kamar. Sambil berjalan perlahan menyusuri lorong menuju ruang makan, situasi di rumah terasa lebih sepi dibandingkan dengan biasanya. 

"ke mana ibu?", ia mengintip dari pintu kamarnya yang kosong. 

"tidak ada di sini, juga ruangan ini, dan yang ini", Alfred memeriksa segala ruangan yang ada di rumahnya dengan cepat. 

"sungguh aneh, ibu biasanya tidak pergi pada waktu sepagi ini", lanjutnya sambil berjalan menghadap meja yang sudah dipenuhi makanan. 

Sesampainya di situ, sebuah kertas kecil berada di antara segala piring serta mangkuk yang berjajar dengan rapi. 

"sebenarnya ibu ingin memberi tahu hal ini kepadamu secara langsung, tapi melihatmu tertidur secara pulas selagi membaca sebuah buku, membuat ibu tidak ingin membangunkanmu", kertas itu dibuka dengan kata – kata tersebut. 

"karena kepergian ayah, maka ibu memiliki banyak hal yang harus dilakukan untuk saat ini. Ibu harap kau dapat menjaga diri di rumah hingga malam nanti". 

Ketika Alfred menurunkan matanya pada ujung bawah kertas, tertulis sebuah hati dengan kata ibu. Setelah melihatnya, Alfred tersenyum karena segala kekhawatirannya sudah hilang. 

"suatu urusan penting ya?", katanya sambil menghirup semangkuk sup panas dengan sendok. 

Rasanya yang enak dan hangat seakan mengejutkan lidahnya yang kering dari tadi malam. Sambil menikmati sarapannya, Alfred memandang meja makan mereka yang besar. Dua kursi tersusun pada sisi kanan dan dua lagi pada sisi kiri. Ditambah dengan satu lagi kursi yang berada di ujung depan dari di mana ia duduk, membuat ruangan yang besar dan cukup ramai dengan benda terasa amat sepi. 

(–) 

Lima belas menit berlalu semenjak ia mulai sarapan. Dengan hari yang mulai nampak terang, Alfred berjalan ke pintu depan dan membukanya. Langsung setelah ia melakukan itu, wajahnya disinari oleh cahayanya yang terang. Sambil menutup pintu di belakangnya, Alfred berjalan menyusuri pinggiran jalan sembari memandang ke kiri dan kanan. 

Kira – kira seratus meter dari pintu depan rumahnya, dilihat berbagai orang yang memulai harinya pada lahan pertanian mereka ataupun mencuci pakaian dengan air pada kolam yang tidak jauh dari posisinya saat ini. Alfred berjalan dengan diam sambil memandang segala kegiatan orang – orang itu. Meski sudah mengetahui mengenai apa yang ibunya lakukan, ia masih merasa sedikit khawatir. 

"Alfred?", seorang memanggilnya dari depan dengan arah sedikit kiri. 

"Norine?", Alfred langsung mengenali suaranya itu. 

"aku tidak menyangka kau akan berjalan keluar pada waktu seperti ini", katanya berjalan menghampirinya. 

"iya, ibuku sedang melakukan suatu urusan penting, jadi hari ini tidak ada hal yang dapat kulakukan", Alfred kembali berjalan ke depan bersamanya. 

Dungeon Duolist vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang