Edzard terbangun kembali. Nyala api yang terlihat samar dari selnya kini terasa sangat kuat pada seluruh bagian tubuhnya. Sesaat setelah ia sadar dengan keadaannya, Edzard telah kembali terperangkap di dalam sebuah sel yang tampaknya lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya.
Lantai dan dinding batu yang tebal serta keras masih bersamanya, namun apa yang sungguh tidak biasa dibandingkan dengan keadaan di dalam sel lamanya adalah kehadiran suatu makhluk bersamanya. Dari atas kepalanya meneteslah sebutir air liur yang menyusuri kepala hingga jatuh dari dagunya.
Dengan perlahan Edzard melirik ke atas untuk melihat sebuah makhluk besar dengan sayap lebar sama seperti yang telah ia saksikan sebelumnya. Makhluk itu terbang menuju ujung sel, mendarat dengan kedua cakar kakinya seperti halnya manusia lalu menutup lebar sayapnya tanpa memandang ke arah Edzard.
Walau samar – samar, terlihat sebuah makhluk dengan muka serupa dengan elang, badan yang kekar bagaikan manusia, dua cakar yang tajam, dan satu pasang sayap berwarna coklat muda yang lebar.
"ah, manusia", kata makhluk itu sedikit melirikan kepalanya.
Edzard yang duduk melihat semua kejadian itu hanya menggeserkan badannya untuk menjauh dari keberadaannya.
"apa yang membuatmu datang ke sini wahai manusia?", tanya makhluk itu masih belum menampakkan seluruh wajahnya.
Edzard tidak yakin ingin menjawab pertanyaannya.
"kau datang kesini karena tertangkap, atau ingin membunuhku?", makhluk itu kembali menanyakan.
Masih belum ada jawaban dari Edzard.
"ada apa? Apa kau takut denganku?", perlahan makhluk itu membalikkan badannya.
"masih tidak ingin berbicara ya?", makhluk itu mendenguskan nafasnya dan perlahan membalikkan badannya ke arah Edzard.
Ia tidak dapat mempercayainya, dari tempat ia duduk, selain penampakannya yang terlihat seperti seekor manusia elang bertubuh besar, kedua matanya pun memiliki dua warna mata kuning dan ungu seperti yang Edzard miliki. Namun bedanya, posisi kedua warna mata itu terbalik dengannya.
"k-kau", Edzard mengeluarkan sepatah kata.
Makhluk itu menyilangkan kedua tangannya yang tajam pada dadanya.
"tepat apa yang kau lihat saat ini. Kita memiliki warna mata yang sama".
"b-bagaimana hal itu bisa terjadi?", tanya Edzard gugup dan takut.
"mungkin sama seperti apa yang kau pikirkan. Coba pandanglah keadaan di luar dari balik pagar besi sel", kata makhluk itu menunjuk ke luar.
Edzard bangun dan memperhatikan sekelilingnya yang di sekitari oleh api, peralatan besi yang tajam, sel – sel, banyaknya penjaga, dan juga alat – alat aneh yang lainnya.
"tempat ini adalah area bawah tanah yang digunakan sekelompok manusia dengan batu untuk melakukan percobaan. Dan seperti apa yang kau lihat...", makhluk itu meraba mata ungunya yang ada di sebelah kanan.
"aku merupakan salah satunya".
Seketika itu Edzard mulai panik, dalam dirinya ia tahu bahwa nasibnya mungkin akan sama dengan yang dirasakan manusia setengah elang itu.
"dengar, aku sangat benci dengan manusia, terlebih dengan semua yang ada di area ini". makhluk itu berjalan mendekati Edzard.
"namun aku sadar bahwa kita berdua tidak berbeda antara satu sama lain. Dua mata dengan warna berbeda, mendapat penyiksaan dari manusia di bawah sini, dan aku tau apa yang telah dirasakan oleh manusia yang ada di kota ini", makhluk itu menyeringai.
"tapi jikalau kita dapat bekerja sama, mungkin kita dapat membunuh semua orang di sini dan keluar dari tempat ini", katanya berbisik di sebelah telinga Edzard.
"tidak, tidak, tidak", Edzard menggelengkan kepalanya.
Ia berjalan mundur dari pagar sel dan duduk di pojok belakang.
"itu bukan maksudku melihat hal itu, dan lagipula aku tidak memiliki keinginan untuk membunuh", katanya kepada makhluk itu.
"hah, lalu mengapa manusia sepertimu berurusan dengan kelompok manusia itu dan berada di tempat ini? Apakah kau hanya mata – mata yang gagal, atau manusia bodoh yang telah melibatkan dirimu ke dalam neraka ini?", makhluk itu ikut menjauh dari pagar sel.
Edzard tidak ingin menjawab.
"aku telah melihat segala perlawananmu dengan kelompok manusia itu dan perjuanganmu melepaskan diri dari sel lamamu. Kalau begitu, katakanlah manusia, apa tujuanmu mengorbankan segala usaha dan tenagamu untuk melawan mereka?", tanya makhluk itu menatap tajam.
Mata Edzard terbuka lebar seakan ia menyadari sesuatu. Apa yang makhluk itu tanyakan benar, apa tujuan dirinya melakukan semua hal itu.
"tujuanku ya?", kata Edzard pelan.
"setelah dipikirkan baik – baik, semuanya terlihat kurang jelas", batu kecil yang ada di sebelahnya ia lempar.
"dari awal semua kejadian ini, tujuan utamaku hanya untuk menyelamatkan keluargaku dari bahaya monster, lalu beralih dengan prajurit kerajaan untuk pergi ke kota Nocterum, dan akhirnya kita bertemu dengan kelompok magis yang menyebabkan semua hal ini terjadi".
"monster elang, aku masih tidak yakin dengan apa yang harus kulakukan sekarang, namun aku sadar bahwa semua ini tidak mungkin terselesaikan jika aku ingin melakukan segalanya sendiri", Edzard melemparkan satu buah kerikil pada tembok di depannya.
"jadi kau telah sadar?", makhluk itu kembali menyilangkan kedua tangannya.
"mungkin, namun jika kita ingin bekerja sama, aku menginginkan satu persyaratan", Edzard berdiri kembali menatap makhluk itu dengan serius.
"hal apakah itu?".
"selama kita berusaha untuk mengeluarkan diri dari tempat ini, kau tidak boleh membunuh manusia siapapun", kata Edzard.
"dan mengapakah persyaratan itu?", tanya makhluk itu tidak menyukainya.
"aku tidak ingin kau dianggap sebagai makhluk pembunuh sadis yang haus akan darah, dan untuk diriku, aku tidak ingin kehilangan kemanusiaanku hanya untuk keluar dari tempat ini".
"makhluk pembunuh? Mereka semua pantas mendapatkan apa yang telah mereka lakukan kepadaku dan semua makhluk lain. Yang ku perbuat hanya mengurangi jumlah manusia keji yang berjalan di dunia ini", kata makhluk itu berkata tegas.
"lalu setelah kau melakukan itu, apa yang akan terjadi? Manusia akan menyukaimu? Jumlah orang yang jahat akan berkurang? Tidak akan ada yang berubah jika kau melakukan hal itu. Keinginanmu membunuh manusia hanya didorong oleh kebencianmu yang mendalam dengan mereka", Edzard mulai menenangkan suaranya.
"percayalah, kalau kita ingin menyelesaikan masalah ini, kita harus mengambil jalan yang paling aman terlebih dahulu".
"heh, kau ini..... Baiklah kalau begitu, aku akan mengikuti persyaratanmu untuk sekarang".
"terima kasih", kata Edzard datar.
"tapi sebelum kita melakukan apa – apa..", makhluk itu mengulurkan tangannya.
"lebih baik jika kita mengetahui nama satu sama lain terlebih dahulu".
Edzard diam sesaat, ia melihat uluran tangan makhluk itu dengan jari dan cakar yang besar.
"namaku adalah Edzard", Edzard memberi uluran tangan.
"namaku adalah Achazia".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...