Pagi hari telah datang dengan cepat. Luis terbangun dari tidurnya untuk melihat matahari yang baru saja menampakkan sinarnya. Matanya digosokkan sembari melihat sekitar kamarnya yang masih terlihat gelap. Dibandingkan dengan istirahatnya hari – hari kemarin, malam itu ia tidak merasakan ketenangan yang selama ini dirasakannya walaupun ia telah berpergian jauh dengan ibunya. Mungkin karena apa yang ia dengar kemarin malam membuatnya panik dan cemas.
(–)
Meskipun masih merasakan kantuk, Luis bangun dari ranjangnya dan langsung berjalan keluar kamar. Pintunya dibuka dengan perlahan dan melihat ke sekelilingnya. Seperti apa yang ibunya katakan kemarin, ia tidak ada di mana pun. Apa yang Luis temukan hanya sepucuk kertas yang berada di atas meja makan.
"hari ini ibu sedang ada urusan sebentar di tengah kota. Luis tunggu ibu di dalam rumah saja ya. Ada banyak makanan yang telah ibu sediakan kemarin malam agar Luis tidak perlu membuat makanan sendiri. Jaga diri baik – baik ya".
Itulah kata – kata yang tertulis di atas kertas itu. Sambil duduk di kursi tengah – tengah meja makan, Luis teringat dengan apa yang ibunya rasakan setelah membaca surat dari Christian. Tidak disangka olehnya, perasaan yang serupa tertulis di wajahnya ketika ia melepaskan kertas itu dari genggamannya.
(–)
Luis membuka pintu depan rumahnya saat sinar matahari kembali menyinarinya untuk hari itu. Segala pemandangan hutan serta perumahan yang terpapar di sebelahnya ia lihat dengan cermat. Tidak ada satupun hal yang terlihat aneh baginya. Walaupun Selvan telah berkata bahwa kota ini terancam peperangan dengan Aeithein, dirinya tidak dapat mempercayai hal itu saat memandang ketenangan yang ada.
"hari ini masih pagi ya", suatu kata bergumam darinya.
"ah iya", jawabnya kepada dirinya sendiri mengingat tidak akan adanya tindakan buruk yang terjadi di hari yang cerah ini.
Tetapi jika logika itu benar – benar nyata, maka semua hal yang dicemaskannya akan terjadi pada saat hari sudah malam. Pintu depannya ia tutup dengan keras. Hampir mengejutkan dua orang yang berjalan tidak jauh dari rumahnya, Luis berlari ke dalam kamarnya dan menunggu waktu penentuan itu.
(–)
Hari sudah mengelap jika dilihat dari jendela kamarnya. Sembari memikirkan apa yang akan terjadi pada hari itu, ia berjalan keluar dan kembali melihat keluar rumahnya dari pintu depan. Setengah terkejut, Luis mendengar sebuah suara ledakan kecil yang berasal dari tengah kota tepatnya dekat gerbang pintu utama kota.
"itu pasti tempatnya!", Luis bergegas mendatangi lokasi tersebut.
Dipakainya jubah berwarna gelap yang menutupi baju yang ia pakai saat ini. Untuk berjaga – jaga, dibawanya juga sebuah benda tajam jikalau sesuatu hal yang buruk terjadi padanya.
"baiklah", Luis merasa takut akan apa yang mungkin terjadi.
Namun dengan kecemasannya itu, ia langsung berlari menghampiri tempat itu menggunakan jalan yang ia dan ibunya pakai hari kemarin. Karena dibandingkan dengan jalanan terbuka yang banyak digunakan oleh warga sekitar, rute ini banyak tertutupi oleh pepohonan serta bangunan tua yang berada di sekitarnya.
(–)
Semakin lama Luis berjalan menghampiri area itu, cahaya sore semakin lama juga berubah menjadi malam hari. Kegelapan yang menimpa seluruh kota secara tiba – tiba tampaknya diakibatkan dengan segala hal yang terjadi disana. Teriakan serta bara api yang membakar segala lokasi tempat kini mulai menghampiri posisi di mana ia berdiri saat ini.
(–)
Luis dengan jubahnya yang dihembuskan oleh angin malam yang cukup dingin. Matanya menatap segala kekacauan yang ada di hadapannya dengan ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantastikSinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...