Averie kembali berlari dari tempat di mana ia bertemu dengan Nokken. Larinya cepat dan nafasnya terengah – engah selagi mengiringi deretan pohon di tengah hutan yang terasa semakin gelap. Suara instrumental yang terdengar dari aliran sungai Nokken kini tidak dapat dirasakan olehnya karena jarak yang semakin lama semakin menghilangkannya. Apa yang terdengar saat ini hanyalah keheningan tiupan angin dan hawa misterius yang menyelimuti dirinya.
(–)
Setelah waktu yang serupa dengan yang ditempuhnya untuk menuju tempat itu, kini Averie telah kembali pada tempat di mana Larry dan yang lain menunggunya.
"Averie!", terlihat Edmund yang berlari ke arahnya.
"Edmund...", sapa Averie yang ikut menghampirinya.
Dari hadapannya itu, nampak Maxwell dan juga Larry yang berjalan di belakangnya.
"apa kau baik – baik saja?", Maxwell mengamati kondisi tubuhnya dengan cermat.
"iya, aku tidak apa – apa", jawabnya merasa senang bertemu kembali dengan mereka.
Selain segala perjumpaan hangat yang diberikan oleh Edmund dan Maxwell, dilihatnya Larry yang berdiri di belakang mereka dengan sebuah senyuman yang ada di wajahnya.
"jadi mengenai makhluk Nokken itu, apa kau berhasil mengalahkannya?", tanya Maxwell melihat Averie yang baik – baik saja.
"dari yang terjadi barusan, aku tidak mengalahkannya, namun lebih seperti berbicara dengannya", Averie menjelaskan.
"berbicara?", Maxwell masih tidak mengerti dengan apa yang diucapkan kepadanya.
"sudahlah, tidak apa – apa. Yang terpenting adalah Averie dapat mengatasi masalahnya dengan Nokken dan kita dapat perjalanan kita untuk mencari Edzard dan Tilia", kata Larry yang berjalan dari belakang mereka.
"baiklah kalau begitu", Maxwell langsung membalikkan badannya dan berjalan kembali pada tujuan utama mereka.
(–)
Malam kembali berlalu dengan panjang seperti yang mereka duga. Dibandingkan dengan waktu yang dirasakan di Nocterum, sekarang pasti matahari sudah mulai terbit di seluruh penjuru kota.
"huaam", terdengar suara uapan dari Edmund.
"kita telah berjalan di hutan ini selama beberapa waktu ya", Maxwell melihat Edmund yang mulai lelah.
"ah iya, tidak kuduga seberapa bedanya waktu kita di Nocterum dibandingkan dengan Aeithein", Edmund mengusap matanya.
"haha, iya, dan sepertinya Averie juga merasakan hal yang sama", katanya melihat Averie yang ikut menguap.
"bagaimana kalau kita beristirahat terlebih dahulu?", Maxwell berkata kepada mereka semua.
"beristirahat, apa kau yakin?", Larry tidak merasa yakin dengan usulan hal itu.
"bagaimana dengan makhluk – makhluk yang dapat menyerang kita di sini?", Averie menambahkan.
Maxwell mendengar segala kecemasan mereka berdua.
"pendapat kalian memang benar, namun apa tidak lebih berbahaya jika kita berjalan di tengah hutan dengan mata yang semakin berat?", Maxwell menambahkan.
Keduanya masih tidak terlihat yakin.
"tidak apa – apa, hal ini tidak akan memakan waktu yang lama", katanya meyakinkan.
Semuanya akhirnya setuju untuk beristirahat sejenak di tengah area kecil dengan semak serta dedaunan tebal yang mengelilingi mereka dengan aman. Menggunakan apinya, Larry menyalakan sebuah tongkat kayu yang cukup besar pada empat titik di sekeliling mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasíaSinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...