Pada kursi taman yang biasa Alfred duduki setiap harinya, keduanya memandang segala gerakan dan permainan yang dilakukan oleh anak – anak di tempat itu.
"pemandangan di sini nampak indah dan hidup ya", Norine menggoyangkan kedua kakinya dengan senang.
"anginnya terasa sejuk dan dari tempat ini sungguh menyenangkan melihat banyak orang yang bergembira dan bersenang – senang", lanjutnya memandang ke sekelilingnya.
"iya", jawab Alfred singkat dengan tatapan yang terpaku ke depan.
"hmm, ada apa?", Norine menghadapnya dengan perasaan ragu.
"ah, tidak ada apa – apa. Tapi sewaktu pagi ini, terdapat suatu hal yang sedang kupikirkan", jawabnya.
"suatu hal apakah itu?", Norine merasa penasaran.
Mendengar pertanyaan itu, Alfred merasa ragu untuk memberitahukannya rencana untuk menuju ke hutan yang dikunjungi keduanya mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya.
"ehm... tidak banyak. Hanya suatu hal yang pernah terjadi", jawabnya lagi tidak memberikan detail yang jelas.
"kau seperti menyembunyikan suatu hal dariku", Norine masih belum puas dengan perkataannya.
"bagaimana ini, apa aku bisa memberitahu hal ini kepadanya?", gumamnya sambil memandang ke bawah.
"hahh... baiklah. Tapi aku ingin meminta satu hal kepadamu", Alfred memandang ke arahnya.
(–)
Siang hari masih berjalan meski matahari sudah mulai bergeser pada posisi yang lebih rendah. Sambil berjalan memasuki area hutan yang telah dilalui oleh mereka, Alfred berjalan dengan fase yang cepat sembari mengingat jalan yang mereka berdua pernah lalui.
"aku tidak menyangka kau akan mempermasalahkan suatu hal yang cukup besar seperti ini", Norine berjalan tepat di belakangnya.
"mau bagaimana lagi. Salah seorang yang pernah kusembuhkan telah sakit karena hal ini. Jika aku tidak bertindak dengan cepat, lebih banyak orang pasti akan terkena masalah yang sama", Alfred menjelaskan.
"batang dengan lumut pada atasnya", seperti dugaannya, itulah tanda pertama yang diingat olehnya.
"jejeran pohon di kiri dan kanan", gumamnya memperhatikan sekelilingnya yang menandakan bahwa mereka telah berada pada jalur yang benar.
"tundukkan kepalamu Norine!", seru Alfred sesaat sebelum melewati batang pohon besar di mana terdapat celah untuk memasukinya.
"batang pohon yang ada di bawah, lompatlah!", tidak lama kemudian, nampak sebuah batang pohon lebih kecil yang harus dilompati oleh keduanya.
"kenapa kau sungguh terburu – buru?", Norine menghela nafasnya yang terengah – engah setelah melewati segala rintangan yang sudah pernah ia lewati.
"aku tidak ingin mengulang kejadian terakhir kali di mana kita berdua sempat terjebak di hutan ini karena hari sudah malam", balasnya kini menyadari suara aliran air yang terdengar pada telinga kanannya.
"bertahanlah, kita sudah hampir sampai", lanjutnya kini berlari dengan lebih cepat pada jalanan yang lebih datar saat tiupan angin dari depan tiba - tiba mengusap wajahnya.
(–)
Hanya dengan waktu sepuluh menit yang diisi dengan larian tanpa berhenti keduanya pun sampai pada lubang besar itu.
"hah, hah, hah..., kita sudah sampai", Alfred menopang badannya dengan menaruh kedua tangan pada pahanya.
"hah, hah, hah.... kau ini!", Norine bersandar pada sebuah pohon di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...