Magical mystery

6 2 0
                                    

"tunggu...", Edzard mencoba mencerna semua yang telah Larry katakan. 

"raja Alaric, apakah itu merupakan raja dari kota Nocterum?". 

"oh iya!, aku belum mengatakan hal itu sebelumnya", Larry menepuk kening kepalanya. 

"dia merupakan raja yang berperang dengan raja Adelio sepuluh tahun. Walaupun dengan kekalahannya, dia masih dapat berkuasa dengan sisa – sisa prajurit dan keyakinan rakyat - rakyat nya. Tentunya tidak dengan kelompok magis yang telah dimusnahkan. Atau itu yang telah kita dengar", Larry mulai menurunkan volume suaranya selagi melihat ke sekelilingnya. 

"kita harus bergerak!", beberapa orang yang sedang berjalan di dekat dengan reruntuhan itu mulai memberikan tatapan tajam ke arah mereka. 

Beberapa dari antaranya pun mulai berjalan mendekat. 

"ikuti aku", Larry menunjuk ke arah sebuah pepohonan yang tidak jauh dari tempat mereka berada. 

Kelimanya bergerak dengan cepat menyusuri rerumputan yang luas dan menuju suatu daerah sunyi yang dikelilingi oleh pepohonan yang tidak terawat. Hari menunjukkan tengah hari, namun sinar matahari tidak dapat menembus dedaunan yang ada di atas kepala mereka. Kelimanya bersembunyi di balik dua pohon besar yang berdiri secara bersebelahan, menutupi penampakan mereka dari area yang telah dilalui. 

"apa kita sudah aman?", tanya Edmund. 

"sepertinya sudah", jawab Larry mengintip dari balik pohon. 

Semuanya menarik napas lega, lalu mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam area pepohonan yang lebat itu. 

"tempat apa ini?", tanya Averie meraba batang dan ranting pohon di sekelilingnya yang terlihat layu dan kering. 

"ini adalah sambungan dari bekas reruntuhan itu. Yaitu jalan menuju tempat perkumpulan kelompok magis yang dahulu telah hancur", jawabnya sambil memperhatikan keadaan sekeliling. 

"Maxwell mengatakan bahwa apa yang terjadi di Aeithein merupakan suatu kutukan. Apa ini ada hubungannya dengan kelompok magis?", tanya Edzard. 

"bisa saja. Keadaan yang terjadi di Aeithein tidak dirasakan oleh kota – kota lain. Ditambah dengan perang yang terjadi dengan kota ini, membuat hal itu terdengar sangat meyakinkan", balas Larry. 

"Aeithein tidak memiliki banyak sejarah perang dengan kota – kota lain. Pertempurannya dengan Nocterum menimbulkan hasil yang yang buruk bagi kedua kerajaan terutama karena target utama raja Adelio adalah kelompok dengan kekuatan yang belum pernah dirasakan oleh siapapun", Maxwell menambahkan. 

"dengan adanya suatu kelompok yang sangat ditakuti, bukankah lebih menguntungkan bagi raja Alaric untuk menyimpan keberadaannya?", ujar Edzard. 

Larry menjentikkan jarinya. 

"itulah yang kupikirkan. Kelompok dengan potensi kekuatan yang tidak dapat dibayangkan pasti tidak akan mudah dimusnahkan seperti itu saja. Apalagi dengan apa yang telah kita rasakan". 

(–) 

Langkah demi langkah yang dilakukan, membawa mereka lebih dalam ke area pepohonan yang sekarang berasa seperti hutan. Rasa hangat sinar matahari siang yang menembus lubang – lubang dedaunan di atas kepala mereka pun lama – kelamaan mulai hilang. 

"eh!, tempat ini terasa dingin", seru Averie. 

"tunggu dulu, bukankah beberapa menit yang lalu masih siang hari", Edmund melihat sekeliling mereka yang mulai gelap. 

"jadi firasatku memang benar", Maxwell memandang ke arah depan. 

"tenanglah, kita sudah sampai", Larry memberhentikan langkahnya. 

Di hadapan mereka semua, tampaklah sebuah gua raksasa yang di selimuti dengan lumut serta percikan – percikan air yang melumuri seluruh bagiannya, menyambut mereka dengan dua api obor yang menyala di sisi kiri dan kanan. 

(–) 

Kelimanya menunduk dan bersembunyi di balik sebuah pohon. "apa ini tempatnya?", Edmund melirik ke arah kiri dan kanan. 

"iya, ini adalah salah satu tempat perkumpulan kelompok magis yang terdahulu", jawab Larry. 

"aku akan jalan di depan, kalian bertiga akan berjalan di tengah dan Maxwell akan berjalan di belakang kalian", lanjutnya. 

"keluarkan dan persiapkan senjata kalian semua", Maxwell mempersiapkan mereka. 

Edzard meraih ke dalam sakunya dan mengambil sebuah pedang kecil yang ia ambil dari laci kamar di kerajaan Imvitia. 

"ini dia", dipegangnya pedang berukuran dua puluh sentimeter dengan ujung yang bersih dan tajam serta gagang kayu yang kuat. 

Diikuti oleh Edmund dengan tombak kecilnya yang juga ia ambil dari tempat yang sama. 

"kau memilih tombak ya", seru Maxwell tersenyum ke arahnya. 

"pilihan yang bagus". Edzard bergeser mendekat ke arah Averie. 

"tetap berada di dekatku ya", pesannya. Averie menundukkan kepalanya pelan. Larry dan Maxwell berdiri dari tempatnya lalu memandang ketiganya. 

"apakah kalian siap?". 

"iya kami siap", balasnya memperlihatkan senjata mereka. 

(–) 

Seperti yang telah diarahkan, mereka pun mulai berjalan menuju gua besar itu, jalanan yang mereka injak terasa basah dan juga kotor. Mulai mendekati dua obor yang ujungnya menampilkan bekas api yang baru saja padam, nampaklah mulut gua dengan lebih jelas. Di sisi – sisi tembok, terdapat banyak serangga dan nyamuk yang bersarang di atasnya, debu dan tanah tercecer di sekelilingnya dan kegelapan menyapa mereka dari dalam. Perlahan namun pasti, Larry menginjakkan kakinya pertama kali ke dalam tempat itu. 

Sambil melihat sekelilingnya, ia pun memberi isyarat apabila keadaan aman. Suara daun berjatuhan dan injakan rumput yang kering tidak lagi terdengar sebab mereka semua telah masuk ke dalam gua raksasa itu. Hanya suara jentikan air yang menetes dari atas kepala mereka yang terdengar bergema di seluruh lorong gelap yang dilaluinya itu. Jalanan lurus yang bertahan selama lima menit itu pun berakhir dengan adanya suatu suara yang bergema. 

"semuanya, bersandar di balik tembok", Larry memperingatkan mereka. 

"sepertinya ini adalah salah satu ruangan mereka", Larry mengintip dari balik tembok yang bersebelahan dari ruangan tersebut. 

Dari pandangannya itu, hanya sepercik cahaya api yang terlihat bersinar, menandakan adanya sesuatu di dalamnya. 

"apa keadaannya aman?", tanya Edzard yang tidak dapat berjalan maju lebih jauh lagi. 

Larry diam sesaat, matanya melirik ke kiri dan ke kanan dengan seksama. 

"sepertinya keadaannya aman", jawabnya berbisik. 

Semuanya berdiri, masih bersandar dekat tembok gua namun kini mulai berjalan ke depan. Cahaya api yang samar – samar dari belakang kini terlihat lebih jelas saat dihampiri lebih dekat. Semuanya terpaku melihat pemandangan ruangan itu. 

Dari tempat merek berdiri, terdapat sebuah tempat besar dengan dua penerang di sisi kiri dan kanan, coret – coretan yang tertulis di sekitar tembok, kertas – kertas yang berceceran di sekitar tempat, dan sebuah balok batu yang berdiri di tengah – tengah ruangan. Edzard tidak dapat berkata apa – apa, matanya hanya dapat fokus melihat apa yang tampak di hadapannya. Sama juga dengan yang lain yang melihatnya dengan bingung.  

Dungeon Duolist vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang