Lapangan rumput itu tersebar luas di hamparan tanah yang besar. Berbagai bunga dan tumbuhan berdiri di situ sambil bernari – nari dengan riang akan adanya hembusan angin yang kencang. Valentina berdiri mengamatinya dengan tenang. Ia merasakan adanya kedamaian yang berada dalam dirinya sesaat ia berada di situ.
"pemandangannya sungguh bagus ya", Valentina berseru pada Luis.
"iya", jawabnya sambil berjalan kemari.
"ibu ingin membawamu ke tempat ini karena pemandangan serta suasananya yang sejuk. Dibandingkan dengan perumahan kita yang sepi dan keadaan kota yang ramai, di sini angin terasa segar dan sebagian besar keindahan kota Nocterum bisa terlihat di tempat ini", jawabnya terlihat menikmati udara yang ada.
Luis diam berdiri di situ sambil memandangi lapangan itu dengan jelas. Di satu sisi, ia merasa terpukau dengan apa yang ia saksikan saat ini, namun sisi lain yang ada dalam dirinya merasakan ketenangan yang hampir terasa asing.
Namun tidak ingin membuat ibunya kecewa dengan responnya, ia berjalan terlebih dahulu melihat – lihat sekitar lapangan rumput itu. Seketika ia mulai berjalan kedepan, Luis melihat ibunya yang duduk di atas rumput sambil mempersiapkan bekal yang mereka bawa tadi.
(–)
Angin berhembus kencang di mana Luis berniat untuk duduk. Sekumpulan tangkai bunga mawar putih menggesekkan kelopaknya yang lembut pada lengannya yang berkeringat. Karena sentuhan itu, Luis memetik sebuah bunga tersebut. Dilihatnya keseluruhan bunga itu. Helainya terlihat putih bersih pada sinar matahari yang cerah ini.
Tangkainya berwarna hijau dengan berbagai duri yang ada padanya. Baunya yang harum dapat memberikan rasa tenang, aman, serta damai. Setelah melihatnya dengan cermat, Luis melepaskan bunga itu hingga jatuh ke tanah. Rasa damai yang diberikan darinya semakin tidak terasa dibandingkan dengan apa yang ibunya rasakan.
"apa yang telah terjadi denganku?", Luis mulai merasakan perasaan yang amat tidak nyaman pada badannya.
Semakin memikirkannya, semakin ia ingin membakar bunga yang ada di samping kakinya.
"tidak, tidak, apa yang kupikirkan ini!?", serunya pada dirinya sendiri sesaat mengingat apa yang terjadi dengan Joseph.
Tak lama setelah berdiam di tempat itu, ia kembali dan berlari menghampiri ibunya yang sudah siap menjejerkan bekal mereka.
(–)
"bagaimana suasana di tengah – tengah lapangan itu?", tanya Valentina penasaran.
"suasananya bagus. Ada banyak bunga dan rumput yang ada", jawabnya memberikan penjelasan yang sudah jelas – jelas tampak secara kasat mata.
"sangat bagus ya?", Valentina kembali bertanya.
"iya", jawabnya singkat.
"hmm, ada apa? Apa Luis tidak terlalu suka dengan tempat seperti ini?", Valentina mengamati raut wajahnya.
"t-tidak. Di sini terasa sangat indah dan segar", jawabnya kembali.
Mendengar responnya yang ketiga, ia berdiri setelah mereka berdua selesai menyantap bekalnya.
"ayo kita kembali berjalan ke tempat lain", ajaknya.
"eh, bukan hanya ini tempatnya?", Luis menghadap ibunya.
"tentu saja bukan. Masih ada tempat lain yang ingin ibu tunjukan kepadamu", balasnya memberikan tangannya.
Mereka kembali berjalan pada sisi selatan di mana lapangan rumput terlihat lebih kecil. Pemandangannya yang semakin lama semakin menghilang membuat Luis sadar betapa kecilnya tempat itu dibandingkan dengan seluruh kota bagian kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...