"a-apa?!", Igfus berbalik dengan cepat ke arah suara itu muncul.
Namun sebelum ia dapat mengatakan hal apapun, sebuah ledakan datang dan menghancurkan bagian atas ruangan pohon disertai dengan tempat bawah. Bebatuan dan kayu berterbangan dengan kencang hingga menggores bagian tangan dan kaki Igfus. Hasil ledakan itu menimbulkan api besar yang membakar seluruh pohon raksasa yang berperan sebagai atap.
"bunuh semua orang dengan warna mata ungu! Jangan biarkan satu pun kabur!", suatu teriakan menyerbu seluruh tempat tanpa waktu bagi mereka untuk melihat apa yang telah terjadi.
Sekitar ratusan prajurit telah berlari memasuki tempat itu dengan baju zirah, senjata besi, dan perisai yang menutupi sebagian besar tubuh mereka.
"hah..., apa yang sebenarnya terjadi?!", Igfus berlari di tengah kepulan asap tebal yang mengitarinya.
Di dalam tempat itu, ia tidak tahu dari mana salah satu prajurit akan membunuhnya.
"BALAS SERANGAN DARI PRAJURIT AEITHEIN!!!", seorang dengan elemen air berteriak kepada sisa orang yang masih berdiri.
Meski tidak dapat melihat banyak hal, Igfus mundur hingga tubuhnya bersandar pada tembok batu yang tinggi. Ketika ia melihat baju besi dengan warna kuning keemasan, tangannya langsung mengeluarkan bola api dengan cepat.
"egh!", serunya sambil membakar seluruh besi yang dipakai oleh mereka.
Panasnya yang sudah terkuras akibat kekuatan besar yang ia keluarkan dua hari yang lalu membuatnya rentan terhadap beberapa prajurit yang dapat menahan rasa panas darinya.
"jumlah mereka sangat banyak", Igfus perlahan berjalan pada tangga bawah yang telah hancur meski tetap menempelkan punggungnya pada tembok.
"S-Selvan, di mana kau?!", Igfus melihat lantai bawah yang dipenuhi oleh air, api, tiupan angin, dan beberapa batu besar yang ada.
Masih berjaga – jaga akan prajurit yang dapat menyergapnya, Igfus membakar potongan dari ranting itu dan memasuki asap yang ditimbulkan karenanya. Jalannya yang tidak jauh membawanya pada sebuah ruangan tertutup pada ujung lantai di mana tidak banyak prajurit yang telah menghancurkannya.
"Selvan, bagaiman-", kata – katanya terpotong.
Semenjak masuk pada ruangan itu, Igfus tidak menduga apa yang akan ia saksikan. Di tengah – tengah tempat yang kosong, nampak Selvan yang terjatuh ke tanah sembari mencoba untuk bangun dengan kedua tangan dan kakinya.
"hahh, hahh, hahh", napasnya terengah – engah secara berat dan keringat membasahi lantai di mana ia berada.
Dengan wajah yang nampak lesu dan lemah, beberapa kulit kayunya pun seperti terkelupas secara perlahan selayaknya pohon yang kering.
"sebagian besar sudah tidak ada. Kita harus keluar dari tempat ini sekarang!", Selvan mencoba untuk berdiri dengan tubuhnya yang semakin memburuk.
"baiklah", Igfus mengangguk setuju.
(–)
Sambil menaruh kedua tangannya pada tanah, Selvan memunculkan berbagai kayu dan ranting pelindung yang menutupi segala anggota yang masih hidup. Segala persiapan sudah selesai. Namun sebelum Selvan dapat melakukan apapun, sebuah ledakan besar kedua terjadi pada seluruh tempat pohon itu. Seluruh prajurit yang ada pada itu telah hancur seketika dan sisa anggota Vergicis yang terlindungi pada kayu Selvan kini terlempar jauh dari di mana mereka berdiri.
"ledakan apa itu?!", Igfus berbaring pada tumpukan batu dan kayu.
Kepalanya berkunang – kunang, dan matanya tidak dapat melihat dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasiaSinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...