Malam masih berlalu dengan sunyi di dalam hutan itu. Penampilan bulan yang ada di langit, tampak semakin melambat seiring langkah kaki mereka menyusuri aliran sungai yang panjang itu. Suara tetesan air dari rantai dedaunan yang bergelantungan diatas mereka serta suara jalunya aliran air yang deras, seakan membuat iringan musik yang menenangkan untuk didengar. Dan dengan alunan suara itu, menandakan bahwa di mana mereka berjalan saat ini, Aeithein sudah tidak jauh lagi.
(–)
Barisan perjalanan kembali berbentuk seperti saat di dalam Nocterum. Maxwell dan Edmund yang berjalan di arah depan yang sekaligus menunjukkan jalan, serta Larry dan Averie yang berjalan di belakang mereka. Setelah sekian lama berjalan menyusuri aliran sungai yang semakin bertambah lebar, sebuah bunga menarik perhatian Averie.
"hmm, ada apa?", tanya Larry yang melihatnya berjalan ke sisi kanan.
"ah tidak ada apa – apa, aku hanya melihat sebuah bunga teratai yang ada", katanya sambil menundukkan badannya untuk melihat bunga itu lebih baik.
"aku tidak menyangka bunga teratai dapat tumbuh di aliran sungai yang cukup deras ini", kata Larry berjalan mendekati Averie.
"iya, biasanya bunga ini hanya tumbuh di kolam atau perairan yang tenang", kata Averie menambahkan.
"hah, baiklah kalau begitu, Maxwell dan Edmund sudah berjalan jauh di depan, kita sebaiknya kembali", katanya melihat mereka berdua yang tidak menyadari pemberhentian mereka berdua.
"baiklah", jawabnya sambil memetik setangkai bunga itu.
Keduanya lanjut berjalan cepat hingga mereka berada pada jarak yang sama dengan sebelumnya.
(–)
"hmm, apa kalian melihat sesuatu?", tanya Maxwell menyadari langkah kaki mereka yang cepat.
"tidak ada apa – apa, kita baru saja melihat sebuah bunga teratai di aliran sungai itu", jawab Averie menunjukkan bunga itu dari tangannya.
"sebuah bunga?", balasnya sebelum menyadari suatu suara teriakan sebuah makhluk yang mirip dengan manusia.
"suara apa itu?", kata Maxwell dan Larry sambil membalikkan kepala mereka ke belakang.
Namun berbeda dengan apa yang mereka kira, sebuah bayangan hitam dengan tubuh yang terlihat besar, nampak di hadapan mereka semua. Tidak ada yang dapat mengenali makhluk apakah itu sehingga suaranya lah yang menjadi indikator akan keberadaannya saat itu.
Keempatnya berbalik untuk mencari sumber bunyi itu lagi, namun tanpa disadari mereka, muncullah sebuah rantai dedaunan yang bergerak dengan cepat ke arah Averie hingga menggores pipi sebelah kirinya. Tanpa disadari olehnya, segaris darah mulai menetes dari bagian itu dengan pelan.
(–)
"hah, hah, hah", Averie menghela nafasnya di balik sebuah pohon.
Di sampingnya itu nampak Larry, dan juga Edmund yang bersembunyi di sekitarnya.
"bagaimana keadaan di sana?", tanya Larry kepada Maxwell yang bersembunyi di balik pohon seberang mereka.
"sepertinya monster itu masih berada di situ", jawabnya dengan pelan.
Larry diam dan memeriksa keadaannya di sekeliling.
"apa yang harus kita lakukan?", Averie bertanya kepada Larry yang ada di depannya.
"tenanglah terlebih dahulu. Kita akan mencari solusinya", jawabnya menenangkan.
"Maxwell, apa ada suatu rencana?", tanya Edmund mempersiapkan tombaknya di genggaman tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...