Tiupan angin yang keras lama – kelamaan semakin mereda pada bukaan tanah yang dihancurkan oleh Tilia. Saat melihat ke bawah, tidak adanya sinar yang nampak dari padanya. Hanya ada kekosongan dan kehampaan yang dirasakan oleh keduanya.
"itu dia mereka!", Tilia berseru sambil membalikkan badannya ke belakang.
Tidak disangka olehnya, kepakan sayap Achazia lah yang terlebih dahulu sampai di tempat itu.
"bagaimana caramu sampai pada tempat ini dengan sangat cepat?", Tilia merasa bingung dengan kedatangannya yang pertama.
"sebelum butiran hitam itu berterbangan ke atas, aku sudah merasakan bahwa Edzard telah berhasil memecahkan petunjuk yang terakhir ini", jawabnya berdiri menatap mereka.
"apa yang lain masih berjalan ke sini?", Tilia mencoba melihat pada jalur yang dilewati agar sampai pada area ini.
"tenanglah, perjalananku menuju tempat ini sudah dilihat oleh yang lain", Achazia berbalik pada arah yang sama.
(–)
Tak lama setelah Achazia mengatakan hal itu, muncul Larry yang menggendong Averie di belakangnya bersamaan dengan Edmund di sampingnya.
"Averie", Edzard berlari untuk memeriksa keadaannya.
"apa keadaannya sudah membaik?", tanyanya menghampiri Larry.
"sepertinya tidak, tapi untung saja bukaan tanah itu sudah muncul tak begitu lama", jawabnya.
Setelah mengatakan hal itu, Larry berjalan maju pada sebelah Tilia.
"selama kita berada pada tempat itu, lebih baik jika kau yang menggendong Averie", kata Larry.
"hmm, ada apa?", Tilia tidak menduga bahwa Larry akan meminta hal itu.
"tidak ada apa – apa, aku hanya ingin maju pada barisan depan jika kita akan berhadapan dengan salah satu dari mereka. Averie di punggungku pasti akan memberatkan tindakan itu", jawabnya mulai menurunkannya.
"baiklah kalau begitu", Tilia memegang Averie dengan perlahan dan bergantian untuk menggendongnya.
(–)
Semenjak masuk ke dalam, suasana di sekitar mereka tiba – tiba berubah. Melainkan keadaan malam yang sunyi dan dingin, rasa tidak enak mulai merambat dari bawah kaki hingga ujung kepala semua yang ada di situ. Meski kedua tempat memberikan rasa yang serupa dengan satu sama lain, berjalan masuk melewati lubang itu terasa seperti memasuki suatu kenyataan yang berbeda.
"tempat ini terasa serupa dengan sebelumnya", Tilia tidak lebih terkejut dibandingkan dengan yang lain.
Mirip dengan apa yang disambut oleh ruang bawah tanah Igfus, deretan tangga yang memutar ke bawah juga menyambut mereka dengan suatu tiupan angin halus yang mengelus wajah mereka masing – masing. Dengan beberapa potong kayu yang tersisa dari atas, Larry membakarnya hingga membuat seperti obor kecil untuk menerangi jalan mereka di barisan terdepan.
"tempat ini terasa sangat aneh. Di satu sisi, terdapat rasa dingin yang mirip dengan yang ada di atas, tapi juga rasa panas membara seperti api yang membakar", tanggap Edmund merasakan segala hal itu untuk pertama kalinya.
"iya, aku juga merasakan hal yang serupa dengan sebelumnya, namun berbeda dengan pada saat itu, terasa banyak yang bercampur aduk", Edzard melangkahkan kakinya turun secara perlahan.
(–)
Tak lama setelah berpuluh – puluh langkah menuruni tangga yang terbuat dari tanah, sebuah lantai didatangi oleh mereka. Tidak adanya suara yang terdengar pada tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasíaSinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...