"semuanya, pergilah tanpaku...!", Larry memandang Igfus.
"L-Larry, apa kau yakin?". Tilia melihatnya dengan ragu.
Edzard dan Edmund memandang wajahnya yang tertutup oleh asap dan abu yang mulai memenuhi seluruh pandangan mereka.
"iya, sekarang pergilah cepat!", katanya dengan serius.
Meski tidak sepenuhnya yakin dengan kemampuan Larry untuk menghadapi Igfus, semuanya membalikkan badannya pada sebuah celah di mana terdapat tangga menuju ke bawah. Seluruh ruangan bertambah merah dan ketebalan abu yang ada di udara terus bertambah banyak. Bersamaan dengan itu, sinar hijau yang ada pada tubuh Averie mulai memudar menjadi samar – samar.
"Larry...", katanya pelan sambil meluruskan tangannya pada sebuah dinding abu yang memisahkan mereka berdua.
(–)
Igfus menghadap Larry dengan tatapan yang tajam. Wajahnya terlihat kesal namun suatu senyuman muncul di tengah – tengahnya.
"kita bertemu lagi ya, Ardfer!", Igfus berkata dengan keras.
"jangan menyebutku dengan nama itu", balasnya dengan wajah yang kesal.
"dan mengapa aku tidak dapat menyebutkan nama itu? Apa kau telah lupa dengan dirimu yang sesungguhnya?", Igfus mengitarinya.
"segala yang telah kita lakukan bersama tampaknya telah terhapus dari pikiranmu ya...", Igfus tertawa kecil.
"banyak sekali hal yang terjadi belakangan ini sehingga membuatku lupa dengan keberadaanmu. Tapi semenjak melihat Tilia memiliki batu merah di tangannya, ingatanku terasa segar kembali. Batu itu mengingatkanku betapa menyedihkannya dirimu", Igfus bertambah kesal.
"apa kau sudah selesai berbicara, Luis?", Larry menghela nafasnya. Igfus langsung terkejut mendengar perkataan itu.
"nama yang kau sebutkan sudah mati! Orang itu hanya bagaikan kenangan di tengah dunia yang hancur ini".
"oh maksudmu janji palsu yang diberikan oleh Selvan?", Larry berjalan dua langkah ke arahnya.
Igfus menghentikan langkah kakinya.
"aku tidak ingin mendengar perkataan itu dari orang sepertimu. Kau pun tidak mengerti apa yang telah kualami sebelum itu! Apa yang kuperbuat sampai saat ini adalah usahaku untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik. Tapi sayang sekali semua ingatan yang ada bersamamu telah terpendam oleh seorang pengkhianat!", Igfus berjalan ke belakang.
Kepalanya menghadap ke bawah dan batu merah miliknya ia pegang dengan erat. Seketika itu juga, seluruh ruangan mulai memanas hingga suhu terasa seperti perapian. Di mana Larry berdiri saat ini, ia memandang Igfus dan segala sekitarnya dengan hati – hati.
"apa yang kau lakukan!?", Larry memandang tangan Igfus yang meneteskan darah.
(–)
Warna merah melumuri dinding – dinding ruangan dengan hawa yang berbau api. Sinar dari api yang menerangi seluruh tempat lama kelamaan mulai berkedip – kedip dari terang hingga gelap. Sesaat keadaan berubah menjadi gelap, sebuah semburan api muncul di atas kepala Larry. Ia yang merasakan hal itu datang, segera menghindari ke arah depan.
"ada lagi!", gumamnya melihat tembok di dekatnya yang menunjukkan celah di mana berbagai minyak keluar dari padanya.
Larry melompat ke belakang sambil memperhatikan sisa api tadi yang semakin menjalar searah dengan jalan minyak itu mengalir.
"lawan api melawan api kata mereka. Namun dalam konteks seperti ini, mengapa kau tidak melawan balik?!", Igfus bersembunyi di antara segala asap yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...