Matahari sudah berada di atas kepala mereka. Pagi hari yang menyesalkan kini berubah menjadi siang hari yang baru. Semenjak Edmund menerima tawaran pelatihan Maxwell, mereka telah berjalan menyusuri area pepohonan yang cukup lebat. Edmund berjalan di belakang mengikutinya perlahan – lahan dengan tombaknya yang ia genggam pada kedua tangannya.
Setelah beberapa jumlah batang pohon yang telah dilewati, sebuah cahaya datang dari depan. Semakin lama cahaya itu dipandang, semakin terang cahaya itu. Edmund menutup matanya sejenak, merasa silau dengan apa yang telah Maxwell tunjukan kepadanya.
"lihatlah", kata Maxwell singkat.
Edmund membuka matanya dan di hadapannya itu, muncul sebuah lapangan batu besar yang dikelilingi oleh hutan lebat dengan pohon yang membentuk sebuah lingkaran.
"wow", seru Edmund memandang tempat itu dengan takjub.
"tempat apakah ini?", tanyanya heran dengan segala hal yang ada di tengah area yang tersembunyi.
"ini adalah sebuah lapangan pelatihan yang digunakan orang – orang Nocterum untuk melatih kemampuan persenjataan mereka", balas Maxwell selagi berjalan ke tengah.
"bagaimana kau dapat tahu mengenai tempat seperti ini di Nocterum?", tanya Edmund heran.
"ini bukan pertama kalinya aku pergi ke Nocterum, pertama kalinya berkunjung ke sini adalah saat di mana aku mengetahui mengenai tempat ini oleh para warga setempat. Untuk hal mengenai pertarungan senjata, aku pasti akan mengetahuinya", jawab Maxwell.
(–)
Edmund berjalan menuju titik tengah lapangan, dari situ Maxwell berdiri memegang tombaknya sendiri.
"sebelum aku mengajarkanmu beberapa hal mengenai tombak, apa yang telah kau lakukan berhubungan dengan mempertahankan dirimu?", tanya Maxwell penasaran.
Edmund diam sebentar, berusaha mengingat segala kejadian yang telah ia alami dan juga lakukan di bukit utara.
"aku tidak melakukan banyak hal, tapi..", Edmund berhenti sejenak.
Maxwell memandangnya dengan dengan seksama.
"aku dan Edzard menemui seekor monster serigala", lanjutnya.
"oh ya?", Maxwell kaget mendengarnya.
"dan apa yang kau lakukan?", tanyanya semakin penasaran.
"pada saat itu kita tidak memiliki banyak pilihan selain menghadapinya. Edzard yang melakukan sebagian besar penyerangan. Ia berusaha menarik perhatian monster itu, menahan serangan dan juga pergerakannya dengan cangkul yang sewaktu itu ia bawa. Di sisi lain, aku hanya menusuk bagian belakang monster serigala itu hingga melukainya dengan cukup parah", ucapnya perlahan.
Maxwell tersenyum.
"Itu tidak apa – apa, yang terpenting adalah kalian berdua sudah dapat menggunakan senjata yang disediakan oleh diri kalian masing – masing dengan baik, dan kau juga sudah melakukan satu hal yang baik dengan tombak".
"apakah itu?", tanya Edmund sedikit terkejut.
"tombak adalah senjata panjang dengan ujung yang tajam dan biasanya digunakan untuk menusuk musuhmu. Apa yang telah kau lakukan itu sudah bagus", jawab Maxwell.
Ia menggenggam tombaknya dengan erat lalu menatap Edmund.
"ayo kita mulai dari awal".
(–)
Maxwell berdiri dengan tegap di bawah teriknya sinar matahari.
"seperti yang telah kukatakan tadi, tombak merupakan senjata panjang yang dapat digunakan untuk menyerang musuh dengan ujung yang tajam. Cara menggunakanya sangat penting agar kau tidak hanya dapat melumpuhkan musuhmu, namun juga dapat melindungi dirimu dalam keadaan bahaya", Maxwell mulai memegang tombak itu dengan kedua tangannya.
"pada dasarnya untuk memegang senjata ini, kita membutuhkan dua tangan. Tangan kanan sedikit menuju arah atas dan tangan kiri sedikit menuju arah bawah".
Begitulah yang dilihat oleh Edmund.
"apakah kau dapat melakukannya?", tanya Maxwell kembali pada posisi semula.
"iya", jawab Edmund mulai mempersiapkan tombaknya.
Setelah memperhatikan gerakan singkat yang dilakukan Maxwell, Edmund pun juga dapat melakukannya dengan sikap yang serupa dengannya. Perlahan ia menggeser tangan kanannya ke atas sebanyak beberapa sentimeter, dan juga tangan kirinya di bawah dengan jarak yang serupa.
"baiklah, aku tau kau pasti dapat melakukannya. Lagipula ini hanya posisi siap yang sangat mendasar", balasnya. Maxwell melakukan gerakan siapnya yang tadi.
"sekarang kita akan melakukan gerakan menusuk jarak pendek".
Ia menatap area kosong di depannya dengan tajam, dan dengan cepat, kedua tangannya memajukan ujung tombak itu ke depan dengan jarak sekitar tiga puluh sentimeter. Maxwell kembali menuju posisi diamnya.
"tusukan jarak pendek, seperti namanya, ini adalah cara menyerang yang digunakan jika lawanmu berada pada jarak yang tidak terlalu jauh. Beberapa hal yang harus diingat saat melakukan gerakan ini adalah posisi kedua siku lenganmu yang menekuk ke arah depan dengan ujung tombak yang tajam melindungi bagian kepala. Jika gerakan itu sudah dilakukan, kembalikan posisi kedua lenganmu menjadi posisi berjaga – jaga. Walaupun dalam posisi berjaga, ujung tombak tetap harus mengarah ke depan untuk melindungi teratas seperti kepala", kata Maxwell melakukannya sekali lagi.
"apa sudah dipahami?".
Edmund menatap segala gerakan yang baru saja diperlihatkan. Kepalanya mengangguk – angguk dengan pandangan yang masih terpaku ke arah tombak milik Maxwell.
"iya, aku mengerti", balasnya.
Edmund bersiap dalam posisi berjaga – jaga yang telah diajarkan sebelumnya. Ia mengarahkan ujung tombaknya searah dengan kepalanya, mempersiapkan kedua lengannya, lalu menggerakan kedua sikunya agar menekuk dengan jarak yang kira – kira serupa dengan apa yang dipraktekan oleh Maxwell.
"apa aku sudah melakukannya?", tanyanya selagi membalikkan tubuhnya menjadi posisi berjaga – jaga.
"yup, kau telah melakukannya dengan benar", puji Maxwell dengan bangga.
"namun jangan senang terlebih dahulu, karena masih ada beberapa gerakan yang akan kuperlihatkan", katanya memperingatkan.
Edmund tidak berkata apa – apa, ia kembali diam dan dengan seksama memperhatikan apa yang akan ditampilkan.
"gerakan yang kedua adalah tusukan jarak jauh. Seperti dengan namanya lagi, gerakan ini dilakukan untuk menyerang lawanmu dari jarak yang cukup jauh dan tidak dapat diraih dengan senjata yang lain".
Maxwell berdiri tegap dengan posisi siap yang sama, namun dibandingkan dengan yang sebelumnya, tangan kanannya telah diluruskan cukup jauh hingga jarak yang dapat diraih ujung tombak itu mencapai satu meter.
"serupa dengan tusukan jarak pendek, gerakan ini dimulai dengan posisi berjaga – jaga yang sama, namun bedanya adalah dengan jarak dari kedua lengan kita", katanya masih dalam posisi tusukan.
"seperti yang dapat dilihat, tangan kananku kini telah diluruskan sepenuhnya hingga tidak ada tekukan. Sama juga dengan tangan kiri yang sekarang telah berada di samping dada", lanjutnya kini kembali menuju posisi semula.
"baiklah sekarang silahkan dicoba".
Edmund memegang tombaknya seperti tadi, melakukan posisi berjaga – jaga, lalu dengan cepat ia mengarahkan ujung tombaknya ke depan searah dengan kepalanya. Ditambah dengan kedua tangannya yang diluruskan sepenuhnya.
"seperti ini?", tanyanya memastikan.
"iya, itu benar. Sekarang coba lakukan gerakan itu lima kali", kata Maxwell mengamatinya.
Edmund membalikan posisinya seperti semula, lalu mengayunkannya ke depan serupa dengan gerakannya yang tadi. Sambil melakukan gerakan itu, Edmund menghitung berapa banyak ia telah melontarkannya.
"satu.....dua.....tiga.....empat.....lima", ucapnya melontarkan semua gerakan itu dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...