"Selvan...!", Alfred berseru setelah melihatnya duduk di atas batang pohon besar yang terletak di tengah – tengah hutan.
Posisinya terlihat santai dan sebuah lubang bercahaya bulan lah yang menyinari satu tempat itu.
"jadi kau sudah menentukan pilihanmu?", katanya turun dan menghampirinya.
"a-aku...", tiba – tiba Alfred tidak dapat mengemukakan apa yang ingin ia katakan.
Masih belum melanjutkannya, Alfred melihat ke bawah dengan rasa enggan.
"hahh..., ya aku mengerti", Selvan menghela napasnya.
"a-apa maksudmu?", keraguannya bercampur aduk dengan rasa bingung.
"pasti tidak mudah untuk merubah pikiranmu setelah apa yang terjadi sewaktu kita pertama kali bertemu", lanjutnya menyentuh pohon yang berdiri di dekat mereka.
Dalam seketika, ukurannya bertambah besar dengan jumlah daun berjatuhan yang semakin banyak.
"aku tidak mengerti mengapa kau memilihku", Alfred kini memberanikan diri untuk kembali berbicara.
"hmm?, aku tidak memilihmu", Selvan berbalik menghadap ke arahnya dengan cepat.
"kau tidak?", Alfred sedikit terkejut.
"yah bukan begitu juga".
"bisa dibilang kemampuan yang kau dapat bisa ada karena tindakanmu sendiri. Aku hanya menyebarkannya di sekitar kota ini. Jadi bagi yang mendapatkannya, akan menjadi orang yang ku kunjungi", lanjutnya menjelaskan.
"kau bukanlah dipilih, namun hanya beruntung", Selvan mengambil sebuah daun yang jatuh dan melemparnya ke arah Alfred.
"tapi... mengapa kau melakukan semua hal ini?!", Alfred memandang kedua tangannya.
"bukankah sudah kubilang saat berada di rumahmu? Aku merasakan ada sebuah hal buruk yang akan terjadi pada kota ini. Alasanku menyebarkan segala kekuatan itu kepada orang – orang yang mendapatkannya adalah untuk menggabungkan mereka menjadi sebuah kelompok untuk menanggulanginya", ia berjalan pada batang kayu yang lebih kecil dan duduk di situ.
"jadi apa kau mengerti?", Selvan selesai menjelaskan.
Keadaan tiba – tiba hening sesaat. Dalam tiupan angin yang kencang, dilihatnya Alfred yang berdiri diam sambil mengartikan segala hal yang telah diberikan kepadanya.
"begitu ya?", Alfred berkata dengan pelan.
"iya begit-".
"jika hal besar memang akan terjadi, tunjukan kepadaku buktinya terlebih dahulu!".
Mengira Alfred akan langsung menyetujui segala yang dikatakan oleh Selvan, ia menatapnya dengan tatapan yang tajam.
"buktinya ya?", Selvan berpikir dengan sejenak.
"baiklah. Tapi aku harus membawamu pada kota bagian barat".
"bagian barat? Mengapa tempat itu?", Alfred tidak mengira akan mendapatkan jawaban itu.
"coba lihat ke atas. Dengan penempatan bulan yang berposisi di atas langit, waktu ini menjadi saat – saat yang penting", Selvan menatap melewati lubang besar yang ada di atas batang pohonnya.
"waktu ini?", Alfred melihat ke arah yang sama.
"iya", Selvan turun menatap Alfred.
Tanpa memperingatinya terlebih dahulu, sebuah akar dan batang pepohonan mulai bermunculan di bawah kaki Alfred hingga membentuk suatu kotak yang mengurungnya di dalam.
"Selvan, ada apa ini!?", Alfred panik.
"tenanglah, ini adalah cara tercepat untuk mengantarkan kita ke dua tempat yang berbeda", balasnya sambil menurunkan kotak itu ke dalam tanah yang diikuti olehnya.
(–)
Keadaan sekitar terasa gelap, tidak ada hal yang dapat terlihat dari kotak kayu itu selain suaranya yang bergerak menyusuri tanah. Di dalam kotak itu, Alfred hanya diam menunggu dengan rasa gugup mengenai tempat yang akan Selvan tuju.
"kotaknya tiba – tiba diam", gumamnya yang berusaha untuk mengeluarkan diri dari tempat itu.
"bertahanlah sebentar", Selvan yang berdiri di luar mulai membukakan kotak itu.
"kita sudah sampai", katanya berdiri menghadap ke depan.
Dari apa yang dapat dilihat, nampak sebuah lapangan rumput dan pepohonan yang terbentang luas. Keindahannya terlihat jelas ketika Alfred mendekati dedaunan panjang yang bernari – nari oleh tiupan angin dingin yang berhembus dengan kencang.
"jadi, apa alasanmu membawaku ke tempat ini?", tanyanya membalikkan badan.
Selvan berjalan mendekati tempat ia berdiri.
"kau pasti tahu mengenai kota bagian barat yang terkenal dengan keindahan dan segala kekayaannya. Bagian itu berisikan tanaman, pepohonan, serta lapangan rumput luas yang menyimpan banyak sumber daya alam Nocterum", katanya sambil menyentuh rumput itu dengan halus.
"iya, aku tahu", balasnya merasakan hembusan angin yang membelakangkan rambutnya.
"jika kau tahu mengenai hal ini, maka akan kutanyakan hal ini. Bagaimana jika hal besar seperti ini dapat dimanfaatkan oleh kota lain untuk menjatuhkan Nocterum?", Selvan berbalik cepat ke arah Alfred.
"menyerang Nocterum? Apa hubungannya dengan itu?", tanyanya kembali masih belum mengerti.
"coba kita ingat kembali kejadian di mana berbagai buah – buahan di hutan dekat rumahmu telah teracuni dan tidak dapat dikonsumsi", Selvan memetik rerumputan itu dan melepaskannya hingga berterbangan.
"bukankah buah yang teracuni adalah akibat darimu sendiri?", Alfred mengingat kejadian itu.
"itu bukan cerita sepenuhnya. Dari apa yang kuingat, seorang dari kota ini telah menyerangku dari belakang dan meninggalkanku sekarat dan tidak sadarkan diri di dalam hutan itu".
"aku mungkin tidak mengetahui apa yang terjadi selama waktu itu, namun bagi orang lain, hal itu pasti dapat disadari oleh setiap orang yang datang. Ditambah lagi, dalam kurun waktu beberapa hari semenjak kejadian itu, aku tidak dapat melihat seberapa banyak orang yang memanfaatkan hal itu untuk diri mereka sendiri. Mungkin ada yang terkena racun dan mati, atau mungkin ada orang yang menggunakan buah itu untuk mencelakai orang lain", Selvan mulai mengkemukakan sebuah poin.
"dengan Nocterum yang diberkati oleh berbagai kekayaan alam yang melimpah, menurutmu bagaimana jadinya jika segala berita ini tersebar pada seluruh kota dan area sekitarnya?".
Tiupan angin yang kencang itu tiba – tiba berhenti. Keadaan menjadi hening dan yang nampak di wajah Alfred hanya pemikiran mengenai segala hal yang telah dikatakan oleh Selvan.
"tapi segala perkataanmu hanya spekulasi kan?", Alfred masih memikirkan apa yang dikatakan olehnya.
"hahh... dengar Alfred, jika hal yang kukatakan telah terjadi, maka aku sudah terlambat dalam mengumpulkan orang sepertimu. Segala hal yang kukatakan tadi pastinya akan terjadi. Jika kau ingin buktinya secara nyata, maka tunggu waktu itu akan datang", Selvan menghela nafasnya sambil menghadap pada lapangan rumput yang sekarang kembali tertiup oleh angin.
Dalam keadaannya saat ini, Alfred masih ragu ingin menjawab apa. Dirinya merasa bahwa hal ini terasa terlalu berat untuk dimengerti olehnya. Namun di sisi lain, ia memiliki sebuah keinginan untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh Selvan meski dengan itu artinya ia harus meninggalkan segala yang ada di dalam kehidupannya. Situasi kembali terasa tenang, Selvan yang merasa bahwa situasi akan berlangsung sama seperti sebelumnya langsung membalikkan badannya.
"tunggu", Alfred menyadari bahwa ia akan pergi.
"baiklah, aku setuju untuk bergabung denganmu", dengan rasa ragu yang semakin lama menghilang, Alfred pun memberanikan dirinya untuk mengatakan hal itu.
"tapi aku ingin meminta satu persyaratan".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...