Reunited once again pt.2

4 1 0
                                    

Malam panjang yang dingin masih menyelimuti tubuh mereka. Di balik pepohonan yang besar, Maxwell terus membuka matanya untuk mencari keberadaan Nokken yang hilang itu. Dengan tombaknya yang masih ia pegang pada genggaman tangannya, Maxwell pun melirik ke tempat di mana Larry tadinya berada. 

"ada apa?", Edmund melihatnya yang bergerak ke belakang dengan langkah kaki yang cepat. 

Maxwell tidak menjawabnya. Dia hanya bergegas menghampiri tempat itu. 

"ke mana dia ini?", komentar Maxwell yang tidak melihatnya. 

Dari belakangnya, Edmund berjalan menghampirinya. 

"apa ada yang terjadi?", tanyanya kembali melihat ekspresi di wajahnya. 

"sepertinya Larry telah pergi menuju suatu tempat bersama Averie. Tapi aku tidak yakin", jawabnya melihat ke sekeliling. 

Seiring berjalannya waktu, mereka berdua pun semakin khawatir dengan keberadaan Larry dan Averie, namun tidak lama kemudian, seseorang berjalan mendekati mereka. 

"oh, Larry sudah datang", seru Maxwell menunjuk ke arahnya. 

"ke mana saja kau? Dan di mana Averie sekarang?", tanyanya. 

"dia hanya menanyakan informasi lebih lanjut mengenai Nokken", katanya tenang. 

"informasi lebih lanjut mengenai Nokken? Lalu sekarang, ada di mana dia?", tanyanya kembali kepada Larry. 

"jangan khawatir, dia sudah memiliki rencana lain", katanya tidak menjawab pertanyaannya. 

Mendengar itu, Maxwell hanya dapat diam memandang Larry dengan gugup. Walau ia tidak meragukan kemampuannya untuk memutuskan suatu tindakan, namun ia tetap tidak yakin dengan kemampuan Averie saat ini. 

"apa kau sudah mengetahui akan rencana itu sebelum ini?", Maxwell mulai menenangkan dirinya. 

"tentu saja, karena itulah aku setuju dengan keputusannya".  

(–) 

Angin kembali bertiup dengan kencang. Pepohonan yang besar menutupi sisi kiri dan kanan jalanan depan. Langkah kakinya yang semakin kencang juga diikuti oleh kumpulan pasir yang bertaburan di belakangnya. Dengan kedua tangannya, Averie memegang bunga teratai itu dengan hati hati agar tidak terjatuh. 

"inilah tempatnya", gumamnya bersembunyi di balik sebuah pohon. 

Nafasnya terengah – engah dan keringat terus menetes dari kepalanya dikarenakan telah berlari menuju tempat ini. Di balik pohon itu, Averie menutup matanya, namun kali ini hanya ia lakukan untuk menenangkan dirinya. 

"tidak apa – apa, aku pasti bisa", katanya kepada dirinya sendiri dengan perasaan yang masih gugup dan ragu. 

Setelah merasa lebih baik, Averie mengintip dari balik sebuah pohon. Dilihatnya seorang lelaki muda yang tampan, berdiri di sebelah sungai di mana ia mengambil bunga teratai itu. 

"berani sekali kau datang sendirian", makhluk itu tiba – tiba berkata kepadanya. 

Perlahan Averie berjalan keluar dari balik pohon itu dan menghadapnya. 

"aku kira kau akan datang dengan temanmu itu, namun tampaknya, kau datang sendirian. Apakah dengan itu kau sudah menerima nasibmu?", katanya dengan tatapan tajam. 

Averie sedikit terkejut dan takut dengan apa yang dikatakan olehnya, namun ia tetap menampilkan wajah serius. 

(–) 

Averie berjalan perlahan menghampiri Nokken. Dengan sedikit ragu ia mendekatinya. 

"aku tidak menerima nasibku untuk dibunuh, namun aku juga tidak ingin kau dibunuh", katanya dengan bunga teratai yang ada di tangan kanannya. 

Dungeon Duolist vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang