Edzard berjalan perlahan menuju arah ruang persegi panjang. Kakinya bergerak dengan pelan dan wajahnya tidak menunjukkan perasaan apapun. Di hadapannya sekarang, terdapat Igfus yang berdiri memandang ruangan itu dengan tongkatnya yang ia pegang dengan kuat.
"kau sudah ingin menunjukkan penampilan kalian?", Igfus berbalik menghadapnya sambil tersenyum.
Edzard tidak mengatakan apapun. Pikirannya hanya ia fokuskan untuk berjalan mendekatinya.
"oh Edzard, sungguh berani dirimu untuk mendatangiku sendirian", katanya.
"bukankah dalam pertarungan kau harus dekat dengan musuhmu?", Edzard membalas perkataannya.
"mendekat? Sudahkah kau lupa di mana kakimu berpijak?".
Edzard tidak memedulikan pertanyaannya itu. Langkahnya semakin lama malah semakin cepat menuju Igfus.
"jadi kau tetap ingin mendatangiku ya? Baiklah kalau begitu. Kuharap kau tidak menyesalinya!", Igfus berbalik dan ikut berjalan mendekati satu sama lain.
Kecepatan jalan mereka menuju titik tengah terlihat sama hingga jarak antar mereka hanya tinggal tujuh meter. Pada posisi itu, Igfus berubah menjadi asap yang sama seperti yang ada di sekitarnya. Semenjak ia menghilang. Tidak ada satupun suara yang muncul dari manapun. Suara detak jantung Edzard lah yang terdengar berdetak kencang di tengah keadaan ini.
Matanya melirik ke segala sisi di mana dirinya seolah terperangkap dalam ruangan penuh asap. Dalam bentuk dirinya yang disatukan serupa dengan asap, Igfus melihat Edzard yang berdiri kebingungan. Di hadapannya terlihat titik buta pandangannya di mana ia dapat menyerang. Kesempatan itu tidak ia lewatkan. Tubuhnya yang berbentuk asap kini berubah kembali menjadi manusia di mana ia mengeluarkan sebuah api berukuran raksasa yang menyembur dari tongkatnya.
"kena kau!", katanya setelah menimbulkan bekas bakaran di mana Edzard berada.
(–)
"a-apa?, dia tidak ada!", serunya tidak melihat bekas apapun.
"apa kau mencariku?", Edzard tiba – tiba muncul di belakangnya.
Igfus membalikkan badanya dengan ekspresi kesal dan bingung.
"jangan main – main denganku! Di mana yang lain!?", katanya kembali mengeluarkan api raksasanya ke arah Edzard.
"mereka berada di sekitar sini. Tapi penampilan mereka mungkin akan sulit untuk dilihat", Edzard kembali muncul di sampingnya.
"tunjukkanlah dirimu pengecut!", Igfus kembali mengeluarkan apinya ke sekeliling dirinya.
Memastikan bahwa Edzard tidak dapat kabur dari panasnya.
"hah, hah, hah", Igfus menghela nafasnya.
Merasa kelelahan telah mengeluarkan segala api itu. Keringat juga mulai keluar dari wajahnya karena panas yang tercipta. Di tengah keheningan itu, muncullah sebuah angin kuat yang meniup segala asap yang ada. Di baliknya terdapat Edzard dengan bekas bakaran yang terdapat di tangan kirinya.
"Hah, hah, lihatlah dirimu! Kepandaianmu bahkan tidak dapat menyelamatkanmu dari segala seranganku!", katanya.
"iya, ini adalah kelalaian dariku yang tidak melihat pola seranganmu yang selanjutnya", Edzard membersihkan berbagai tanah dan debu yang ada pada lukanya.
"jangan kau khawatir, aku masih punya banyak trik lainnya", Igfus mengangkat tongkatnya dengan tinggi.
Matanya ia tutup dan batu merah yang ada kini bersinar terang. Debu dan asap bekas bakaran sebelumnya kini mulai bertambah banyak dan hawa di udara semakin terasa panas. Dari keheningan yang berlangsung setelah hal itu, tanah di bawah kaki Edzard tiba - tiba mulai bergetar. Suara desisan terdengar dari bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Duolist vol 1
FantasySinar bulan muncul di tengah malam hari yang sunyi di kota Aeithein. Dari kejadian itu, banyak orang yang tertarik akan keindahannya. Namun di balik fenomena mengagumkan itu, dari dalamnya menyimpan suatu kutukan yang melanda seluruh kota. Bagi mere...