2 - In Memoriam, Park Chanyeol

687 123 9
                                    

***

Enam puluh hari setelah berpulangnya Park Chanyeol pada Yang Maha Kuasa. Keadaan Suzy masih sama seperti enam puluh hari ke belakang, dia kacau. Cukup kacau sampai sadar jika dirinya tak bisa terus-terusan terpuruk dalam gelapnya kamar tidur.

Masih ada Baby J yang butuh perhatiannya. Masih ada usaha Resto Bar yang harus ia urus. Masih banyak kewajiban yang tak bisa ditinggal terlalu lama.

Sedih boleh, tapi jangan berlarut-larut. Kalau kata Bibi Yoon—tetangga baik hatinya.

Maka dari itu Suzy perlahan bangkit, mendatangi The Masagi—sebuah Bar merangkap resto yang ia jalankan bersama Chanyeol sebelumnya. The Masagi belum pernah buka semenjak tragedi tabrak lari Chanyeol, rasa-rasanya terlalu berat menjalani hari seperi biasa tanpa pria itu.

"sajangnim, kami turut berduka cita." Ucap salah satu pegawainya yang bernama Yeonseo.

Suzy hanya memberi senyum kecut, lalu kembali memeriksa bahan makanan yang sudah menipis di ruang penyimpanan. "Yeonseo, tolong catat apa saja bahan makanan yang sudah habis. Aku dan Hyunwoo akan membelinya." Perintahnya pada perempuan yag baru lulus sekolah menengah itu.

"baik, sajangnim!"

Langkah kaki Suzy beralih menuju kantor kecil tempatnya mengurus manajemen Masagi, sebelum mendorong pintu kayu tersebut Suzy diam beberapa saat, menarik nafas lalu membuangnya. Terbukalah pintu itu, langsung menyeruak wangi parfum Chanyeol yang masih menempel di segala sudut ruangan menjadikan ulu hati Suzy terasa ngilu.

Perempuan itu beribu kali menguatkan hati sebelum melangkah lebih jauh, it's okay Suzy, kau harus terbiasa. Suzy memasang poker face, mulai menyibukkan diri mengeluarkan barang-barang Chanyeol dari dalam sana sebelum kegiatannya diinterupsi Oh Sehun, teman baiknya dan Chanyeol.

"apa yang sedang kau lakukan?"

Suzy menoleh, mendapati Baby J dalam gendongan Sehun dengan antengnya. Ia memutus aktivitasnya sejenak untuk mencium pipi sang putra, "menata ruangan ini menjadi lebih fresh." Balasnya untuk pertanyaan Sehun.

"dengan menyingkirkan barang-barang Chanyeol?" Sehun menatap Suzy lekat, perempuan itu tersenyum lebar berusaha keras agar terlihat baik-baik saja meski tatap kosong itu masih sangat kentara.

"he's gone, tak mungkin kan barangnya harus tetap di sini? Membuat suasana jadi muram saja." Suzy menjawab dengan jenaka. Dia kembali sibuk mengeluarkan beberapa piringan hitam koleksi milik Chanyeol, lalu sepatu pria itu dan lainnya lagi.

Sehun menatap nanar, dia pun sama kehilangannya dengan Suzy. "hei, are you okay?"

Tangan Suzy berhenti bergerak, ia menatap salah satu piringan hitam Bohemian Rhapsody cukup lama lalu mengusapnya pelan. Lalu tak lama setetes air mata membasahi piringan hitam tersebut, tubuh Suzy mulai bergetar bersamaan dengan isak tangis. "no, I'm not okay. Aku tidak akan pernah merasa baik-baik saja.." perempuan itu kemudian luruh ke lantai yang dingin sambil menangis tersedu-sedu.

"kalau saja malam itu dia tidak pergi menjemputku, ka-kalau saja.."

"hei, hei.. it's not your fault.." tahu-tahu Sehun sudah mendekap Suzy ke dalam rengkuhannya.

Sehun tahu betapa besar penyesalan Suzy pada Chenyeol, bagaimana hari-hari perempuan itu dipenuhi rasa bersalah yang besar semenjak kepergian Chanyeol.

"dia selalu mencintaimu." Ucapan Sehun semakin membuat tangis Suzy semakin keras.

He loves you, always.

Penyesalan terbesar Suzy adalah, bahkan sampai akhir hayat Chanyeol ia belum bisa membalas cinta pria itu.

My Baby's Daddy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang