41.Tawaran kerja sama

87 3 0
                                    

Happy Reading🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo
.
.
.
.
.
.
"Gimana sih lo bi, gue kan udah bilang tadi. Map nya jangan sampai ketinggalan. Eh ini lo malah sampai lupa belinya," oceh Gita sambil membuka satu per satu kresek belanjaan mereka.

"Namanya juga lupa git, mau diapain lagi. Tinggal kita balik lagi ke sana apa susahnya sih?" decak Abian sambil menyenderkan tubuhnya di kursi cafe.

"Lo mah enak tinggal ngomong. Tapi gue? Panas anjay yang mau bolak-balik," gerutu Gita.

"Terserah kamu deh, mending kamu minum. Nih minum biar nggak marah-marah terus." Abian menyodorkan segelas jus mangga kepada Gita dan diterima dengan kasar oleh Gita

"Udah gapapa, nanti biar aku sama Andra yang beli. Sekalian nge-print hasilnya. Sekarang kita buat rangkuman nya dulu, kita ngerjain di laptopnya aku aja. Biar nanti sekalian," ucap Kaira sambil mengeluarkan laptopnya, dan yang lain hanya mengangguk.

Sekarang mereka berempat sedang berada di cafe. Mereka berniat untuk mengerjakan tugas yang tadi diberikan. Mereka juga masih menggunakan seragam sekolah, karena tadi mereka langsung menuju cafe.

"Gara-gara lo sih bi, andai tadi lo nggak lupa. Nggak perlu kan nanti Kaira sama Andra pergi ke toko," seru Gita dan mendapatkan gelengan dari teman-teman nya.

"Gita, kamu mau diem atau aku seret kamu ke penghulu sekarang," ujar Abian asal.

Gita melotot kan matanya dan langsung menoleh ke samping. Cowok di depan nya ini mampu membuat jiwa nya meronta-ronta.

"A-apaan sih lo. Nggak lucu tau gak," balas Gita sambil meminum minumannya dengan kasar.

"Nggak usah ngomong doang bi, lakuin dong," tantang Andra dan mendapatkan wajah malas dari Abian.

"Iya nanti," jawab Abian singkat.

"Udah-udah, mendingan kita ngerjain tugasnya. Daripada kalian semakin jauh bercanda nya," ucap Gita.

"Siapa yang bercanda?" tanya Abian sambil mengangkat alisnya.

"Ya lo sama Andra lah. Siapa lagi? Yakali gue sama Kaira, Kaira aja mulai tadi cuman diem dong," cetus Gita.

"Gada yang bercanda. Aku serius mulai tadi," balas Abian enteng. Gita langsung menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyuman. Sumpahh rasanya dia tidak bisa untuk menahan dirinya agar tidak berteriak untuk sekarang.

"Ck gajelas banget lo. Kaira, lo udah nyampe mana yang ngerjain? Sini gue bantu," ucap Gita bermaksud mengalihkan pembicaraan. Kaira dan Andra hanya geleng-geleng kepala melihat Gita yang sepertinya salah tingkah atas ucapan Abian.

Abian hanya tersenyum simpul dan mengambil buku untuk mengerjakan tugas mereka.

Cafe sekarang tampak begitu ramai. Mereka berempat duduk di dekat jendela sehingga mereka bisa mengerjakan tugas sambil melihat ke jalan.

Sedangkan di meja yang letaknya dekat dengan pintu, ada seorang perempuan manis yang duduk sendiri.

"Gimana liat mereka berempat? Iri nggak?" Tasya tersentak kaget saat tiba-tiba ada orang yang berbisik dibelakang nya.

Faris berjalan untuk duduk di kursi yang berada di depan Tasya. Faris tersenyum, tapi bukan senyuman manis. Lebih tepat nya senyuman licik.

"Maksud lo?" tanya Tasya sambil menatap tak suka ke arah Faris.

"Gimana perasaannya yang dulunya sahabat udah kayak saudara sendiri jadi asing kayak sekarang? Mereka lebih asik sama orang lain daripada sama kita sendiri. Sakit sama iri nggak?"

"Lo itu udah dilupain sama mereka." Tasya memutar matanya malas. Ia sama sekali tidak mengerti dan tidak tertarik dengan ucapan Faris.

"Gue nggak ngerti maksud lo apa. Lebih baik lo pergi dari sini. Bukan gue mau ngusir lo, tapi gue cuman pengen sendiri," ujar Tasya.

"Niat gue baik cuman mau nemenin lo. Nemenin orang yang udah ditinggal sama sahabat nya. Gue cuman mau nemenin lo agar lo nggak sendirian," oceh Faris tapi tidak digubris sama sekali oleh Tasya. Mata wanita itu tertuju kepada meja yang berada di dekat jendela. Atau jendela tempat Andra dan yang lain berkumpul.

Faris melihat ke arah pandang Tasya dan langsung tersenyum smrik. Rencananya sepertinya akan berhasil.

"Nggak suka ya liat mereka?" Tasya hanya memutar matanya malas dan meminum minumannya.

"Tujuan kita sama Tasya. Kita mau buat mereka hancur. Apalagi dengan hubungan Andra sama Kaira. Gue tau, lo pasti mau mereka pisah kan?"

"Maksud lo apaan sih? Bahasa lo itu lebih nggak jelas daripada bahasa alien lo tau gak?"

"Gue mau nawarin sesuatu buat lo. Gimana kalau kita kerja sama buat ngancurin mereka? Gue mau buat mereka hancur kayak persahabatan lo. Gue juga mau hubungan Andra sama Kaira hancur kayak hubungan kedua orang tua lo."

"Lo gila ya? Lo lupa ya kalau Andra itu masih saudara lo. Saudara macam apa lo yang mau keluarga saudara nya sendiri hancur." Tasya benar-benar tidak habis pikir dengan pola pikir manusia di depan nya ini.

"Gue nggak gila. Tapi mereka yang buat gue bersifat kayak orang gila gini. Gue benci sama Andra, gue benci sama kedekatan dia sama Kaira. Andra itu bukan saudara gue, dia itu musuh gue," balas Faris dengan tangan yang mengepal menahan amarah.

"Gada saudara yang ngambil cinta saudara nya sendiri," gumam Faris yang masih bisa didengar oleh Tasya.

"Are you oke? Hei gada persaudaraan yang akan terputus hanya karena masalah cinta. Saudara akan tetap jadi saudara," ucap Tasya.

"Ada, buktinya gue sama Andra. Dia udah ngambil orang yang gue sayang. Dia udah ngambil orang yang gue suka," celah Faris.

Tasya menarik napasnya panjang dan menatap tidak suka ke arah Faris. "Gue nggak tau masalah lo sama Andra apa. Gue juga nggak tau tentang masalah lo dengan orang yang lo cinta itu. Dan gue juga nggak mau tau,"

"Yang gue tau, lo itu udah keterlaluan. Lo keterlaluan karena lo udah bawa hubungan orang tua gue ke masalah lo. Gue nggak suka kalau lo bawa-bawa tentang keluarga gue. Lo itu cuman orang asing yang nggak tau apa-apa, Faris." Tasya menatap tajam ke arah Faris.

"Ouh ya, niat gue sama lo itu nggak sama. Jadi jangan harap gue mau kerjasama sama lo. Dan gue peringatkan sekali lagi ke lo. Jangan pernah bawa-bawa tentang keluarga gue ke masalah lo yang nggak jelas itu. Orang bodoh."

Tasya langsung beranjak dari tempat nya dan meninggalkan Faris yang masih duduk manis di tempat nya. Faris hanya menatap kepergian Tasya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Pandangan Kaira tidak sengaja melihat Tasya yang baru saja keluar dari cafe yang sama dengan nya. Tapi Kaira juga kurang yakin, itu benar Tasya atau bukan. Tiba-tiba pikirannya tentang hubungan keluarga Tasya muncul di otaknya. Dia sangat merasa iba kepada Tasya.





Yuhuiii
Masih pada nunggu ini update gakk?
Akhirnya update nih setelah sekian lama nggak update. Tapi kayaknya nggak lama deh, engga nyampe setengah bulan. Iya kann?

Gimana sama part ini?
Lanjut nggak nih?
Next nggak nihh?

Sampai jumpa di part selanjutnya 🦄

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang