47.Menjadi imam

62 4 1
                                    

Happy Reading 🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo
.
.
.
.
.
.
Di sore yang cerah, Abian pergi menuju rumah Gita. Ia berniat untuk menjelaskan semuanya kepada Gita. Tadi pagi ia sudah datang juga dari sini. Tapi ternyata Gita tidak ada di rumah. Jadi ia memutuskan untuk pergi lagi di sore ini.

Abian memberhentikan motornya di depan gerbang rumah Gita. Tanpa harus mengucap salam, pintu gerbang itu langsung terbuka. Dan menampakkan wanita berparuh baya, sepertinya itu adalah pembantu di rumah itu.

"Assalamu'alaikum bi," kata Abian memberi salam.

"Wa'alaikumussalam, nyari siapa den?" jawab pembantu itu sambil tersenyum ke arah Abian.

"Citanya ada bi?" jawab Abian sopan.

"Ouh neng Gita, ada di dalam. Silahkan masuk," pembantu itu membuka gerbang itu sedikit lebar agar Abian bisa memasukkan motornya ke dalam.

"Masuk aja den, neng Gita tadi ada diruang tamu. Bibik mau lanjut nyapu halaman," Abian hanya mengangguk kaku dan masuk kedalam rumah, karena pintu rumah juga terbuka.

"Assalamu'alaikum, permisi." Gita yang berada di ruang tamu langsung menoleh ke arah suara, Gita meletakkan novel yang ia baca dan berdiri untuk menemui Abian.

"Waalaikumsalam, ngapain lo di sini? Rumah gue nggak nerima tukang selingkuh," sungut Gita sambil bersedekap dada.

"Gita, aku mau jelasin semuanya ke kamu. Aku sama Tasya nggak selingkuh. Aku...."

"Aku apa? Aku cuman main api dibelakang kamu? Itu maksud kamu?" Belum sempat Abian melanjutkan ucapan nya, Gita sudah memotong nya.

"Kamu bisa diem dulu nggak? Aku mau jelasin ke kamu," pinta Abian sambil menghembuskan napas nya pelan.

"Nggak bisa, karena gue punya mulut. Mulut itu dibuat bicara, bukan dibuat pajangan," jawab Gita dengan tangan yang masih bersedekap dada.

"Terserah, terserah kamu. Tapi aku minta, diam bentar. Aku mau jelasin semuanya ke kamu." Akhirnya Gita diam, ia memberi kesempatan untuk Abian menjelaskan semuanya.

"Aku sama Tasya nggak selingkuh, aku waktu itu peluk Tasya karena aku kasian sama dia. Dia diganggu sama preman, dia didorong sama preman-preman itu sampe jatuh. Tasya nangis karena kakinya yang baru sembuh harus terbentur ke aspal,"

"Untung dia gak diapa-apain sama preman itu, karena aku keburu datang. Untuk nenangin Tasya, aku minta dia biar meluk aku," jelas Abian panjang lebar.

"Keadaan Tasya gapapa kan? Kaki dia gak luka lagi kan?" tanya Gita.

"Dia gapapa, tapi mungkin kakinya cuman sedikit sakit."

"Khmm, udah gak cemburu lagi kan?" tanya Abian dengan senyum kuda.

Gita tersenyum lebar sambil menggelengkan kepala nya. Gita merentangkan tangannya dan memeluk Abian. "Udah nggak lagi, maafin karena udah salah paham," ujar Gita dalam pelukan Abian.

"Gita, yuk persiapan solat maghrib," ujar ibu Gita sambil menuruni anak tangga satu persatu. Gita melepas pelukan nya dan menoleh ke arah ibunya.

"Eh ada tamu. Kok didepan pintu kenapa nggak duduk?" tanya ibu Gita sambil menemui Abian.

"Nggak usah tante, soalnya ini juga mau pulang. Udah maghrib," jawab Abian.

"Justru itu, kalau maghrib nggak boleh di luar rumah. Kamu siapa nya Gita?"

"P-pacar nya Gita tante," jawab Abian malu.

"Ouh anaknya ibu udah punya pacar, kenapa nggak cerita sama ibu? Mana pacarnya ganteng lagi," Gita hanya menyengir sambil menatap ibunya.

"Bi, lebih baik lo masuk aja deh. Kita solat bareng-bareng aja. Iya kan bu?" Ibu Gita mengangguk tapi dengan tatapan meledek ke arah anaknya.

***
Kaira dan Andra sudah siap untuk melaksanakan solat maghrib. Kaira yang sudah menggunakan mukenah nya, dan Andra yang menggunakan baju kokoh berserta sarung. Tidak lupa juga dengan peci warna hitam.

"Andra, jadi imam?" tanya Kaira dengan suara pelan.

Andra menoleh kebelakang dan menatap Kaira yang berdiri dibelakangnya. Wanita itu sudah menggelar sajadah nya dan berdiri di atas nya.

"A-aku takut masih ra. Aku takut nggak bisa jadi imam yang baik buat kamu," jawab Andra sambil menundukkan kepalanya.

"Andra... Aku yakin kamu bisa, aku yakin kamu sudah banyak belajar. Aku juga mau solat di imamin suami aku,"

"Dari awal kita nikah sampai sekarang, kamu cuma satu kali jadi imam saat kita solat. Kita mulai dulu hanya solat masing-masing. Aku yakin, kamu pasti bisa," jawab Kaira sambil memainkan ujung mukenah nya.

Andra menghembuskan napasnya kasar. Dia menggelar sajadah nya dan kembali menatap Kaira. "A-ayo, aku bakal berusaha semaksimal mungkin," jawab Andra ragu.

Akhirnya Kaira bisa merasakan solat di imami suami nya sendiri. Ini adalah kedua kalinya Andra mengimami solat nya. Kaira sangat senang akan hal itu. Semoga seterusnya Andra mau jadi imam saat mereka solat.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," Andra menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam, dan diikuti oleh Kaira.

Andra membalikkan tubuhnya dan duduk bersilam. Kaira tersenyum sambil menyalami tangan Andra. Andra memegang pipi Kaira dan mencium dahi wanita itu.

"Aku senang banget, karena hari ini aku di imami suami aku," ujar Kaira dengan senyum yang mengembang.

"InsyaAllah aku bakal usahain agar bisa selalu jadi imam saat kamu salat," jawab Andra dan di angguki oleh Kaira.

Kaira mengambil Al-Qur'an yang ada di samping nya dan meletakkannya diantara dia dan Andra. "Mau ngaji bareng?" Andra tersenyum dan mulai membaca basmalah.

Setelah memaksa solat di imami suami tercinta, dan mengaji bersama. Kaira duduk di depan meja belajar nya. Sedangkan Andra ada di ruang tamu untuk menonton TV dan bersantai di sana.

Kaira mengambil buku berwarna hitam di dalam lacinya, dan membuka lembaran buku itu. Kaira mengambil bolpoin dan menuliskan kata perkata di atas kertasnya.

Malam yang indah, 06-10-2022

Malam ini adalah malam yang menyenangkan dan begitu indah bagi aku.
Selama aku menikah dengan pangeran ku, ini adalah kedua kalinya dia menjadi imam saat aku solat. Mungkin bagi orang itu adalah hal yang biasa, mungkin juga adalah hal yang jauh dari kata menarik.
Tapi tidak dengan aku, hal itu adalah sesuatu yang sangat mengesankan.
Impian ku menjadi makmum-mu sebelum takdir ku datang terkabulkan.
Aku mempunyai beberapa hal sepele yang ingin aku lakukan sebelum takdir itu datang.
Memang, takdir itu tidak ada tahu. Tapi takdir kematian pasti akan ada.

~kekasihnya Andra~

"Kaira jaga diri kamu baik-baik," Kaira menaruh kembali buku yang ia pegang ke dalam laci, tapi tidak menutup laci itu dengan benar.

"Ada apa Andra?" tanya Kaira panik.

"T-tasya, Tasya di culik. Aku dapat telpon dari Abian kalau Tasya gada di apartemen nya dan apartemen nya berantakan," jawab Andra sambil bersiap untuk mencari Tasya dengan yang lain.

Andra memakai jaket kebanggaan geng nya dan mendekat ke arah Kaira. Andra memegang bahu Kaira dan menatap Kaira lekat.

"Jaga diri kamu baik-baik, sepertinya ini saat nya aku menyelesaikan urusanku dengan musuhku," ujar Andra dengan tatapan teduh. Andra mengecup kening Kaira lama dan melepas pegangannya ke bahu Kaira.

"Andra, aku ikut."





Haii apa kabar?
Gimana sama part ini? Suka nggak?
Udah pada nunggu buat update nggak?
Hehehe maaf nggak konsisten update nya, sibuk soalnya.

Makasih buat yang udah vote dan komen

Sampai jumpa di part selanjutnya 🦄

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang