51. Raganya sudah pergi

88 3 0
                                    

Dorr

Kaira memejamkan matanya menahan rasa sakit yang mulai menjalar di tubuh nya. Ia menyenderkan tubuhnya dipunggung tegap Andra.

"KAIRA!" teriak teman-teman Kaira yang melihat peluru yang ditembakkan oleh Faris mengenai perut Kaira. Andra membalikkan badannya dan memeluk Kaira. Andra terduduk lemas dan menaruh Kaira dalam pangkuannya.

"A-andra," bibir Andra terasa kelu untuk menjawab Kaira. Ia hanya bisa diam dengan air mata yang mengalir.

"I-iya K-kaira, i-ini aku. Andra s-suami kamu," jawab Andra sambil mengusap pipi Kaira.

"Shtt s-sakit ndra, sakit. A-aku tidur d-dulu ya?" ujar Kaira terbata-bata. Dia menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Untuk bicara saja, rasanya sangat susah.

"Enggak, kamu nggak boleh tidur. Kita kerumah sakit sekarang ya? Abian panggil ambulance." Andra menoleh ke kanan kiri untuk mencari keberadaan Abian. Laki-laki itu sekarang seperti orang yang sedang kebingungan.

"Nggak u-usah Andra. I-itu nggak p-perlu. A-aku cuma mau t-tidur. Aku nggak b-butuh kerumah sakit." Andra menghapus air mata yang mengalir dipipi mulus Kaira.

"Andra m-maafin aku k-kalau selama ini, a-aku belum b-bisa jadi istri y-yang baik buat kamu. Maafin aku kalau a-aku banyak s-salah sama kamu. Maafin aku," ujar Kaira dengan air mata yang mengalir. Bukan hanya air mata saja, tapi juga darah yang terus keluar dari perut wanita itu.

"Kaira, kaira bertahan ya. Lo harus bertahan." Gita langsung bersimpu disamping Kaira, sama dengan Andra. Wanita itu terduduk lemas dengan air mata yang tidak berhenti.

"Kaira ayo kerumah sakit. K-kamu harus bertahan. Kamu mau kan aku imamin solat? Kamu mau kan dengerin hafalan aku? Kamu masih mau kan dengerin aku lancar ngaji? Aku akan l-lebih giat lagi, asalkan kamu mau bertahan. K-kaira bertahan ya?" Kaira tersenyum tipis, dia seakan sangat sulit untuk bicara. Yang hanya bisa ia lakukan adalah tersenyum membalas perkataan suaminya.

Kaira menarik napasnya pelan, sakit. Sangat sakit. Ia rasanya tidak bisa lagi untuk menahan rasa sakit itu. Kaira memegang perut nya dan mengangkat tangannya untuk melihat tangannya yang berlumur darah. Kaira semakin menangis, ia menangislah melihat darah itu. Apakah akan sampai disini dia dan Andra akan berjodoh?

"Andra, a-aku udah nggak k-kuat. I-ini terlalu sakit buat aku ndra. M-makasih ya, makasih u-untuk semua k-kasih sayang yang s-selama ini kamu berikan ke aku." Kaira menarik napasnya lagi, ia semakin susah untuk bernapas.

"M-makasih untuk semuanya Andra. T-tapi maaf, a-aku nggak bisa nepatin janji aku. T-ternyata takdir mau k-kita untuk berpisah. Maaf aku e-enggak bisa n-nemenin k-kamu di masa tua n-nanti."

"Kaira enggak ra, jangan. Aku engga mau kalau harus kehilangan kamu sekarang. Kamu nggak mau aku jadi imam kamu? Kamu nggak mau solat tahajud sama aku? Kamu nggak mau ngaji sama aku?" Andra semakin terisak. Seharusnya dia bukan Kaira. Seharusnya dia yang merasa sakit, bukan Kaira. Seharusnya dia yang berperang dengan rasa sakit sekarang, bukan Kaira.

"K-kamu mau ninggalin aku sendiri? Gimana nanti cara aku ngelanjutin kehidupan aku ra? Gimana kalau gada kamu di sisi aku, semuanya bakal hampa ra," kata Andra dengan nada yang sudah tidak ada semangat lagi.

"A-andra kalau a-aku udah nggak s-sama kamu l-lagi. Tolong, tolong tetap l-lanjutin kehidupan k-kamu. Jangan hentikan k-kehidupan kamu. Aku mohon. Aku mohon, ikhlasin aku,"

"A-aku minta maaf buat k-kalian semua. Maafin a-aku k-kalau selama i-ni, aku p-punya s-salah sama kalian. Aku pamit,"

"Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah." Dan detik itu juga, Kaira menghembuskan napas terakhirnya. Wanita itu menutup matanya dengan sempurna.

"KAIRA! Ra buka mata kamu ra. Gimana aku kalau gada kamu? Gimna kehidupan aku kalau gada kamu? Kenapa?kenapa harus sesingkat ini ra? Aku belum bisa bahagiain kamu. Aku belum imamim kamu saat solat tahajud. Masih banyak keinginan kamu yang belum aku wujutin ra," ujar Andra rapuh sambil menepuk pipi Kaira pelan. Laki-laki itu berharap Kaira bisa membuka matanya. Ini terlalu menyakitkan bagi dirinya. Kenapa? Kenapa ia harus berpisah dengan Kaira dengan cara ini?

Andra meletakkan kepala Kaira pelan dan berdiri dengan tatapan tajam kearah Genta dan Faris. Andra mendekat kearah dua laki-laki bajingan itu. "Puas lo? Ha? Puas kalian berdua? Kalian puas ngancurin dunia gue? Masih kurang apa kalian? Kalian masih mau nyawa gue? Ambil, bunuh gue sekarang. Biar gue juga bisa nemenin Kaira. Ayo bunuh gue." Andra mengambil pistol yang terjatuh didepannya. Ia memberikan nya kepada Genta. Dia menarik tangan Genta yang memegang pistol dan meletakkan di dadanya.

"Ayo gen, ayo bunuh gue. Dunia gue udah gada artinya. Kekasih gue udah pergi, sekarang apa alasan gue bertahan?"

AYO BUNUH GUE! BUNUH GUE SUPAYA GUE BISA NYUSUL BIDADARI GUE." Andra memukul dadanya sendiri dengan kencang. Rasa sakit itu, tdak sebanding dengan rasa sesak yang ada di dadanya. Rasa sakit itu tidak akan sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan Kaira tadi.

Abian menghampiri Andra dan memeluk laki-laki rapuh didepannya itu. Ia tau apa yang dirasakan Andra, sakit sekali rasanya saat harus ditinggalkan oleh orang yang kita sayang.

"Andra kamu harus bisa ngontrol diri kamu sendiri. Lebih baik kita pergi dari sini, kita urus jenazah Kaira," ujar Abian menenangkan. Ia sama seperti yang lain, ia sama menangis. Ia sama merasa kehilangan. Tapi ia harus lebih kuat, ia harus menenangkan teman-teman nya.

"Apa? Jenazah? Istri aku belum meninggal bi, istri aku ada di mobil. Istri aku nunggu aku di mobil. Dia nunggu aku bawa Tasya keluar dengan selamat. Ia kan Sya?" Tasya yang mulai tadi tertunduk mengangkat kepalanya, matanya sudah memerah akibat menangis.

"Andra sadar, jangan gini. Kaira nggak bakal suka kalau kamu gini. A-ayo pulang, kita makam kan jenazah Kaira." Kaira melirik kearah sekitar. Ia seolah meminta jawaban dari teman-temannya.

Dan tatapannya berhenti di wanita yang memejamkan matanya sempurna. Dengan gamis yang berlumur darah. "Enggak! Enggak mungkin. Kaira kenapa kamu ngingkari janji kamu?" Abian menuntun Andra agar mendekat ke arah Kaira.

"Ayo, ayo bawa pulang Kaira." Dengan kesadaran yang sudah tinggal setengah. Andra menggendong Kaira yang sudah memejam sempurna, untuk menuju kedalam mobilnya.

Dengan air mata yang tidak berhenti Andra menggendong sampai kedalam mobil. Tujuan pertama dirinya saat ini adalah rumah orang tua Kaira. Andra memilih memakam kan Kaira didaerah rumah kedua orang tuanya sendiri.


Wowww gimana sama part ini?
Sukses bikin sedih kalian atau biasa aja? Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menimbulkan kesan sedih.
Jadi maaf kalau sedihnya kurang dapat.

Ya... Cerita ini udah SELESAI.

mungkin nanti ada beberapa part tambahan mungkin satu part atau dua part lagi
Terimakasih buat kalian yang udah dukung, yang udah selalu nemenin aku buat nyelesaiin cerita ini.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang