16.Rumah baru

186 21 75
                                    

Happy Reading 🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo
.
.
.
.
.
.
.
Mereka berdua sudah sampai di rumah baru mereka. Rumah yang memiliki lantai dua. Rumah bercat putih dengan pintu berwarna cokelat. Garasi yang berada di samping rumah. Walaupun rumah itu tidak terlalu besar, tapi rumah itu terlihat sangat mewah.

Andra memarkirkan mobil nya dan membukakan pintu untuk Kaira. Kaira yang baru pertama kali melihat rumah itu, langsung tercengang. "Rumah sebesar ini, cuman ditempati kita berdua?" tanya Kaira sambil menatap Andra.

"Kenapa? Rumah ini nggak terlalu besar, malah lebih besar rumah orang tua kamu daripada rumah ini," ucap Andra sambil mengeluarkan koper dari dalam bagasi.

"Andra, ini rumah terlalu besar kalau cuman ditempati kita berdua," protes Kaira.

Andra berjalan terlebih dahulu dan membuka pintu rumah barunya. "Ayo masuk," perintah Andra sambil membawa barang-barang mereka berdua kedalam. Kaira hanya menurut dan masuk kedalam rumah itu.

"Kita nggak cuman berdua kok, nanti bakal ada pembantu sama asisten kepercayaan aku," jelas Andra.

"Ouh ya, dimana sekarang mereka? Rumah ini masih sepi," ucap Kaira sambil melihat sekitar. Andra yang gemas dengan tingkah istrinya itu, mencubit pelan pipi istrinya.

"Mereka berdua belum datang, kan kunci rumah ini ada di aku. Mungkin nanti sore mereka kesini,"ucap Andra. Andra mengajak Kaira untuk pergi keatas dan menyiapkan barang-barang mereka.

Saat pertama kali membuka kamar itu, Kaira dibuat bingung dengan kamar itu. Tampilan kamar itu sama persis dengan tampilan kamar Andra yang ada di rumah Andi.

Andra membawa kedalam koper mereka berdua dan meletakkannya di depan lemari. "Andra, kamu bersih-bersih aja. Biar aku yang beresin koper kamu," ucap Kaira saat melihat Andra ingin membereskan koper mereka.

"Ouh oke, aku ke kamar mandi dulu. Nggak lama kok," ucap Andra dan di angguki oleh Kaira.

Andra langsung menuju ke kamar mandi dan Kaira langsung membereskan koper mereka. Kaira masih memikirkan kedua orang tuanya, sungguh ia juga tidak mau jika harus jauh dengan kedua orang tuanya. Tapi, mau bagaimana lagi. Ini sudah resiko dan kewajiban dia sebagai istri.

Andra sudah selesai dengan ritual mandi nya, dengan menggunakan kaos berwarna putih dan celana pendek sebatas lutut. Begitupun dengan Kaira, ia juga sudah selesai membereskan koper mereka berdua.

Kaira duduk ditepian sofa sambil memainkan handphone nya. Andra duduk di samping Kaira dengan membawa kotak hitam tadi. "Masih penasaran nggak sama isinya?" tanya Andra. Kaira langsung mengangguk dan meletakkan handphonenya.

"Masih aja kayak dulu, kepo terus," ucap Andra sambil membuka kotak itu.

"Biarin, daripada kayak kamu. Sifat nyebelinnya nggak berkurang," jawab Kaira tidak mau kalah.

"Isinya cuman handphone?" tanya Kaira saat melihat isi kotak itu.

Andra mengambil handphone itu dan membuka aplikasi WhatsApp. "Ini handphone lama aku. Dulu, kita sering chat pakai handphone ini. Karena handphone ini banyak kenangan nya, aku nggak mau buang handphone ini," jelas Andra.

"Kenapa? Nggak ada gunanya juga kan kamu nyimpen handphone ini?"

"Ada, di handphone ini banyak pesan lama kita dulu. Kalau handphone ini nggak aku simpan, aku nggak bakal punya kenangan di awal kita berkomunikasi,"

"Awal kamu nyimpen nomor aku, awal aku sering ngirim kamu pesan. Awal kamu suka aku, dan awal kamu ngungkapin perasaan kamu ke aku. Dan semua itu nggak bakal terjadi lagi ra," ucap Andra.

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang