49. Gedung Tua

54 4 0
                                    

Happy Reading 🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo
Temanin dan tetap jadi semangat aku sampai cerita ini selesai ya
.
.
.
.
.
.
Genta tersenyum smrik sambil memutari kursi kumuh yang diduki oleh Tasya. Sesekali Genta mendekat dan mengendus wangi rambut Tasya. Tasya langsung memiringkan kepala nya, ia tidak suka Genta dekat-dekat dengan nya. Ia tidak suka berdekatan dengan pecundang seperti mereka berdua.

Air mata Tasya masih saja mengalir, begitu pula dengan sudut bibir Tasya. Sudut bibir nya masih mengeluarkan darah, walaupun hanya sedikit. Tasya meringis saat air mata nya mengenai lukanya.

"Hikss salah g-gue apa? T-tolong, tolong lepasin gue. G-gue gada masalah kan sama kalian? Iya kan ris?" Tasya berucap dengan mata berbinar. Ia pikir dua laki-laki itu akan melepaskannya, tapi tidak. Itu tidak akan mungkin selama mereka belum membalaskan dendam nya.

"Memang lo gada masalah sama kita. Malahan gue suka sama lo. Tapi itu dulu. Yang punya masalah sama kita itu sahabat lo. Andra," jawab Genta sambil menyesap rokok yang diapit oleh dua jarinya.

"Lo itu umpan Tasya, lo alat balas dendam gue ke Andra. Kenapa lo? Karena kita tau, Andra tidak akan tinggal diam saat orang terdekat nya diganggu. Apalagi sampai dijadikan umpan gini," jelas Faris dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya.

"Kenapa harus gue? Kenapa? Gue cuman sahabatnya Andra, bukan orang terdekatnya. Gue j-juga sama kayak lo ris, hikss... hubungan gue sama Andra. U-udah gak sedekat dulu. Hikss," ucap Tasya sambil menundukkan kepalanya.

"T-tolong, tolong lepasin gue."

Brakkk

Genta menendang bangku kumuh yang diduki oleh Tasya, sehingga tubuh Tasya jatuh begitu saja, dan berhantaman dengan lantai. Pipi dan tubuh saya menyatu dengan lantai kotor itu. Air mata Tasya mengalir, tubuh nya terasa remuk saat ini.

Genta berjongkok didepan Tasya dan mencengkam pipi gadis itu. Kuku-kuku tajam milik Genta menancap di pipi Tasya. "Cengeng banget sih lo, banyak drama. Gue nggak suka cewek banyak drama kayak lo. Lo mau lepas kan dari kita? Bakal kita lepasin nanti, tapi kalau lo udah jadi mayat. Mayat lo dan mayat Andra," Genta menghempaskan wajah Tasya dan mengambil handphone didalam sakunya.

Genta mengerikan pesan untuk Andra. Ia harus segera menyelesaikan ini semua. Ia sudah tidak sabar untuk melihat mayat musuhnya itu.

08814568****
"Kalau lo mau sahabat lo ini selamat, datang ke alamat yang gue kirim. Lo mau bawa geng lo? Silahkan, kita tarung malam ini. Gue udah gak sabar buat jadiin lo mayat. Kalau lo gak datang dalam waktu setengah jam. Sahabat lo akan habis ditangan gue malam ini. Kalau lo masih punya rasa malu dan kasian. Lo gak bakal segera ke sini. Karena ini semua karena lo Andra. Karena lo sahabat lo harus jadi umpan buat lo. Sahabat lo adalah umpan lo sendiri."

Genta tersenyum saat pesan itu langsung dibaca oleh Andra. Sepertinya laki-laki itu sudah menunggu kabar tentang sahabatnya itu.

"Kalau kalian emang mau bunuh gue, bunuh aja. Tapi jangan Andra. Jangan bunuh dia atau kalian hajar dia. Hikss... Dia m-masih punya keluarga, d-dia punya istri. Dia masih punya orang t-tua. P-pasti akan banyak hati  yang terluka saat dia tiada. Hikss, gue mohon, jangan apa-apain Andra,"

"Bunuh gue sekarang, bunuh gue. G-gue udah gak punya siapa-siapa, jadi nggak bakal ada o-orang yang terluka. T-tapi kalau Andra? Akan banyak orang mengeluarkan air matanya." Tasya menghantam-hantamkan kepalanya ke lantai. Tasya menggesekkan tangannya yang terikat, ke kursi yang ia duduki itu hingga tangannya panas. Tasya tidak berhenti menghantamkan kepalanya dengan lantai.

Faris menendang kursi yang sudah terjatuh itu, dan menjambak rambut lebat milik Tasya. "Lo gak usah repot-repot bela Andra, karena semua itu akan percuma Tasya. Andra gak bakal dengar ucapan belaan lo itu,"

"Dan lo gak usah repot-repot lukahin diri lo. Karena nanti pasti akan ada giliran dimana lo gak akan pernah ngerasain rasa sakit lagi." Lagi dan lagi, kepala Tasya menghantam lantai akibat hempasan dari Faris.

"Tunggu aja sya, tinggal beberapa menit lagi."

***
Andra mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia seakan lupa bahwa ada Kaira disamping nya. Kaira hanya diam, dengan kening yang sudah berkeringat. Dirinya takut saat Andra mengendarai mobil seperti ini, dia seperti orang kesetanan.

Andra melihat teman-teman nya lewat kaca spion nya. Ternyata teman-teman nya berasa tepat di belakang nya. Sebentar lagi, sebentar lagi mereka akan sampai ditempat dimana Tasya berada.

"Andra... Aku takut," gumam Kaira pelan. Andra langsung menoleh dan sedikit memelankan laju mobilnya.

"Sebentar lagi sayang, kamu jangan takut. Bentar lagi kita sampai. Maaf karena udah buat kamu takut," ujar Andra dengan mata yang masih fokus menyetir. Kaira memejamkan matanya sambil memegang tangan Andra kuat-kuat.

Citttt

Andra memberhentikan mobilnya didepan gedung tua. Gedung itu berada di pinggir jalan kecil. Jadi sekitar gedung itu sepi. Hal ini juga karena waktu yang sudah menunjukkan larut malam. Jadi tidak ada orang yang lewat di sana.

Andra keluar dari mobilnya dan menyusul teman-teman nya yang ada di belakang mobilnya. "Gita, kamu masuk kedalam mobil. Jaga Kaira di sana, jangan sampai dia ikut keluar," perintah Andra dan di angguki oleh Gita. Gita langsung menuju mobil Andra dan mengunci pintu mobil itu.

"Gita? Kenapa kamu kunci mobilnya? Aku mau keluar, aku juga mau nolongin Tasya," ujar Kaira sambil menggedor pintu mobil itu.

"Engga Kaira, itu terlalu berbahaya buat lo. Andra nyuruh gue buat jaga lo. Jadi... Lo disini aja ya?" ucap Gita sambil menatap Kaira dengan tatapan sendu.

"Engga Gita, aku mau kesana. Tasya disekap karena aku. Karena masalah aku, aku nggak mau cuman diem aja di sini. Aku mau keluar." Gita mendekap Kaira yang memberontak. Wanita itu terus saja menggedor pintu mobilnya sambil mencoba membuka nya.

"Kaira, biar Andra sama yang lain aja ya," ujar Gita sambil mendekap Kaira tapi dengan air mata yang mengalir. Ia sangat prihatin melihat kondisi Kaira, kondisi perempuan itu tampak kacau. Bukan hanya itu, Gita juga khawatir dengan keadaan Tasya.

Kaira hanya diam dalam dekapan Gita dengan tatapan kosong. Seharusnya ia tidak masuk dalam lingkungan Andra, bahkan seharusnya ia tidak usah mengenal orang-orang terdekat Andra.

Andra berlari masuk ke dalam gedung tua itu. Abian dan yang lain juga menyusul Andra. Hal yang mereka dapatkan saat pertama masuk adalah anak buah Genta dan Faris.

Andra menghela napas panjang dan menoleh kebelakang. "Urus para pecundang ini," perintah Andra dan menerobos orang-orang itu agar bisa masuk kedalam.





Haii piye kabare?
Piye part iki? Apik ora?

Wkwkwkwk
Gak lamakan update nya?
Bentar lagi, bentar lagi kalian gak bakal nunggu part ini update. Karena akan hampir ending.
Tungguin ya cerita ini, temenin dan jadi semangat aku sampai cerita ini selesai.

Sampai jumpa di part selanjutnya 🦄

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang