10.Dipercepat

161 16 0
                                    

Happy Reading 🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo.
.
.
.
.
.
.
.
Gita yang baru datang, terkejut melihat Kaira yang sedang menangis. Gita langsung mempercepat langkahnya dan memegang pundak Kaira. "Ra, lo gapapa kan?" tanya Gita. Bukannya menjawab, tangis Kaira semakin menjadi.

Gita langsung memeluk Kaira dan mengelus lembut punggung Kaira. "Ra, kalau lo punya masalah, cerita aja sama gue. Gue siap kok buat dengerin lo," ucap Gita.

Kaira melepas pelukan nya dan menghapus air matanya. "Iya git, makasih. Aku gapapa kok, tadi aku cuman bayangin gimana kalau aku tenggelam. Jadi, aku nangis deh," bohong Kaira.

Gita hanya tersenyum dan memberikan teh manis kepada Kaira. "Diminum dulu ra, aku takut kamu nanti masuk angin. Gue juga tadi udah izinin lo ke guru," ucap Gita.

"Makasih ya Git, kalau kamu mau masuk kelas gapapa kok. Aku bisa sendiri di sini,"

"Enggak ra, gue mau nungguin lo di sini. Tadi gue juga udah izin juga kok," ucap Gita dan di angguki oleh Kaira.

"Gimana gue bisa ninggalin lo ra, bisa-bisa gue di buang sama Andra," gumam Gita.

Gita menyerahkan handuk kecil kepada Kaira beserta satu hijab berwarna Putih. "Lo keringin dulu badan lo, terus lo ganti hijab lo. Biar lo nggak terlalu pusing," ucap Gita.

Kaira turun dari brankar dan menuju ke kamar mandi untuk mengganti hijab nya dan mengeringkan pakaiannya. "Kaira sama Andra punya masalah apa sih?"monolog Gita sambil membaringkan dirinya di sofa.

"Nggak usah kepo sama urusan orang," Gita langsung berdiri dan menghadap kearah pintu.

"Andra, ngapain lo di sini? Nanti kalau Kaira lihat lo, dia bisa tambah ngamuk sama lo,"ucap Gita memperingatkan.

"Itu urusanku dengan Kaira, bukan urusanmu. Mendingan kamu sekarang keluar, Abian lagi nungguin kamu di luar," ucap Andra sambil melihat kearah pintu.

"Nggak, gue tetep mau di sini. Gue mau jaga Kaira. Lagian, buat apa gue nemuin Abian," tolak Gita.

"Aku yang menyuruhmu untuk menemani Kaira tadi, sekarang tugas kamu sudah selesai. Jadi, kamu boleh pergi," tegas Andra.

"Nggak, gue takut lo apa-apain Kaira. Gue takut lo buat dia marah lagi." Andra yang sudah kehilangan kesabaran, langsung menyuruh Abian untuk menarik Gita keluar. Gita yang ditarik paksa, langsung memberontak. "Lepasin gue, tangan gue sakit bangsat!"geram Gita.

Abian langsung menggendong Gita dengan gendong ala bridal style. "Woy kucing, lepasin gue. Gue bisa keluar sendiri," teriak Gita sambil memberontak. Abian menulikan pendengarannya dan membawa Gita kearah Kantin.

Selama perjalanan, mereka berdua menjadi pusat perhatian semua orang. Gita menelungkup kan wajahnya pada dada Abian. Sungguh ia merasa malu ketika semua orang menatap mereka berdua.

"Woy bi, lo ngapain gendong Gita?" teriak Bani dari bangku paling pojok yang ada di kantin.

"Bani, lo bisa diem gak? Biasa aja kalau ngomong," ucap Alvaro dengan muka juteknya.

"Biasa aja kali wajah lo. Sensi amat lo ke gue," balas Bani. Alvaro hanya melirik sebentar dan memutar matanya malas.

Sesudah sampai dihadapan teman-teman nya. Abian langsung menurunkan Gita. "Danis, pesan kan dia makanan," suruh Abian kepada Danis sambil mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah.

Danis langsung mengambilnya dan langsung pergi untuk memesan makanan. Bani juga tidak mau melewatkan kesempatan ini. Ia juga berdiri dan berlari untuk menyusul Danis.

Gita hanya bisa pasrah, itung-itung hemat uang jajan kan. "Faisal kok nggak gabung sama kalian?" tanya Gita.

Alvaro menunjuk kearah meja paling depan, dan ternyata ada Faisal dan beberapa adik kelas yang sedang diganggu oleh Faisal. Gita hanya menggeleng dan menelungkup kan kepalanya di lipatan tangannya.

***
"Gita, mendingan kita ke kelas aja yuk. Aku udah selesai, terus aku udah mendingan," ucap Kaira sambil keluar dari kamar mandi.

"Andra, ngapain kamu masih di sini? Dimana Gita?" tanya Kaira dengan muka tidak senangnya.

"Aku udah nyuruh Gita buat keluar, aku pengen bicara sebentar sama kamu," ucap Andra.

"Nggak, aku nggak mau bicara sama kamu." Kaira pergi dari dalam UKS dan meninggalkan Andra di dalam.

Kaira berjalan dengan langkah tergesa-gesa untuk menghindari Andra."Ra, Kaira aku cuman pengen bicara sebentar sama kamu." Kaira masih saja tidak mendengarkan teriakan Andra, karena merasa geram, Andra berlari dan menggendong Kaira seperti karung beras.

Andra berjalan menuju parkiran dan menjadi pusat perhatian semua orang.Kaira terus saja memukul punggung Andra, tapi laki-laki itu masih saja menggendongnya. Seolah-olah pukulan Kaira tidak ada rasanya.

"Andra, tolong lepasin aku. A-aku minta maaf karena udah marah-marah sama kamu. Tapi t-tolong lepasin aku," ucap Kaira dengan air mata yang menetes.

Andra membuka pintu mobilnya dan menurunkan Kaira. "Nggak usah nangis, aku nggak suka liat kamu nangis. Sekarang kamu diem, dan beresin penampilan kamu. Kedua orang tua kita udah nungguin kita." Setelah mengucapkan itu, Andra menutup pintu mobilnya dan berjalan menuju kursi mengemudi.

Mobil sport berwarna hitam itu pergi dari parkiran sekolah tanpa menunggu jam pulang sekolah. Andra mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang. Ia memang harus segera menemui papanya, tapi keselamatan Kaira paling penting.

Setelah membutuhkan waktu lima belas menit, akhirnya mereka sampai di cafe tempat kedua orang tuanya berkumpul. Andra membukakan pintu mobil untuk Kaira dan menyuruh Kaira untuk masuk.

Kaira hanya menurut saja, ia sudah lelah jika harus bertengkar dengan Andra. Anita langsung tersenyum kearah putrinya dan memeluk putrinya itu.

"Maaf kita berdua telat, tadi masih ada masalah di sekolah," ucap Andra tidak enak hati.

"Iya gapapa nak Andra, yang penting kamu sama Kaira datang. Karena kita akan membahas hal penting tentang pernikahan kalian," ucap Fadil.

"Kita langsung ke intinya saja. Kami berempat, memutuskan untuk memajukan tanggal pernikahan kalian. Pernikahan kalian, akan dilaksanakan lusa," ucap Andi.

"Apa? Lusa? Kenapa tiba-tiba dimajukan. Kenapa kalian memberi tahu hal ini kepada kami secara mendadak?" tanya Kaira.

"Kaira, untuk apa memberi tahu kamu? Abi sudah tau, kamu pasti tidak akan setuju. Tapi, abi pikir kamu lebih baik segera menikah dengan Andra. Kami sudah mempersiapkan semuanya," ucap Fadil. Kaira hanya mengangguk lemah dan meneteskan air matanya.

Kaira menarik napas secara perlahan dan tersenyum kearah abi nya. "Iya abi, Kaira tau abi pasti mau yang terbaik untuk Kaira. Kalau memang menurut abi ini yang terbaik untuk Kaira. InsyaAllah Kaira bisa menerimanya," ucap Kaira dengan air mata yang masih saja menetes.

"Umi, tante Kaira izin ke toilet," ucap Kaira dan beranjak dari tempat nya.

Kaira menghidupkan kran air di wastafel dan membasuh wajahnya. Kaira mengelap nya dengan tisu dan membereskan hijabnya yang sedikit berantakan.

"Kaira, kamu pasti bisa ngelewatin ini semua. Kamu pasti kuat, kamu harus ikhlas dan sabar," ucap Kaira menyemangati dirinya sendiri.

Haii, apa kabar?
Maaf baru update, ada kendala di jaringan
Makasih buat yang masih mau nunggu cerita ini

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang