35.Rasa suka

74 5 0
                                    

Happy Reading🦄
Jangan lupa vote dan komen.
Tandai kalau typo
.
.
.
.
.
Andra berjalan mendekat ke arah Kaira yang sedang membersihkan jagung. Sedangkan Abian, ia menghampiri Tasya yang sedang menyiapkan sosis.

Gita hanya bisa mengangguk-angguk dan tersenyum getir saat melihat Abian mengobrol dengan Tasya. Seperti nya Abian saat senang ketika berinteraksi dengan Tasya.

"Pasti lo cemburu kan liat Abian berduaan sama Tasya?" Gita dibuat terkejut dengan suara orang yang ada di samping nya. Gita menatap tajam kepada Alvaro yang tiba-tiba ada di samping nya.

"Bisa nggak, gak usah ngagetin. Lagian siapa sih yang cemburu, gue biasa aja," elak Gita.

"Nggak cemburu? Buktinya lo kayak gimana gitu liat Abian berduaan sama Tasya. Dari raut wajah lo tadi, terus sama senyuman lo tadi. Udah jelas banget Git." Alvaro menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda Gita.

"Ih apaan sih lu, gak jelas banget. Gue itu biasa aja liat Abian sama Tasya. Malahan gue seneng liat Abian yang banyak ngoceh gitu, gak kayak biasanya," ucap Gita sambil mengaduk saos yang sudah ia buat.

"Di mulut doang bilang seneng, tapi aslinya mah sakit kan?" Gita menatap tajam ke arah Alvaro. Kalau Alvaro terus-terusan mengoceh, bisa bahaya.

"Lo mau diem, atau mulut lo gue kasih sambel," ucap Gita sambil melotot ke arah Alvaro. Alvaro terkekeh melihat ekspresi Gita. Ekspresi ketakutan dan menahan amarah menjadi satu.

"Al, sejak kapan ada disitu?" tanya Andra.

"Gak lama sih, tapi cukuplah buat liat raut wajah Gita yang.... "

"Wajah Gita yang manis dan cantik kan?" potong Gita sambil memberikan senyuman yang manis untuk Alvaro. Tidak lupa juga, kaki yang menginjak kaki Alvaro.

"Argghh, sakit bangsat. Lo itu berat kayak dosa lo," geram Alvaro sambil mendorong Gita pelan.

"Ouh maaf gue nggak sengaja. Alvaro, gimana kalau mendingan lo diem. Sebelum gue kasih sambel ini ke mulut lo." Gita menatap Alvaro tajam dengan tangan yang sudah memegang sendok yang berisi sambal.

"Eh, anu. Y-yang lain udah nunggu di depan. Peralatan nya udah siap." Setelah mengatakan itu, Alvaro segera pergi keluar. Daripada harus berhadapan dengan Gita. Lebih baik ia bergabung dengan yang lain di depan.

"Alvaro kenapa sih, aneh banget." Abian menggelengkan-geleng kan kepalanya melihat tingkah Alvaro.

"Biasa, obatnya belum diminum. Mendingan kita ke depan, gabung sama yang lain," ucap Gita. Mereka berlima langsung membawa bahan-bahan yang sudah mereka siapkan untuk barbeque nanti.

"Halo bu bos, pak bos. Udah lama kita nggak ketemu. Kangen nggak sama Bani yang ganteng ini?" ucap Bani percaya diri.

"Maaf gak sama sekali." Andra langsung menarik Kaira untuk menaruh jagung di meja.

"Sudahlah, memang bos tak pernah respect kepada saya," ucap Bani sambil mengelus-elus dada.

"Mendingan kamu cepat bakar sosis sama jagungnya. Sambalnya udah disiapin sama Gita." Bani mengangguk dan memulai membakar jagung dan sosis yang sudah disiapkan.

Kaira menghampiri Gita yang duduk di kursi yang sedikit jauh dengan mereka. Kaira rasa, ia harus banyak bicara dengan Gita. Mereka berdua yang sudah lama tidak bertemu, dan tadi mereka juga tidak sempat mengobrol karena menyiapkan bahan untuk barbeque.

"Kenapa gak gabung sama yang lain?" tanya Kaira sambil duduk di sebelah Gita.

"Gapapa, biar itu urusan mereka aja. Kita kan udah nyiapin bahan-bahan nya," jawab Gita tanpa mengalihkan pandangannya dari seseorang yang jauh ada di depan nya.

"Lagi liatin siapa sih?" Kaira melihat kearah topik yang dipandangi oleh Gita mulai tadi.

"Ouh lagi liatin Abian," ucap Kaira sambil melihat Abian yang sedang mengoleskan mentega ke jagung bersama Tasya di samping nya

"Abian orang nya baik banget ya. Perhatian, dia juga peka terhadap sesama. Orang nya ramah juga. Pokoknya baik banget." Kaira melirik ke arah Gita yang tersenyum hambar dan sambil menggigit bibir bawahnya.

"Sejak kapan Git?" Gita mengernyitkan alisnya karena tidak mengerti dengan perkataan Kaira.

"Maksudnya? Sejak kapan apanya sih ra?" Gita terkekeh dan membenarkan posisi duduk nya.

"Sejak kapan suka sama Abian? Udah lama ya? Kok nggak cerita sama aku."

"Kaira, apa sih maksud lo. Suka? Gue suka sama Abian? Y-ya nggak mungkin lah. Gue sama Abian cuman temen," jawab Gita mantap.

"Yakin? Kamu nggak usah bohong sama aku. Aku lihat dari raut wajah kamu, kalau kamu itu cemburu liat Abian sama Tasya."

"Abian itu orang nya baik, siapa sih yang gak suka sama dia. Udah baik, ganteng, perhatian, peka banget lagi. Semua orang pasti suka dan nyaman kalau bareng dia. Liat aja dari mukanya Tasya," ujar Gita sambil menunjuk ke arah Tasya.

"Yang sabar ya Git, jangan murung kayak gini. Kita kan gak tau gimana perasaan Abian sama Tasya. Kita juga nggak tau perasaan Abian sama kamu. Siapa tau Abian sukanya sama kamu bukan Tasya. Positif thinking aja," ucap Kaira memberi semangat kepada sahabat baiknya itu.

"Daripada kamu murung di sini, daripada kamu sendiri di sini. Mendingan kita gabung sama yang lain." Kaira menarik tangan Gita dan merangkul nya.

"Gita, sini kita bakar jagung sama-sama," ajak Tasya.

"Hmm nanti aja, gue masih mau ke Bani sama Danis." Gita pergi dan menghampiri Bani dan Danis yang sedang berkutik dengan alat-alat panggang di depan nya.

"Kenapa Git? Tumben lo mau bareng sama kita. Biasanya lo kayak yang musuhan sama kita," ucap Danis heran.

"Kenapa? Gak boleh kalau gue mau bantu kalian?" tanya Gita sengit.

"Bukan nggak boleh, tapi aneh aja sih. Kalau lo emang mau bantu kita, nih kipas jagung sama sosis," ucap Bani dengan tampang tengil nya.

"Ngelunjak ya kalian. Kalau gitu, mendingan gue sama Kaira aja. Kagak jadi gue yang mau bantu kalian. Bye." Gita pergi dan menghampiri Kaira yang sedang berada di dekat Andra.

"Gapapa kan kalau gue nyempil di sini? Malas gue yang mau gabung sama Bani dan Danis," ucap Gita kesal dan duduk di sebelah Kaira.

"Boleh, siapa juga yang nyuruh kamu gabung sama dua curut itu. Ouh ya, kamu mau sosis gak?" tawar Kaira kepada Gita.

"Boleh." Kaira berdiri dan mengambil dua sosis yang sudah dibakar oleh teman-teman nya. Kaira menyerahkan satu sosis yang ia pegang kepada Gita. Dan satu sosis lagi, masih dipegang oleh Kaira.

"Andra, sini aku suapin," ucap Kaira sambil menyodorkan sosis yang ia pegang kepada Andra.

"Kaira, Andra nggak suka sosis." Kaira langsung menarik kembali sosis itu, saat mendengar suara Tasya yang lumayan keras.

Semua orang langsung melihat ke arah Tasya. Tasya yang menjadi pusat perhatian, langsung menundukkan kepalanya. "Maaf, a-aku cuman ngasih tau aja. Soalnya Andra alergi sama sosis," ucap Tasya sambil menunduk.

Kaira langsung memberikan sosis yang ia pegang tadi kepada Gita. Kaira merasa tidak enak kepada Andra. Bagaimana bisa, Kaira yang sudah beberapa bulan menjadi istri Andra. Belum tau sepenuhnya tentang suaminya.

"Maaf Andra, aku nggak tau," ucap Kaira sambil menunduk dan tangan yang memainkan ujung hijab nya.

"Hei gapapa, angkat dong pandangannya. Jangan nunduk." Andra memegang kedua pipi Kaira dan menyuruh Kaira untuk mengangkat pandangannya.

"Kenapa nunduk? Kamu ngerasa bersalah?" Kaira mengangguk lemah.

"Kenapa harus ngerasa bersalah, ini juga salah aku karena nggak cerita tentang aku ke kamu. Jadi, biasa aja ya, jangan merasa bersalah gini." Andra menarik Kaira agar menyender kepada nya.

"Haduh mak. Mulai kan, seharusnya gue nggak usah ngadep ke mereka, kalau ujung-ujungnya malah gini," gerutu Bani dan semuanya langsung terkekeh.

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang