22.Pingsan

164 4 1
                                    

Happy Reading🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo
.
.
.
.
.
.
.
Jam istirahat sudah berbunyi. Semua murid berbondong-bondong untuk menuju kantin dan memberi makan cacing diperut mereka. Begitupun juga dengan Andra dan teman-temannya. Tapi tidak dengan Kaira dan Gita. Kedua perempuan itu memilih untuk diam dikelas.

"Kaira, lo beneran nggak lapar?" tanya Gita saat melihat muka pucat Kaira. Dan Kaira hanya menggeleng.

"Gue panggil Andra aja ya Ra?" tawar Gita dan Kaira hanya menggeleng lagi.

Gita menarik napasnya panjang dan menyenderkan badannya pada kursi yang ditempatinya. Kaira mengambil ponsel di dalam sakunya dan menelpon uminya

"Assalamu'alaikum mi, Kaira kangen." Kaira langsung membuka suara saat panggilan itu terhubung.

Gita kembali menegakkan tubuhnya dan menatap iba ke arah Kaira.

"Wa'alaikumussalam anak umi. Umi di sini juga kangen sama kamu. Bagaimana kabar kamu sama Andra?"

"Kabar aku sama Andra baik mi. Gimana kabar umi sama abi?"

"Alhamdulillah, umi sama abi juga baik. Kak, umi yakin kakak telpon bukan cuman karena kangen. Ada apa kak cerita sama umi," suara uminya itu sungguh halus dan penuh kasih sayang. Kaira yang mendengar suara uminya langsung merasa tenang.

"Kaira, aku ke kantin dulu ya buat beli air," bisik Gita dan diangguki oleh Kaira. Gita pikir, lebih baik ia tidak mendengar kan pembicaraan antara anak dan ibu itu.

"Ada apa sayang? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Anita.

Kaira menarik napasnya panjang. Didalam kelas sangat sepi, jadi ia bisa menceritakan semuanya kepada uminya. "Umi, umi masih ingat sama Faris? D-dia datang lagi mi,"

Diseberang sana, Anita menutup mulutnya tidak percaya. Anita tau, keadaan putri nya saat ini sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa bisa kak? Kamu ketemu di mana sama dia? Kenapa dia bisa datang lagi,"

"Umi, ternyata Faris sepupunya Andra."

"Apa? Kakak lagi nggak bercanda kan? Andra sudah tau sama semua ini kak?"

"Iya mi, Andra sudah tau. Andra juga udah beri pelajaran sama Faris," ucap Kaira dengan helaan panjang.

"Umi boleh bicara sama Andra? Sekarang Andra dimana Kak?"

"Andra lagi ada di kantin mi. Nanti kalau emang umi mau bicara, sepulang sekolah nanti Kaira telpon lagi."

***
"Andra udah, sadar kalau kita masih disekolah." Abian dan Alvaro mati-matian untuk menahan Andra yang mulai tadi memukul Fiki. Andra benar-benar menepati ucapan nya untuk memberikan hadiah kepada laki-laki itu.

Tadi waktu di kantin, saat Andra melihat Fiki. Andra langsung menarik laki-laki itu sampai menuju ke halaman belakang. Karena tarikan Andra yang tidak main-main. Baju Fiki sampai robek atas ulah Andra. Fiki sudah melawan, tapi perlawanan Fiki bukanlah apa-apa bagi Andra.

"Lawan dong, tadi katanya nggak takut sama gue," ucap Andra menantang. Fiki tidak melawan, dia memegang perutnya yang tampak sakit atas tendangan Andra.

Fiki pun sampai batuk darah akibat pukulan dan tendangan Andra.

"Andra udah. Bisa mati anak orang." Faisal, Bani dan Danis sekarang ikut melerai Andra juga saat melihat kondisi Fiki.

Huk huk huk

"Andra, ampun. Gue tadi cuman bercanda," ucap Fiki sambil terbatuk-batuk.

Andra melepaskan kerah baju Fiki dan menghempaskan nya ke tanah. Andra tertawa renyah dan membersihkan tangannya seolah ia habis memegang debu.

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang