8.Perjodohan?

186 21 5
                                    

Happy Reading 🦄
Jangan lupa vote dan komen
.
.
.
.
.
.
.
"Apa? Dijodohkan?" ucap Andra dan Kaira bersamaan.

Andi dan Fadil saling berpandangan dan mengangguk lemah."Iya, abi sama pak Fadil berencana untuk menjodohkan kalian,"ucap Fadil.

"Abi lagi nggak bercanda kan? Ini semua bohong kan?" tanya Kaira memastikan. Fadil menggeleng lemah dan menatap putri nya. "Abi sudah yakin dengan keputusan abi, abi dan pak Andi akan segera memperlangsung kan pernikahan kalian."

"Abi nggak boleh gitu dong, abi belum ngasih tau kenapa alasannya, abi belum terlalu kenal sama keluarga pak Fadil. Abi mau jodohin anak abi sama orang asing?"

"Maaf Pak Andi jika ucapan saya membuat sakit hati bapak dan keluarga. Tapi, saya juga berhak mengucapkan ini semua dan menanyakan nya kepada ayah saya," ucap Kaira.

"Iya Kaira, gapapa. Saya bisa ngertiin posisi kamu kok. Ini mungkin terlalu mengejutkan untuk kamu, biar saya jelaskan semuanya ya," ucap Andi dan di angguki oleh Kaira.

"Saya dan pak Fadil sudah merencanakan ini semua dari dulu. Kita merencanakan ini dari kalian masih ada di Surabaya," ucap Andi.

"Apa? Dari dulu?" tanya Andra.

"Iya, kami dulu sempat berteman sebagai rekan bisnis.Kita saling mengobrol, dan kita berencana untuk menjodohkan anak-anak kita. Kita merencanakan ini, sebelum papa mempunyai perusahaan sendiri. Papa mendapatkan bantuan dan motifasi dari Pak Fadil. Siapa sangka, dengan waktu singkat kita bisa jadi sahabat,"jelas Andi.

"Jadi papa sudah ingin menjodohkan ku dari dulu," gumam Andra.

"Tapi apa hubungannya dengan semua ini? Ini semuanya gada hubungan nya sama perjodohan. Kalian bisa melanjutkan persahabatan kalian tanpa menjodohkan kita kan?" ucap Kaira dengan tangan gemetar.

"Kakak, kakak nggak boleh ngomong gitu. Abi pasti tau apa yang terbaik buat kamu,"ucap Anita.

"Kaira, abi cuman nggak mau kejadian di masa lalu terjadi lagi. Kamu memang masih SMA, tapi abi pikir kamu membutuhkan orang yang bisa menjaga kamu. Abi juga pikir, kamu lebih baik cepat mempunyai pasangan. Lagian, kamu sama Andra cocok kok,"ucap Fadil sambil melirik Andra.

Kaira hanya terdiam dan melihat kearah Andra, dan memberikan tatapan tak suka kepada Andra. "Maaf, apakah saya boleh mengobrol sebentar dengan Kaira?" tanya Andra.

Kaira melotot kan matanya dan melirik kearah Fadil sambil menggeleng kan kepala nya. "Silahkan, tapi saya harus masih melihat kalian. Kalian tidak boleh mengobrol diluar halaman rumah ini," ucap Fadil dan di angguki oleh Andra. Andra mengajak Kaira untuk mengobrol di taman dekat rumahnya.

Kaira hanya tersenyum dan menghirup udara secara perlahan. Kaira mengikuti Andra dari belakang dengan langkah malas."Apa lagi ini Ya Allah, kenapa saya harus bertemu dengan cowok ini?"gumam Kaira.

Andra duduk di bangku yang berada di taman samping rumah Kaira. "Sini duduk," ucap Andra sambil menepuk bangku itu.

"Nggak, kamu aja yang duduk. Cepetan kamu mau ngomong apa," ucap Kaira.

Andra berdiri dari duduknya dan menyuruh Kaira untuk duduk. "Kamu aja yang duduk, biar aku yang berdiri. Aku tahu kamu nggak mau duduk di samping aku," ucap Andra.

"Aku nggak mau duduk sama kamu, karena kita bukan mahram. Kalau bukan mahram, kita nggak boleh berdekatan," ucap Kaira dan di angguki oleh Andra.

"Kenapa kamu nggak nolak perjodohan itu?" ucap Kaira.

"Nolak? Percuma aku nolak, kita pasti akan tetap dijodohkan. Semua nya udah jelas tadi didalam. Semoga kamu bisa menerima perjodohan ini. Aku juga sebenarnya nggak mau dijodohkan, tapi kalau calon nya kamu. Bisa dibicarakan." Kaira melotot kan matanya dan memukul bahu Andra.

"Aww, apa-apaan sih. Kamu pasti juga mau kan dijodohkan sama aku? Yakali kamu nggak mau dijodohkan sama orang yang kamu suka dari dulu," ucap Andra.

"Ha? Maksud kamu?"

"Masih ingat sama Andra di masa lalu kamu? Andra di dunia virtual kamu?" tanya Andra. Kaira langsung memalingkan wajahnya dan menepuk jidatnya.

"M-maksud kamu?Apa kamu masih ingat tentang kejadian di masa-masa itu?" tanya Kaira.

"Sudahlah lupakan itu, mulai tadi abi mu memperhatikan kita. Kalau kita lama-lama mengobrol, bisa-bisa abi mu mempercepat pertunangan ini." Andra pergi dari sana dan tersenyum tipis.

"Apa-apaan ini, sungguh ini hal yang tidak pernah aku sangka. Kenapa aku harus berasa di situasi ini," ucap Kaira sambil memegang kepala nya yang berbalut hijab.

***
Sekarang sudah waktunya makan malam. Kaira dan keluarga nya sedang berkumpul untuk makan malam. Makan malam berjalan dengan hening, beberapa menit kemudian semuanya sudah selesai makan dan berkumpul di ruang keluarga.

"Umi, kakak abi mau ngasih tau kapan acara pernikahan kakak." Kaira hanya mengangguk lemah dan menyenderkan tubuhnya pada sofa.

"Pernikahan kakak akan dilaksanakan satu minggu lagi. Tenang aja kak, teman-teman kakak gada yang tau. Karena Andra minta yang diundang ke pernikahannya hanya teman-teman terdekat kamu sama Andra,"ucap Fadil.

Kaira hanya mengangguk lemah dan tersenyum tipis. Anita memegang pundak Kaira dan mengelus nya pelan. "Umi yakin kamu bisa menerima nya dan bisa menghadapi semua ini," ucap Anita dan mendapatkan senyuman dari Kaira.

"Umi, abi gada lagi kan yang mau dibicarakan? Kalau gada kakak pamit ke kamar duluan," ucap Kaira dan di angguki oleh Fadil.

Kaira berjalan kearah kamarnya dengan langkah malas. Anita yang melihat Kaira merasa iba terhadap anaknya itu."Abi, abi kenapa kok tiba-tiba pengen nge-jodohin Kaira?"tanya Anita.

"Umi, percaya ke abi semua nya itu demi kebaikan Kaira. Abi sudah kenal kok sama keluarga Andra, kalau keluarga nya baik anaknya juga pasti baik kan?" Anita hanya mengangguk dan menggigit bibir bawahnya.

Kaira merebahkan tubuhnya di keranjang king sizenya. Dan membuka ponsel nya. Kaira membuka pesan yang sudah lama di handphone nya dan membaca pesan-pesan lama itu.

"Jujur aku emang masih menyukaimu, tapi aku juga tidak mau jika harus menikah dengan mu di masa remaja ku," monolog Kaira.

Kaira memikirkan disaat dia masih jaman SMP di jaman cinta monyet. Sungguh Kaira malu jika mengingat nya. Apalagi saat dia ingat dia pernah mencintai Andra di dunia virtual. Sungguh dia saat malu ketika bertemu dengan Andra.

"Aaaa, aku harus apa! Aku harus bahagia atau sedih?" Kaira tidak ingin terlalu membuat pusing masalah ini. Lebih baik ia tidur saja daripada memikirkan masalah ini.

***
Pagi-pagi sekali Andra sudah berada di depan rumah Kaira. Dengan menggunakan mobil berwarna hitam. Andra tidak ada niatan untuk memencet bel atau apa. Ia memilih menunggu Kaira keluar. Saat Kaira keluar rumah, ia dibuat terkejut oleh Andra yang sedang menunggu nya.

"Siap untuk berangkat bareng, Kaira?" ucap Andra sambil tersenyum.

Kaira mengernyitkan alisnya dan membenarkan hijabnya. "Ha? Berangkat bareng? Nggak, lebih baik aku minta antar kepada pak Somat," tolak Kaira dan pergi untuk memanggil pak Somat.

"Pak, sekarang bapak gada kegiatan kan?" tanya Kaira.

"Gada kak, sekarang tugas pak Somat cuman jaga gerbang," jawab Pak Somat.

"Bagus kalau gitu pak, pak tolong anterin Kaira sekolah ya," ucap Kaira.

"Tapi kak, temen kakak udah mulai tadi nungguin kakak. Kasian kak kalau dibiarin gitu aja," ucap Pak Somat. Seluruh seisi rumah memang sering memanggil Kaira dengan sebutan kakak. Pembantu atau supir sekaligus.

"Gapapa pak, dia kan juga pakek mobil sendiri. Jadi nggak masalah kan?"ucap Kaira dan masuk kedalam mobil milik keluarga nya.

Pak Somat hanya mengangguk dan tersenyum kearah Andra yang sedang menatapnya. Andra membalas senyuman tersebut dan memberi jalan untuk mobil yang dipakai Kaira.

Mobil Kaira keluar dari halaman rumah dan meninggalkan Andra yang masih berdiri didepan mobilnya. "Apa ini balasan kamu dulu ra? Apa ini yang kamu rasakan ketika aku dulu tidak pernah menggubris mu?"


Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang