53. Bubar

187 4 0
                                    

Happy Reading 🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo
.
.
.
.
.
.
.
3 hari berlalu

Dengan satu tangkai bunga mawar berwarna merah, dengan stelan baju berwarna hitam. Andra berjalan menuju pemakaman Kaira. Andra duduk di samping pemakaian Kaira, dan meletakkan satu tangkai bunga itu. Andra membersihkan daun-daun yang ada di dekat makam Kaira.

"Assalamu'alaikum kekasihnya Andra." Hening, tidak ada sahutan. Tapi Andra menerima itu, karena tidak mungkin ada sahutan.

Andra membuka buku berwarna hitam yang tadi ia bawa, ia meletakkannya di pangkuan nya. Andra mulai membaca satu per satu kata yang tertulis di sana.

Teruntuk Kekasihnya Gadis Makaira Indica.

Hai Diandra Mahardika. Aku tak tahu kapan kamu akan baca buku ini. Tapi yang pasti, kamu akan baca buku ini saat aku sudah tidak ada di samping kamu. Nggak usah kaget, karena terus berjalan nya waktu. Aku tidak akan selalu ada disamping mu.
Aku cuman mau bilang. Terimakasih ke kamu, terimakasih karena udah cinta sama aku. Terimakasih karena sudah sayang sama aku, terimakasih untuk ketulusan kamu. Terimakasih untuk perjuangan kamu selama ini, perjuangan kamu untuk menemukan ku lagi. Aku merasa istimewa karena dicintai oleh laki-laki seperti kamu. Aku berharap kamu adalah cinta terakhir. Begitupun sebaliknya.
Andra kamu tau nggak, betapa bahagianya aku saat kamu jadi imam aku. Selama kita nikah sampai sekarang. Kamu hanya 2 kali jadi imam aku. Karena kamu nggak mau, entah itu karena alasan belum siap ataupun takut salah. Tapi gapapa, aku tetap bersyukur.
Jika aku harus natu sekarang, aku ikhlas. Setidaknya sebelum aku tiada. Kamu jadi imam aku. Aku tidak akan merasa sedih atau takut, karena takdir kematian itu pasti ada. Dan kita tidak akan bisa mengubahnya. Kalau nanti aku terlebih dahulu aku yang pergi, aku mohon. Kamu jangan larut dalam kesedihan. Maafkan aku kalau aku belum jadi yang terbaik buat kamu.
Lupakan aku dalam pikiran kamu, tapi tolong jangan dihati kamu.

Andra menghapus air matanya yang mengalir tanpa permisi. Ia menutup kembali buku itu dan meletakkannya disampingnya. Andra mengelus batu nisan Kaira dengan pelan.

"Kaira, apa ini hukuman buat aku? Apa ini hukuman karena dulu aku menyia-nyiakan wanita tulus seperti mu? Sehingga Tuhan hanya memberi waktu sebentar untuk bersamamu,"

"Kalau memang iya, aku mohon Tuhan. Jangan hukum aku seberat ini. Aku belum tentu sanggup untuk menjalani nya. Aku tidak sekuat itu Tuhan." Andra tertunduk lemas dengan air mata yang tidak bisa berhenti. Kenapa semuanya harus berakhir seperti ini?

"Kaira kenapa harus kamu ra? Kenapa nggak aku aja ra? Kenapa harus orang sebaik kamu? Apa mungkin Tuhan sudah merindukanmu, sehingga ia mengambilmu secepat ini."

Andra tertawa sumbang sambil menghapus air matanya kasar. Ia mengambil handphone lamanya dan memencet aplikasi berwarna hijau itu , ia membuka pesan lamanya bersama Kaira.

"Ra ayo bangun ra, aku mau balas perasaan, ketulusan kamu lebih lama dan lebih dalam lagi. Biar kamu nggak perlu sedih saat aku cuek ke kamu. Aku mau balas pesan-pesan kamu ini dengan lebih tulus. Aku mau menyukai kamu lebih daripada kamu menyukai aku ra." Andra menunjukkan room chat nya dulu bersama Kaira ke batu nisan didepannya.

"Ra.... Aku masih belum bisa ikhlas ra. Kenapa? Kenapa harus secepat ini." Lagi dan lagi, Andra tertunduk dengan air mata yang mengalir. Dadanya terasa sesak, untuk bernapas saja rasanya sangat sulit.

Lama Andra diam sambil tertunduk, ia mendongakkan kepalanya dan menarik napas panjang.

"Seharusnya aku yang berterimakasih ra, bukan kamu. Seharusnya aku yang meminta maaf bukan kamu. Perbuatan ku itu, belum cukup buat balas kesetiaan kamu ra."

"Terimakasih ra, terimakasih atas semuanya. Terimakasih untuk pengorbanan mu itu ra. Seharusnya aku yang ada disana sekarang, bukan kamu. Terimakasih dan maaf untuk semua nya. Kaira."

"Semoga kau bisa tenang di alam sana, aku akan mencoba untuk mengikhlaskan mu. Sampai jumpa di dunia selanjutnya, kekasihku."

Andra mengecup lama batu nisan Kaira, mengelus dan memeluknya. Andra menaruh kembali handphone nya ke dalam sakunya. Dan tidak lupa dengan buku berwarna hitam milik Kaira.

Andra berjalan untuk keluar dari daerah pemakaman. Setelah dari sini, ia ingin bertemu dengan teman-teman nya. Jadi Andra mengendarai mobilnya menuju ke markas Griffinzer.

Beberapa menit kemudian. Andra sampai di sana, dan semua anggota sudah ada di sana. Bukan hanya anggota yang ada diJakarta, tapi semua wilayah. Andra sudah menyuruh Abian untuk memanggil semua anggota nya.

"Selamat siang semuanya." Andra berada di depan semua anggota nya. Dan anggota nya berbaris dengan rapi di depan Andra. Mungkin sekitar ada dua ratus lima puluh orang, atau bahkan lebih.

"Berdirinya saya disini, untuk memberikan informasi penting. Dan informasi yang akan saya sampaikan saat ini, sudah saya pikirkan matang-matang. Semoga kalian bisa menerima nya dengan baik, dan bisa mengikhlaskannya nanti. Keputusan yang saya pilih ini, saya rasa adalah keputusan yang sangat baik untuk semuanya. Semoga kalian juga akan mengerti dengan keputusan yang saya pilih ini." Semuanya langsung menunduk, semoga yang mereka fikirkan tidak akan terjadi.

"SAYA DIANDRA MAHARDIKA, MENYATAKAN. BAHWA PADA SAAT INI DAN DETIK INI. GRIFFINZER DINYATAKAN BUBAR! SAYA MENGATAKAN INI DENGAN KESADARAN PENUH DAN TIDAK ADA PAKSAKAN DARI MANA PUN." Andra mengatakan hal menyakitkan itu dengan begitu tegas. Semua anggota yang ada di depannya langsung terduduk lemas dengan air mata yang sudah membendung. Bubar? Itu adalah kata-kata yang tidak pernah mereka bayangkan.

Andra menghela napas panjang dan menundukan pandangan nya. Ia menghapus air mata yang mengalir. Ini sudah cukup, ini adalah pilihan yang terbaik. Dia tidak mau ada korban lagi karena masalah geng ini. Jadi mungkin ini adalah hal yang terbaik.

Andra memberikan senyuman tipis kepada anggotanya dan mengangkat tangannya bahwa tanda semuanya akan baik-baik saja.

"Terimakasih untuk semuanya, dan maaf kalau selama saya jadi pemimpin. Saya melakukan banyak kesalahan. See you next time geng."

Andra berjalan dengan gagah membelah barisan itu. Ia berjalan menuju ke arah mobilnya. Ia memakai kacamata nya dan membawa mobilnya keluar dari halaman markasnya.

Semuanya sudah selesai. Semuanya akan berjalan lebih baik daripada sebelumnya. Andra sangat percaya akan hal itu.

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang