39.Cerai

122 5 0
                                    

Happy Reading 🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo
.
.
.
.
.
.
Sesampainya di rumah, Andra dan Kaira langsung membersihkan diri mereka masing-masing. Karena waktu maghrib sudah hampir. Jadi mereka sekaligus bersiap untuk shalat maghrib.

"Andra, nanti kamu shalat di rumah apa di mushala?" tanya Kaira sambil mengambil makanan untuk Andra. Sekarang mereka berdua berada di meja makan. Mulai dari tadi pagi mereka belum sempat makan.

"Kayaknya di mushala. Kamu gapapa kan shalat sendiri di rumah?" Kaira mengangguk sebagai jawaban.

Mereka berdua langsung memakan makanannya dengan tenang. Hanya ada suara dentuman antara sendok dengan piring.

Mereka sudah selesai makan dan langsung meneguk air putih yabg ada di samping mereka. "Kamu ke atas dulu. Siap-siap buat ke mushala. Aku masih mau beresin ini dulu," ucap Kaira sambil membereskan piring-piring yang sudah kotor.

Andra langsung beranjak dari tempat nya dan bersiap untuk pergi ke mushala. Sedangkan Kaira, ia langsung ke dapur untuk mencuci piring-piring kotor itu. Memang dia sudah mempunyai pembantu, tapi tidak enak juga kan kalau hal sepele seperti ini harus mengandalkan pembantu.

"Biar bibi aja yang nyuci non," pinta Bi Miftah sambil mendekat kearah Kaira.

"Gapapa bi, biar Kaira aja. Lagian ini cuman berapa, gak banyak kok. Ouh ya bi, jangan panggil aku Nona atau nyonya ya. Panggil aku kakak aja," ucap Kaira dibalas anggukan dan senyuman dari Bi Miftah.

"Iya kak. Kalau gitu Bi Miftah mau kebelakang dulu. Mau lanjut nyuci," pamit Bi Miftah. Kaira hanya mengangguk dan membilas piring yang sudah ia cuci.

Setelah selesai dengan urusan dapur, Kaira keatas untuk melihat Andra. Apakah laki-laki itu udah siap apa belum. "Andra, kamu udah siap-siap nya?" tanya Kaira sambil membuka pintu kamar.

"Udah, ini juga udah mau berangkat. Kamu juga siap-siap ya, adzan maghrib udah berkumandang," ucap Andra mengingatkan.

"Hmm, sana berangkat. Biar dapat posisi paling depan." Andra tersenyum dan segera keluar untuk berangkat ke mushala.

Andra merasa beruntung bisa menjadi suami Kaira. Wanita itu membawa banyak perubahan bagi dirinya. Dulu Andra yang sangat malas untuk shalat, sekarang ia sudah mulai rajin untuk menjalani kewajiban nya. Dulu Andra yang tidak bisa mengaji, sekarang ia sudah hafal surat-surat pendek. Sungguh Kaira adalah wanita yang sempurna di mata Andra. Ia sangat-sangat bersyukur mempunyai istri seperti nya.

Kaira menuju ke kamar mandi untuk berwudhu. Setelah mengambil wudhu, ia segera menggunakan mukenah nya karena adzan sudah berkumandang.

Tidak sampai dua puluh menit, Kaira sudah melaksanakan shalat. Tadi juga ia sempat kan untuk mengaji walaupun hanya sebentar. Yang terpenting dalam satu hari ia harus membuka Al-Quran dan membacanya walaupun hanya sebentar.

Kaira membuka mukenah nya dan turun ke bawah untuk bersantai sekaligus menonton TV. Rumah tampak sepi, mungkin Bi Miftah sudah tidur.

Tok tok tok

Baru Kaira hendak duduk, tapi niatnya tertunda karena ada seseorang yang mengetuk pintu. Kaira meletakkan kembali remot yang tadi ia pegang dan ia segera kedepan untuk membuka pintu.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam," jawab Kaira sambil membuka pintu.

"Abian. Masuk Bi," ajak Kaira sambil membuka lebar pintu rumahnya.

"Hmm, kayaknya enakan diluar aja ra. Gapapa kan kita ngobrol di depan aja?

"I-iya gapapa. Silahkan duduk." Mereka berdua duduk di meja kecil yang ada di teras. Dengan jarak yang lumayan jauh.

"Andra kemana ra? Kayaknya aku nggak liat Andra di dalam?" tanya Abian sambil melihat ke sekitar rumah. Siapa tau Andra sedang simulasi menjadi pesulap.

"Andra lagi ada di mushala, mungkin nanti setelah isya dia pulang. Tadi dia bilang mau nunggu shalat isya di mushala aja," terang Kaira, dan Abian hanya mangut-mangut saja.

"Mau minum bi?" tawar Kaira dan mendapat gelengan dari Abian.

"Kamu kenapa ke sini? Ada kepentingan?"

"Ouh ya, aku kesini mau ambil barang aku yang ketinggalan. Boleh aku ke dalam buat ngambil?" izin Abian.

"Boleh-boleh, silahkan. Nanti aku mau nanyain sesuatu juga ke kamu. Boleh kan?" Abian mengangguk ragu dan masuk kedalam rumah untuk mengambil barang nya yang ketinggalan.

Setelah mengambil barang nya yang ketinggalan. Abian kembali ke depan untuk menemui Kaira.

"Ada apa ra?" tanya Abian.

"Hmm, aku boleh nanya tentang Tasya nggak?"

"Kenapa sama Tasya? Dia gangguin rumah tangga kamu?" tanya Abian memastikan.

"E-engga, dia nggak ngelakuin apa-apa. Tapi aku heran aja sama sifat dia. Kemarin, umi kan telpon aku. Terus Tasya ada di dekat aku. Dia kayak excited banget waktu ngobrol sama umi. Maaf nih... Dia kayak yang nggak pernah dekat sama orang tua nya. Kayak yang kurang atau jauh sama orang tuanya.Kamu ngerti kan maksud aku?" ucap Kaira menjelaskan maksudnya kepada Abian. Ia takut Abian salah menanggapi ucapannya.

"Oke, aku ngerti maksud kamu gimana. Kedua orang tua Tasya udah cerai. Waktu mereka pindah ke Eropa, keluarga mereka udah nggak akur. Orang tua Kaira cerai waktu dia masih kelas tiga SMP. Tasya dari kelas tiga, udah tinggal sama kakek neneknya sampai dia lulus kuliah," jelas Abian. Kaira terkejut mendengar penjelasan Zaki. Jadi... Orang tua Kaira sudah bercerai?

"Kakek neneknya Tasya sekarang kemana?" tanya Kaira.

"Kakek sama neneknya udah meninggal. Karena Kaira udah nggak punya siapa-siapa lagi di sana, jadi ia milih pindah ke sini," jawab Abian.

"Kasian juga Tasya. Hidup dia sebatang kara. Untung nya dia punya teman kayak kamu yang perhatian banget sama dia," ujar Kaira.

"Seharusnya aku yang beruntung punya teman kayak dia. Tasya itu orang nya baik banget. Perhatian juga ke sesama. Dia orang terbaik dalam hidup aku. Dari aku kecil, dia yang selalu nolongin aku kalau aku kesusahan. Jadi sekarang giliran aku buat balas kebaikan dia," kata Abian dengan sorotan sendu.

"Andra tau tentang keluarga Tasya?" Abian menggeleng kuat sebagai jawaban.

"Tasya nggak pernah cerita masalah keluarga nya ke Andra semenjak dia pindah ke Eropa. Dia sama Andra udah nggak seakrab dulu. Dulu Andra sama Tasya udah kayak adik kakak, sedangkan aku udah kayak saudara tiri mereka," ucap Abian. Ia tampak begitu semangat dan juga ada rasa rindu yang tersorot di mata laki-laki itu.

"Aku juga nggak tau kenapa mereka jadi asing kayak sekarang. Tapi yang aku tahu, Andra yang membuat hubungan mereka asing. Jujur, aku juga rindu persahabatan kita yang kayak dulu," lanjut Abian.

"A-apa ini juga ada hubungan nya sama aku?" tanya Kaira. Ia takut persahabatan mereka hancur karena dia.

"Engga, ini gada hubungan nya sama sekali sama kamu. Mungkin karena lama nggak ketemu, mereka jadi asing. Jadi kamu jangan pernah mikir kalau kamu adalah penyebab mereka asing," terang Abian.

"Udah gada lagi kan yang mau ditanyakan? Kalau gada aku pamit,"

Kaira mengangguk dan mempersilahkan Abian untuk pulang. "Aku pulang dulu. Jangan kemana-mana sampai Andra pulang," peringat Abian dan pergi menuju motornya. Ia langsung menaiki motornya dan pergi dari pekarangan rumah Kaira.




Hai... Apa kabar?
Gimana sama part ini, semoga suka ya.

Maaf kalau banyak yang typo
Maaf juga kalau kurang seru part nya.

Sampai jumpa di part selanjutnya🦄

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang