36.Nggak ada hubungan

77 4 0
                                    

Happy Reading🦄
Jangan lupa vote dan komen
Tandai kalau typo
.
.
.
.
.
.
.
Mereka semua sekarang masih ada di rumah Andra. Mereka memilih untuk menginap di rumah Andra. Karena waktu yang sudah larut dan mereka juga yang masih ingin untuk berkumpul sambil menikmati jagung dan sosis yang sudah mereka bakar.

"Senangnya dalam hati, bisa menginap di sini," ucap Bani bernada.

"Kalau bukan karena Kaira, ogah gue nerima lo nginep di sini," ucap Andra sambil melirik ke arah Bani.

"Memang gak salah kita punya bu bos kayak Kaira. Udah cantik, solehah, baik lagi. Kenapa gak gue aja yang nikah sama dia ya," ujar Bani ngelantur. Andra langsung melempar satu jagung utuh yang ia pegang tadi ke arah Bani.

"Mau gue sobek mulut lo?" Andra menatap Bani dengan tatapan tajam. Bani langsung menutup mulutnya rapat-rapat dan menatap Andra takut.

"Mampus lo, udah tau bos galak," timpal Faisal.

"Tidak usah ikut campur wahai playbooy cap kadal. Alangkah baiknya jika anda mengangkat telpon dari pacar ke lima belas anda." Semua langsung tertawa melihat tingkah Bani yang sangat absurd.

Mereka semua bercanda dan tertawa bersama di halaman depan rumah Andra. Tidak semua, yang hanya berkumpul hanya dua curut, pasutri muda, playboy cap kadal dan juga Alvaro. Sedangkan Gita berada di teras bagian ujung, Abian yang berada di depan alat pemanggang. Dan Tasya yang berada di dekat garasi.

"Kenapa sendirian?" Gita memegang dadanya lantaran terkejut ketika ada seseorang di samping nya.

"Astaghfirullah kucing, bisa gak. Nggak usah ngagetin. Lo sama Alvaro sama aja, sama-sama tukang ngagetin. Kalau nanti gue jantungan gimana? Lo mau gue mati muda?" Abian terkekeh saat melihat Gita memarahinya seperti emak-emak komplek.

"Kenapa malah ketawa sih lo? Gue beneran, atau jangan-jangan lo emang mau gue mati muda?"

"G-gak, bukan gitu. Cerewet kamu lucu, kayak emak-emak." Gita hanya terkekeh mendengar jawaban Abian.

"Kamu sama Tasya hampir sama, sama-sama cerewet." Raut wajah Gita langsung kembali datar mendengar Abian menyebut nama wanita itu.

"Khmm, ngapain lo di sini?" tanya Gita sambil menatap Abian datar.

"Kenapa langsung berubah gitu raut wajahnya, hmm? Cemburu?" Rasanya Gita ingin mencakar wajah tampan laki-laki di samping nya ini. Apalagi saat Abian tersenyum menyebalkan kearah nya.

"Idih kepedean banget lo. Gue cemburu? Yakali kita aja gada hubungan apa-apa. Buat apa gue cemburu," jawab Gita malas.

"Eh sosis itu buat gue kan?" Abian mengangguk, Gita langsung mengambil sosis yang ada ditangan Abian. Dan langsung memakannya.

"Makasih kucing, sekarang lo bisa pergi dari sini. Udah gada hal yang mau dibicarakan kan?" tanya Gita dan di angguki oleh Abian.

"Gak mau ikut gabung juga sama yang lain?" tawar Abian kepada Gita sebelum ia pergi.

"Nanti aja, masih enakan di sini. Gue masih pengen liatin bulan," jawab Gita sambil melihat ke benda langit yang sangat indah malam ini.

Abian langsung beranjak dari tempat nya dan pergi untuk berkumpul dengan yang lain.

Gita memperhatikan Abian dari jauh dan tiba-tiba cairan bening jatuh begitu saja dari mata indah milik perempuan itu. Gita rasa, kejadian mulai tadi cukup membuat diri nya sakit.

Gita beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Kaira. "Ra, gue izin buat kedalam dulu ya. Gue mau cuci muka dulu," ucap Gita.

"Hmm, kamar kamu di bawah tangga ya. Nanti kamu tidur sama Tasya gapapa kan?" Gita mengangguk sebagai jawaban. Gita hendak pergi tapi Kaira menahan tangan nya.

"Kamu nangis Git?" tanya Kaira dan semua nya langsung memperhatikan Gita. Terutama Abian.

"Nggak, t-tadi cuman kelilipan aja. Kalau gitu gue ke dalam dulu ya." Kaira hanya mengangguk dan melepaskan Gita. Gita langsung berjalan cepat agar ia bisa sampai dikamar yang sudah disediakan oleh Kaira. Dan agar ia bisa segera menumpahkan air matanya.

Kaira melihat Tasya yang masih saja diam sendiri di bangku yang ada didepan garasi. Kaira beranjak dari tempat nya bermaksud untuk mengajak Tasya kumpul dengan yang lain.

"Andra, aku ke Tasya dulu ya." Andra hanya mengangguk sambil melirik kearah Tasya yang sepertinya sedang melamun.

"Kenapa gak gabung sama yang lain?"

"Eh Kaira. Gapapa, aku cuman pengen diem sendiri aja. Lagian yang mau gabung, aku nggak tau kalian bahas apa," jawab Tasya.

"Ouh ya ra, aku minta maaf atas kejadian tadi. Aku gada maksud apa-apa. Aku cuman kasian ke Andra kalau sampe alergi nya kumat."

"Iya gapapa, aku malahan berterimakasih ke kamu. Kalau kamu gak bilang, mungkin Andra sekarang gak bakal kumpul-kumpul sama temen nya," ucap Kaira.

"Hmm, jangan pernah anggap aku sebagai orang yang ingin ngehancurin rumah tangga kalian ya ra. Aku gak bakal ngerebut Andra dari kamu, karena aku tau. Gimana rasanya ketika keluarga sudah hancur." Kaira bingung, kenapa Tasya sampai membahas masalah ini sampai seperti ini? Apakah wanita ini sadar apa yang sedang ia katakan?

"M-maksud kamu? Aku gak pernah anggap kamu seperti itu. Karena aku tahu, kamu itu wanita yang baik," ujar Kaira sambil tersenyum manis ke arah Tasya.

Drtt drtt drtt

Kaira dan Tasya sama-sama mengecek handphone mereka. "Handphone aku," ucap Kaira sambil terkekeh.

"Assalamu'alaikum umi, ada apa? Tumben videocall," tanya Kaira.

"Waalaikumsalam. Gada apa-apa. Umi cuman kangen ke anak tersayang umi ini,"

"Baru tadi siang ketemu udah kangen aja," balas Kaira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hi tante." Kaira dibuat kaget saat tiba-tiba Tasya mendekat dan menyapa Anita.

"Kenalin aku Tasya, temennya Kaira," ucap Tasya sambil tersenyum lebar.

"Hi Tasya, nama tante Anita. Umi nya Kaira," balas Anita di sebrang sana.

"Kaira, boleh aku ngobrol sama ibu kamu?" Kaira mengangguk dan menyerahkan handphone nya kepada Tasya.

Kaira mengamati Tasya yang begitu bahagia saat berbincang dengan Anita. Tasya seperti orang yang sudah tidak pernah berbincang dengan seorang ibu saja. Hal itu membuat Kaira bingung.

"Waalaikumsalam tante. Semoga nanti bisa ketemu ya." Tasya mematikan sambungan telepon itu dan mengembalikan handphone milik Kaira.

"Kaira, ibu kamu asik juga ya. Baik banget lagi. Pasti kamu beruntung punya ibu kayak tante Anita." Kaira bingung harus menjawab apa. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Tingkah Kaira sungguh membuat Kaira bingung.

"Maaf karena aku bicara nya kelamaan sama tante Anita. Jadinya kamu gak bisa ngobrol sama tante Anita," ucap Tasya tak enak hati.

"Gapapa santai aja. Mulai tadi kayaknya kamu minta maaf terus. Kamu itu gada salah sama aku. Jadi gak usah minta maaf,"

"Mendingan kita kedalam aja. Gita udah mulai tadi masuk kedalam. Mungkin juga dia udah tidur. Yuk aku anter ke kamar, nanti kamu tidur sama Gita," ujar Kaira sambil menggandeng Tasya.

"Andra aku ke dalam dulu ya. Mau nganterin Tasya, terus aku juga udah mau tidur ngantuk," pamit Kaira saat melewati Andra.

"Hmm, malam sayang," ucap Andra dan dibalas senyuman oleh Kaira.

"Malam juga buat kamu Tasya." Tasya hanya mengangguk kaku, sudah lama Andra tidak berbicara dengan Tasya. Walaupun Andra hanya mengucapkan selamat malam. Tapi itu adalah hal yang menyenangkan bagi Tasya. Menyenangkan hanya sebatas seseorang yang sudah lama tidak berkomunikasi dengan sahabat nya. Tidak lebih.

Draka-EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang