~HAPPY READING~
Sudah kurang lebih satu jam Kiara berada di dalam ruangan Pak Taeha. Dia harus duduk di depan Pak Taeha sembari menghadap tumpukan kertas yang ada di depannya saat ini. Kiara sudah sangat dongkol dengan Pak Taeha. Bagaimana tidak, dosennya itu tidak mengizinkannya pergi dari sana sedari tadi. Bahkan dengan kejamnya Pak Taeha menyuruh Kiara untuk membantu memasukkan nilai adik tingkatnya juga.
Kiara sudah sangat lapar sedari tadi. Selain belum sarapan, Kiara juga teringat akan bakso 3 mangkok yang dia minta kepada Dira tadi. Membayangkannya saja sudah membuat air liur Kiara terasa akan menetes.
"Saya laper loh, pak. Belum makan dari tadi" kata Kiara.
Pak Taeha menatap Kiara datar "Terus? Kamu mau saya suapin?" Tanyanya.
"Ya enggak. Setidaknya tolong ijinin saya ke kantin sebentaaar aja. Biar saya beli makanan buat ganjel perut saya"
"Diem di sini! Selesaikan dulu tugas kamu, baru pergi" ujar Pak Taeha tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
Kiara hanya diam sembari menatap Pak Taeha lesu. Dalam hatinya dia sudah menyumpah serapahi dosen kejamnya itu. Entah dosa apa yang pernah Kiara perbuat, sehingga bisa mendapat dosen galak seperti Pak Taeha ini.
Dan tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari seseorang. Setelah Pak Taeha memberi instruksi untuk masuk, pintu itu langsung terbuka dan nampaklah seorang perempuan yang datang dengan membawa sebuah kantong di tangannya.
Perempuan itu tersenyum lalu berjalan ke arah Kiara dan Pak Taeha. Lebih tepatnya ke arah Pak Taeha. Karena dia seperti tidak menghiraukan keberadaan Kiara.
"Lagi ngapain, Dir?" Tanya perempuan itu setelah sampai tepat di sebelah Pak Taeha.
"Masukin nilainya anak-anak" jawab Pak Taeha tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Istirahat dulu. Ini aku bawain makanan buat kamu"
"Saya masih sibuk. Ayo, Kiara. Kenapa berhenti"
Kiara yang awalnya menatap dua orang di depannya bingung langsung tersadar kembali setelah mendengar suara berat Pak Taeha.
"Eh. Iya, pak. Ariana 8" ucap Kiara membaca deretan angka yang ada dihadapannya.
"Kamu kalo nggak ada urusan, silahkan pergi dari sini. Karena saya masih sibuk" ujar Pak Taeha sambil mengetik apa yang Kiara ucapkan.
Perempuan itu membelalakkan matanya "Kamu ngusir aku?" Tanyanya.
"Saya bukan ngusir. Saya masih sibuk dan nggak mau di ganggu"
"Kamu ngusir aku biar bisa berduaan sama dia, kan?" Ujar perempuan itu sambil menatap Kiara sinis.
Kiara langsung melebarkan matanya. Padahal dia hanya diam sedari tadi, tapi kenapa bisa tiba-tiba di seret ke dalam masalah mereka berdua.
Pak Taeha mengalihkan pandangannya dari laptop kemudian menatap perempuan di sampingnya tajam "Kamu nggak usah bawa-bawa dia. Dia nggak ada hubungannya sama saya dan kamu" kata Pak Taeha.
"Kamu kenapa bisa berubah kaya gini sih, Dir?"
"Tidak ada yang berubah dalam diri saya. Kalo kamu merasa ada yang berubah, itu artinya saya tidak tertarik sama kamu"
Perempuan itu menatap Pak Taeha dengan tatapan penuh emosi. Dia tidak terima karena Pak Taeha mempermalukan dirinya seperti ini. Terlebih di sini sekarang sedang ada Kiara. Membuat rasa geramnya semakin menjadi-jadi.
"Awas kamu Dirga. Aku aduin ke mama kamu nanti. Dan kamu. Urusan kita belum selesai. Inget itu!" Ujar perempuan itu sambil menunjuk Kiara. Kemudian dia pergi meninggalkan ruangan Pak Taeha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Humor"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...