Part 3

11.1K 427 3
                                    

~HAPPY READING~

Kiara keluar dari ruangan Pak Taeha dengan wajah yang di tekuk. Dia sangat dongkol dengan dosennya yang sangat menyebalkan itu. Bagaimana tidak, Stella tadi hanya di suruh untuk mencari materi tentang perjalanan obat dalam tubuh manusia. Sedangkan Kiara, dirinya di suruh untuk memasukkan nilai semua anak didik Pak Taeha.

Kiara sekarang sedang berjalan menuju kantin karena jam kampusnya memang sudah habis. Tapi dia terpaksa berhenti karena ada seseorang yang sedang membicarakannya.

"Enak ya, yang habis berduaan sama Pak Dosen ganteng"

Kiara langsung menolehkan kepalanya ke belakang. Ternyata itu adalah suara Dira. Kiara hanya menatap sahabatnya itu datar. Bisa Kiara tebak jika sebentar lagi Dira akan menggodanya.

"Gimana rasanya berduaan sama Pak Taeha?" Tanya Dira sambil menaik turunkan alisnya.

"Gara-gara lo gue jadi berurusan sama pak teh sisri"

"Jangan gitu, Ki. Kalo Pak Taeha denger, lo bisa kena masalah lagi sama dia"

"Biarin. Gue nggak peduli!" Ketus Kiara.

Dira melirik ke bawah. Lebih tepatnya kepada tangan Kiara yang sedang menggenggam kotak makan milik Pak Taeha tadi.

"Wih. Tumben lo bawa bekal?"

"Bukan punya gue. Ini punya Pak Taeha"

Dira melebarkan matanya "Demi apa? Lo di kasih bekalnya Pak Taeha?!" Teriak Dira.

Kiara langsung menutup mulut sahabatnya itu "Jangan teriak-teriak, b*go! Kalo ada yang denger entar gue kena pitnah" katanya.

"Aseek dapet makan gratis. Dari Pak Taeha lagi. Gue juga mau dong, Ki" goda Dira.

Kiara menyodorkan kotak makannya ke depan Dira "Nih" ujarnya.

Baru saja Dira akan mengambilnya, Kiara langsung teringat akan ucapan Pak Taeha tadi. Di mana Kiara tidak boleh memberikan makanan itu kepada orang lain. Hanya dirinya saja yang boleh memakannya.

Selain itu, Kiara juga ingat jika Pak Taeha bisa membaca fikiran seseorang. Bagaimana jika Pak Taeha tau kalau makanannya bukan dirinya yang makan, melainkan sahabatnya. Kiara tidak mau terlibat urusan lagi dengan dosen menyebalkannya itu.

"Gimana sih, Ki? Katanya tadi di kasih ke gue?" Tanya Dira waktu Kiara menarik kembali kotak makannya.

"Eh. Itu. L-lo kan tadi udah makan bakso 3 mangkok. Masa masih belum kenyang?"

"Lo tau sendiri kan, perut gue itu menampung apapun yang ada di depan mata gue. Jadi dalam hidup gue nggak ada yang namanya kenyang"

"Gue heran banget sama lo. Porsi makan lo tuh udah kek kuli. Tapi kenapa lo nggak bisa gendut, ya? Lo nggak cacingan, kan?" Ujar Kiara sembari menatap Dira memicing.

"Sembarang, lo. Gini-gini gue pernah minum obat cacing" ketus Dira.

"Kapan?"

"Dulu. Waktu gue tipes"

"Beda, bego!"

"Kiara. Mulutnya!"

Kiara dan Dira langsung menolehkan kepalanya. Ternyata dibelakangnya saat ini sudah berdiri seorang dosen tinggi nan tampan idaman semua mahasiswi. Bahkan Kiara sendiri juga menyukai dosennya yang satu ini. Siapa lagi kalau bukan Pak Andra, dosen yang selalu menemaninya jika sedang praktikum.

"Eh. Pak Andra" ujar Kiara sambil tersenyum hambar.

"Mulutnya nggak boleh ngomong kasar gitu. Masa cantik-cantik omangannya kasar?"

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang