~HAPPY READING~
Dira menunjuk seseorang yang dia duga adalah Pak Taeha "Itu. Tapi kok sama cewe?" Ujarnya.
Kiara menatap ke arah yang ditunjuk oleh sahabatnya itu. Rupanya di sana benar-benar ada seorang laki-laki yang sangat mirip dengan Pak Taeha. Kiara berfikir apakah suaminya itu tidak jadi ke rumah sakit sekarang? Bukankah tadi pagi Mama Karin sudah menyuruhnya untuk ke sana?
Kiara mencoba untuk mengabaikan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Dia tidak perduli dengan apapun yang dilakukan oleh Pak Taeha. Biarlah Pak Taeha mengurus kehidupannya sendiri, demikian pula dengan dirinya.
Kiara memanglah istri sah dari Pak Taeha. Tapi keseharian mereka tidak bisa dikatakan sebagai kehidupan berumah tangga. Dua orang itu masih sibuk dengan urusan masing-masing, tanpa memikirkan satu sama lain.
Dira merasa heran dengan sikap Kiara. Sahabatnya itu terlihat biasa saja bahkan ketika melihat Pak Taeha sedang bersama seorang perempuan di depan mata kepalanya sendiri. Apakah dia tidak memiliki rasa cemburu sedikitpun?
"Ki. Lo kok diem aja?" Tanya Dira.
Kiara menatap Dira malas "Ya terus gue harus ngapain? Nyumbang lagu? Nggak mau gue. Suara gue pales" jawabnya.
"Ya seenggaknya samperin suami lo, kek. Atau labrak tuh cewe. Biar dia kapok"
"Dih. Males banget. Lo aja sana yang samperin"
"Anjir emang ini anak. Lo nggak cemburu lihat Pak Taeha berduaan sama cewe lain kaya gitu?"
"Enggak" jawab Kiara santai.
"Gila lo emang"
"Lagian iya kalo dia beneran Pak Taeha. Lah kalo bukan, mau ditaruh di mana muka gue"
"Ya mangkanya pastiin dulu itu beneran Pak Taeha apa bukan. Kalo emang bukan yaudah, berarti Pak Taeha itu nggak seperti yang kita pikirkan"
"Biarin aja, Dir. Gue nggak peduli. Mau dia pacaran, mau dia jungkir balik, mau dia lompat dari genteng sekalipun gue nggak peduli. Hidup hidup dia, bukan hidup gue"
"Lo jangan gitu, Ki. Meskipun lo nggak cinta sama Pak Taeha, seenggaknya lo hargain dia sebagai suami lo. Lagian Pak Taeha kurang apasih? Kurang kaya? Kurang ganteng? Apa kurang apa?"
"Cinta nggak mandang gituan, Dir. Gue nggak cinta sama Pak Taeha ya karena di hati gue nggak ada tempat buat dia. Kalo misal gue cinta sama dia, nggak usah nunggu kaya juga pasti gue perjuangin"
"Bukan nggak cinta. Tapi belum cinta" sahut Dira.
"Gue ragu kalo nantinya gue bakal cinta sama Pak Taeha"
"Lo bisa ngomong gitu karena hati lo masih milik Pak Andra sepenuhnya. Iya, kan?"
Kiara menghela nafasnya pelan. Yang dikatakan Dira memang benar. Entah kenapa rasanya sangat sulit menghilangkan sosok Pak Andra dalam hatinya.
Membicarakan soal Pak Andra, Kiara jadi teringat akan ucapan Pak Andra ketika di kantin kemarin. Sejujurnya dia masih bingung dengan jawaban apa yang akan ia berikan kepada dosennya itu. Jika Kiara menerima, bagaimana dengan Pak Taeha? Tapi jika Kiara menolak, bukankah itu adalah keinginannya dari awal? Apakah Kiara harus mengorbankan perasaannya demi orang baru seperti Pak Taeha? Entahlah. Memikirkan hal itu membuat kepala Kiara serasa akan pecah.
"Kenapa lo diem aja? Jawab gue, Ki"
"Dir. Gue mau ngomong sesuatu sama lo, tapi tolong rahasiain ini dari siapapun" ujar Kiara sembari menatap Dira lesu.
"Ngomong apa?"
Kiara memejamkan matanya "Gue ditembak Pak Andra" ujarnya pelan.
"WHAT?!! I-ini gue nggak salah denger kan, Ki?" Ucap Dira tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Humor"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...