Part 40

8.4K 300 11
                                    

~HAPPY READING~

Tepat pukul 21.00, Kiara dan Pak Taeha sudah berada di atas tempat tidur dengan selimut putih yang menghangatkan tubuh mereka. Awalnya Pak Taeha mengatakan bahwa dirinya ingin ke rumah sakit untuk menjenguk Kak Rama. Tapi setelah mendengar omelan istrinya menjadikan laki-laki itu seketika mengurungkan niatnya.

Sedangkan di rumah sakit, Kak Rama saat ini hanya seorang diri karena Mama Karin juga Papa Surya sudah pulang setengah jam yang lalu. Tapi itu semua bukanlah permintaan dari mereka berdua, melainkan Kak Rama lah yang menyuruh dengan alasan dia tidak mau merepotkan orang tuanya. Dia mengatakan jika di sini sudah ada perawat yang bisa membantu jika ia membutuhkan bantuan.

Merasa bosan, Kak Rama akhirnya memutuskan untuk mengambil handphone yang tergeletak di sebelahnya. Itu adalah handphone milik Mama Karin yang tertinggal di sana. Baru saja tangannya akan sampai, tiba-tiba handphone itu berbunyi dan menampilkan nama Kiara di sana.

Kak Rama tidak langsung mengangkat telfon itu. Dia masih menatap handphone milik Mama Karin dengan tatapan bingung. Dia berfikir bagaimana Mama Karin bisa memiliki nomor handphone Kiara. Apakah mereka berdua saling mengenal?

Setelah terdiam beberapa saat, barulah Kak Rama menggeser tombol hijau yang ada di sana.

"Assalamu'alaikum, ma" ucap Kiara dari seberang sana.

"Wa'alaikumsalam"

"Loh. Ini suara Mama kenapa bisa berubah jadi cowo gini? Mama nggak papa, kan?!" Ujar Kiara yang terdengar sedikit bingung.

Kak Rama seketika mengerutkan keningnya. Mama? Kenapa Kiara memanggil Mama Karin dengan sebutan Mama? Apa mereka berdua sedekat itu?

"Halo? Ma? Mama masih di sana, kan?"

"Ini aku, Ki"

"Aku? Aku siap- tunggu-tunggu. Ini kok kaya suara Kak Rama?"

"Ini emang Kak Rama" jawab Kak Rama sambil tersenyum.

"K-kak Rama? T-tapi bukannya ini HP Mam- Tante Karin?"

"Mama udah pulang, Ki. Ada apa kamu telfon mama malem-malem gini?"

"Ah? I-itu aku mau engg.. mau tanya kondisi Kak Rama. Iya tanya kondisi Kak Rama"

Kak Rama tersenyum manis. Tapi di balik senyumnya itu tersimpan pertanyaan besar yang membayangi fikirannya.

"Aku baik, Ki. Khawatir banget ya kamu. Sampe malem-malem gini nyempetin telfon mama"

"Hehe... Iya, kak. Kak Rama udah makan?"

"Udah. Baru aja makan. Kamu gimana? Udah makan?"

"Udah, kak. Baru aja mak- Ki jangan gerak-gerak. Itu saya kelihatan"

Kak Rama seketika mengerutkan keningnya. Suara laki-laki? Siapa kira-kira laki-laki yang bersama Kiara saat ini? Apakah Kiara sudah mempunyai kekasih? Atau bahkan dia sudah mempunyai suami?

Entahlah. Semua pertanyaan itu seakan melayang-layang di otak Kak Rama saat ini.

"Kak Rama. Aku tutup dulu, ya. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

"Siapa laki-laki tadi, Ki? Aku berharap dia bukan orang penting dalam hidup kamu"

🐻🐻🐻

"Hehe... Iya, kak. Kak Rama udah makan?"

"Udah. Baru aja makan. Kamu gimana? Udah makan?"

"Udah, kak. Baru aja mak- Ki jangan gerak-gerak. Itu saya kelihatan"

Sedari tadi Pak Taeha memang masih menempel di pelukan Kiara. Tapi Kiara menyuruhnya untuk tidak bersuara setelah mengetahui jika yang berbicara dengannya saat ini adalah Kak Rama. Dan untungnya laki-laki itu mau menurut dengan Kiara. Sehingga saat ini yang dia lakukan hanya diam sembari menatap Kiara dari bawah.

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang