Part 23

8K 292 0
                                    

~HAPPY READING~

Sore ini entah kenapa cuaca yang biasanya sangat panas mendadak menjadi hujan deras disertai dengan suara petir yang bergemuruh. Sudah 2 jam yang lalu kondisi seperti ini, menjadikan Pak Taeha harus tetap di rumah karena Kiara yang melarangnya untuk pergi kemanapun.

Kiara melarang bukan karena maksud tertentu. Dia hanya tidak mau terjadi apa-apa kepada Pak Taeha karena kondisi di luar tidak memungkinkan untuk berkendara.

Sedari tadi yang Kiara lakukan hanya duduk diam sembari memperhatikan Pak Taeha yang juga duduk di sebelahnya. Suaminya itu memang terlihat menatap layar handphone, tapi wajahnya menunjukkan raut kekhawatiran yang ketara jelas. Kiara sebenarnya sangat penasaran dengan apa yang ia dengar tadi. Tapi Kiara juga merasa bahwa dirinya hanya orang baru di sana. Dan tidak sepatutnya dia menanyakan hal seperti itu.

"Pak Teh"

"Hm"

"Bapak kenapa diem aja dari tadi?" Tanya Kiara ragu.

"Nggak papa"

"..oh"

Sungguh perbincangan yang sangat hambar.

Kiara membenarkan posisi tubuhnya. Kemudian dia bersandar pada sandaran ranjang dengan pandangan lurus ke depan.

Baru saja Kiara memejamkan matanya, tapi tiba-tiba dia merasa pergerakan dari tempat Pak Taeha. Setelah Kiara lihat, ternyata suaminya itu sudah berdiri dan memakai jaket yang ia ambil dari almari tadi.

"Pak Taeha mau kemana?"

"Ke restoran"

"Di luar hujan deras. Jadi kamu di rumah aja. Jangan kemana-mana!" Ujar Pak Taeha.

Kiara sebenarnya tau kemana tujuan Pak Taeha setelah ini. Tapi dia mencoba berpura-pura untuk tidak mengetahui apapun supaya Pak Taeha juga tidak curiga kepadanya.

"Nah. Pak Taeha kan tau kalo di luar hujan deres. Jadi urusannya ditunda nanti aja nggak bisa, kah?

"Nggak bisa, Kiara. Ini masalah penting"

Pak Taeha menghampiri Kiara. Kemudian dia menyodorkan tangannya ke depan istrinya itu. Dan tepat setelah Kiara mencium tangan Pak Taeha, tiba-tiba Pak Taeha mencium pucuk kepala Kiara juga. Kiara yang terkejut hanya bisa diam mematung dengan mata yang membulat sempurna. Lain halnya dengan Pak Taeha. Wajahnya tetap terlihat datar, seakan tidak tau jika dirinya hampir membuat darah Kiara membeku.

"Saya berangkat dulu. Assalamu'alaikum"

Kiara tidak menjawab ucapan Pak Taeha. Dia masih diam dengan tatapan lurus ke depan.

Pak Taeha merendahkan tubuhnya, sehingga wajahnya saat ini berada tepat di depan wajah Kiara "Assalamu'alaikum" ucapnya.

Kiara mengerjapkan matanya "W-wa'alaikums-salam" jawab gadis itu.

"Kalo saya pulang kemalaman nggak usah ditunggu. Kamu tidur aja dulu"

"Iya"

Pak Taeha mulai berjalan menjauh dari Kiara. Tapi baru saja akan menggapai gagang pintu, Pak Taeha langsung mengurungkan karena Kiara yang tiba-tiba memanggilnya.

"Pak Teh"

Pak Taeha menolehkan kepalanya kemudian dia mengangkat kedua alisnya.

"Eumm.. saya mau pergi sama Dira, boleh?" Tanya Kiara ragu.

"Hu..jan. Jadi diem di rumah. Nggak usah keluyuran!"

"Nanti kalo udah nggak hujan"

"Besok. Sekarang diem di rumah!"

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang