~HAPPY READING~
Setelah Kak Rama kembali tertidur, kini giliran Kiara mencari di mana keberadaan Pak Taeha. Semenjak Kiara keluar dari ruangan Kak Rama tadi, dia belum bertemu sama sekali dengan suaminya itu. Kiara merasa sedikit khawatir mengingat kondisi Pak Taeha yang tidak begitu sehat saat ini.
Ketika Kiara sampai tepat di depan ruang operasi, bertepatan dengan Dokter Ghaida yang keluar dari ruangannya. Kiara pun segera menghampiri Dokter Ghaida untuk menanyakan dimana keberadaan suaminya. Dia berfikir barangkali dokter itu tau.
"Dokter" ujar Kiara sebelum berlari menghampiri Dokter Ghaida.
"Kenapa, Kiara?"
"Saya mau tanya. Dokter ada ketemu sama Pak Taeha, nggak?"
"Taeha? Tadi dia hampir pingsan di depan ruangannya Rama. Jadi dia saya bawa ke ruangan yang tadi. Kondisinya lemah sekali, Ki. Saya sempat mau pasang infus, tapi dia nggak mau" jawab Dokter Ghaida.
"Yaudah. Kalo gitu saya ke sana dulu ya, dok. Terima kasih banyak"
"Sama-sama. JANGAN LARI-LARI KIARA!!" Ujar Dokter Ghaida ketika melihat Kiara berlari melewatinya.
Setelah berlari beberapa saat, kini Kiara sudah sampai di depan kamar dimana ada Pak Taeha di dalamnya. Tanpa menunggu lama, Kiara langsung membuka pintu dan benar saja suaminya itu sedang terbaring di atas brangkar dengan mata terpejam.
Kiara berjalan perlahan supaya tidak menggangu tidur Pak Taeha. Dia mencoba menyentuh kening Pak Taeha untuk mengecek suhu tubuh suaminya itu.
"Kamu kenapa ke sini, Ki?" Ujar Pak Taeha dengan mata yang masih terpejam.
"Nggak papa. Kita pulang aja ya, pak? Biar Pak Taeha bisa istirahat di rumah"
"Nggak usah. Saya istirahat di sini sebentar juga nanti sembuh. Kak Rama gimana?"
"Kak Rama tidur. Ada mama sama papa di sana"
Pak Taeha mulai membuka matanya kemudian dia mengubah posisinya menjadi duduk dengan dibantu oleh Kiara. Wajah laki-laki itu terlihat sangat pucat dengan bibir yang mengering. Kiara duduk di sebelah Pak Taeha kemudian menggenggam erat tangan suaminya itu.
"Tadi Dokter Ghaida bilang Pak Taeha hampir pingsan di depan. Bener?" Tanya Kiara.
Pak Taeha menganggukkan kepalanya "Kepala saya pusing, Ki. Badan saya juga lemes banget kalo dibuat jalan" jawabnya pelan.
"Kenapa nggak ngomong? Kenapa Pak Taeha selalu diem aja kalo ada apa-apa? Saya ini istrinya Pak Taeha. Harusnya yang saya kasih perhatian itu Pak Taeha, bukan orang lain kaya gini"
"Tapi Kak Rama sekarang butuh kamu, Ki"
"Gimana sama Pak Taeha? Apa bapak sekarang nggak butuh saya? Kalo emang nggak butuh, saya akan keluar sekarang" ujar Kiara sembari melepaskan tangan Pak Taeha dan berjalan keluar dari ruangan suaminya itu.
Kiara sudah sangat jengah karena Pak Taeha selalu saja mementingkan kondisi orang lain tanpa memikirkan kondisi dirinya sendiri. Perduli dengan orang lain tidaklah salah. Tapi apakah mendahulukan orang lain tanpa memikirkan diri sendiri itu dibenarkan? Tentu saja tidak. Bagaimanapun kondisinya, perduli dengan diri sendiri itu harus menjadi prioritas utama dalam diri seseorang.
Baru dua langkah, tangan Pak Taeha tiba-tiba menarik tangan Kiara, membuat gadis itu langsung terhuyung ke belakang dan jatuh ke dalam pelukan Pak Taeha.
"Jangan pergi. Di sini aja" gumam Pak Taeha.
"Saya butuh kamu, Ki"
Kiara hanya diam. Dia bahkan tidak membalas pelukan Pak Taeha pada tubuhnya. Entah kenapa hatinya sangat sakit melihat Pak Taeha seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Humor"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...